11. Andai Punya Istri

87 8 17
                                    

Eci menatap wajah Kukuh yang terlihat sekali sangat marah. Bibir Eci terbuka, ia ingin berbicara. Namun isyarat dari Kukuh untuk tetap diam langsung membuatnya mengatupkan bibirnya. Kukuh berjalan ke pintu, pria itu mengunci pintunya rapat dan mengantongi kuncinya di saku celana depannya.

"Kenapa dikunci?" tanya Eci berteriak.

"Kenapa? Memangnya tidak boleh?" tanya Kukuh balik.

"Pak, jangan mentang-mentang saya suka bapak lalu bapak berbuat seenaknya sendiri!" ucap Eci menutup bagian dadanya dengan kedua tangannya.

"Memangnya saya mau berbuat apa?"

"Bapak jangan mes-um ya. Gini gini saya paling menjunjung harga diri, kalau bapak macam-macam awas saja saya habisi langsung bapak di sini," ujar Eci. Eci ketakutan saat melihat wajah Kukuh tampak marah. Laki-laki itu juga menghimpit tubuh Eci sampai ke pinggiran meja kerja Kukuh.

"Mesuum sama kamu? Meski Cuma sekepalan anak SD, sepertinya enak juga kalau diremaas," ujar Kukuh tersenyum miring.

"Kurangajar!" maki Eci menatap tajam Kukuh.

"Jelaskan soal Adi!" titah Kukuh memegang leher balakang Eci agar kepala Eci tidak menoleh ke segala arah. Eci gugub saat Kukuh menatapnya seperti akan memakannya hidup-hiduo.

"Itu ... eh itu masalah pribadi saya," jawab Eci.

"Kamu anak buah saya, dan Adi adik kandung saya. Kenapa saya tidak tau soal perjodohan ini?" tanya Kukuh menaikkan sebelah alisnya.

"Jadi benar kalau bapak itu kakaknya Mas Adi?" tanya Eci kaget. Kukuh hanya mengangguk. Eci seolah mempunyai kekuatan kembali, perempuan itu mendorong tubuh Kukuh agar menjauh dari tubuhnya.

"Pak Kukuh, saya beritahu pada Anda. Suruh Mas Adi jangan dekat-dekat sama saya. Saya tidak mau dijodohkan sama Mas Adi!" ucap Eci memukul dada Kukuh.

Kukuh yang mendengar ucapan Eci, lantas membuat sudut bibirnya sedikit berkedut. Kukuh ingin tersenyum lebar, tapi dia harus menahannya demi kewibawaan dirinya.

"Bilangin sama mas Adi kalau saya dan dia memang tidak cocok. Ibu kalian sudah membenci saya, saya tidak akan mau lagi menginjakkan kaki di rumah kalian!" tandas Eci dengan tajam.

"Baiklah, saya akan memberitahu Adi untuk tidak mendekatimu lagi," jawab Kukuh menganggukkan kepalanya.

"Eh kalau dekat sebagai teman boleh. Kalau dia berharap lebih, saya tidak bisa mengabulkan," ralat Eci.

"Tidak boleh! Baik kamu dekat sebagai calon istri ataupun Cuma sebatas teman, itu tetap tidak boleh!" bentak Kukuh kencang membuat Eci memundurkan kepalanya.

"Eh iya sudah saya tau kok keluarga bapak memang keluarga terhormat. Jangankan menikah, berdekatan dengan yang tidak sepadan mungkin membuat keluarga bapak alergi ya, hehehe ... kalau begitu saya permisi dulu mau keluar," ucap Eci cengengesan.

Eci mengira Kukuh tidak memperbolehkan dia dekat dengan Adi karena Kukuh takut Adi akan ikut tertular kegilaan dirinya dan ketidaksopanan dirinya.

"Kamu mau keluar? Lewat mana?" tanya Kukuh datar.

"Lewat pintu lah pak," jawab Eci. Kukuh tersenyum sinis. Seolah ingat sesuatu, Eci langsung mengarahkan pandangannya ke arah Kukuh lagi.

"Pak, boleh pinjam kuncinya?" Eci menengadahkan tangannya.

Kukuh tidak menanggapi, laki-laki dua puluh delapan tahun itu beranjak duduk di kursi kerjanya. Eci yang tidak mendapat jawaban hanya menggaruk kepalanya bingung. Dalam hati Eci memaki dirinya sendiri, di mana Eci yang bar-bar dan biasa memperoleh kemenangan. Kenapa sekarang Eci seperti kelinci kecil yang sedang ketakutan?.

"Pak, saya mau keluar ini. Ada kerjaan!" ucap Eci menatap Kukuh.

"Ambil kuncinya sendiri!" titah Kukuh.

"Tinggal ambilin apa susahnya si pak?" tanya Eci menghentakkan kakinya kesal.

"Saya malas, kalau kamu mau keluar ya ambil sendiri. Kalau tidak mau ya sudah tetap di sini sama saya," jawab Kukuh enteng. Eci meremas tangannya sendiri dengan geram. CEO mana yang lebih gila dari Kukuh? Eci rasa tidak akan ada.

Mungkin ada CEO yang gilanya sama dengan Kukuh, Eci pernah membaca salah satu cerita di platform online berikon kuda poni yang judulnya (Bukan) CEO mes-um, gilanya hampir sama dengan Kukuh, bedanya tokoh dalam cerita itu lebih baik dari Kukuh. {(Bukan) CEO mes-um bisa dibaca di akunku yah hehe)}

Eci mendekati Kukuh, tangannya menuju saku celana Kukuh dengan pelan. Walau tampaknya dia agresif, Eci juga bukan tipe cewek yang suka mesumin cowok. Eci meraba-raba saku celana Kukuh sedangkan Si empunya hanya diam dengan tatapan menyebalkan.

"Pak, ini sakunya sempit banget," ucap Eci merengek.

Kukuh menatap Eci dengan intens. Sangat jarang Kukuh mendengar rengekan manja dari Eci. Biasanya Eci berbicara galak dan terkesan gak enak didengar. Mendengar rengekan Eci membuat reaksi tubuhnya panas seketika. Tangan Eci terus berusaha mengambil kunci yang ada di saku Kukuh yang sialnya sangat sempit.

"Tidak perlu keluar. Di sini saja, bantu saya mengerjakan tugas!" ucap Kukuh memukul tangan Eci pelan. Eci menarik tangannya dan menjauhkan sedikit tubuhnya.

"Tapi, Pak-"

"Jangan membantah Eci. Itu ketik ulang berkas yang saya remas tadi, Saya mau ke kamar mandi sebentar," sela Kukuh dengan cepat.

Eci mendengus, ia meraih berkas yang sudah acak-acakan. Anehnya Kukuh, melampiaskan amarah pada berkas penting. Dan penderitaan untuk Eci ketika disuruh mengerjakan tugas bareng Kukuh di ruangan yang terkunci.

Kukuh menuju kamar mandi, pria itu mengendurkan sabuk celana kainnya. Dipegang tangan Eci saja bagian bawahnya sudah bergerak-gerak ingin lebih. Dan kini dia harus menuntaskan hasratnya sendiri.

Setelah selesai, Kukuh membenahi penampilannya. Kukuh berdiri di depan cermin menatap pantulan dirinya sendiri. Semua orang pun tau kalau Adi lebih ganteng dari Kukuh, Kukuh tidak mengelak hal itu. Namun entah kenapa sekarang dia tidak mau disaingi adiknya sendiri. Kukuh mengelus bulu halus yang ada di rahangnya. Tangannya mengambil cream pencukur bulu dan mengoleskannya. Kukuh tersenyum, dia harus bisa menarik perhatian Eci agar terus menyukainya.

"Kayaknya kalau sudah nikah, pengen sewaktu-waktu gak usah puasin diri sendiri tinggal seret istri buat ngangkaang," ucap Kukuh pada dirinya sendiri. Kukuh mengerok bulu halusnya masih dengan senyum sinting yang mengembang. Imaginasinya sangat kotoor, Kukuh membayangkan Eci yang berada di bawahnya sedang kelonjatan karena goyangan nikmat dari dirinya. Buru-buru Kukuh menggelengkan kepalanya, bisa bangun lagi Si Adik kecil kalau dia membayangkan sesuatu yang mantab-mantab.

Sedangkan Eci hanya bisa mendumel sambil menghadap laptop. Menurutnya Kukuh sama sekali tidak bertanggungjawab. Sudah merusakkan berkas dan kini melimpahkan tugas itu pada dirinya.

Selang beberapa saat, Kukuh kembali dari kamar mandi. Eci menatap Kukuh aneh, Kukuh tampak berbeda dari sebelumnya. Merasa ditatap Eci membuat Kukuh besar kepala, Kukuh mendongakkan dagunya angkuh, dia yakin kalau Eci akan terpesona dengan dirinya. Yang Kukuh tau, Eci mengidolakan actor china bernama Hu Yitian dan Zhang Yu Jian, dan setau kukuh kedua actor itu tidak memiliki jambang. Wajahanya mulus seperti porselen.

"Kenapa kamu terus menatap saya? Apa saya terlalu tampan?" tanya Kukuh dengan kepercayaan dirinya yang tinggi.

"Bapak aneh, cukur jambang bukannya makin ganteng malah makin minus," jawab Eci bergidik ngeri.

Kukuh menatap Eci tajam. Hidung Kukuh bagaikan mengeluarkan asap panas. Dia berubah penampilan demi disanjung Eci, tapi rupanya dia kena siaal. Bukannya disanjung malah dijatuhkan.

"Keluar kamu dari sini! ini kuncinya!" titah Kukuh merogoh kunci dan melemparkannya ke tubuh Eci.

Eci sungguh aneh dengan sikap Kukuh hari ini. Kukuh sangat cepat berubah suasana hati. Mulai dari yang tiba-tiba memberikan kontrak yang merugikan dirinya, lalu marah-marah tanpa sebab dan menguncinya di ruangan ini.

"Baik saya keluar," jawab Eci menundukkan kepalanya sebentar sebelum beranjak berdiri.

Kukuh menjatuhkan tubuhnya di kursi kerjanya. Rasanya Lelah sekali hari ini. Kukuh membuka dua kancing teratas kemejanya, marah-marah membuat tenaganya habis tersita.

Pelan-pelan, Mas!Kde žijí příběhy. Začni objevovat