39. Terungkap

69 5 2
                                    


"Pak sudah jangan marah-marah, ini wajah kamu sampai merah loh," ucap Eci mengusap punggung Kukuh dengan pelan.

"Bagaimana aku gak marah kalau Si Kalvin buat keputusan sendiri? Sebagai Bos aku merasa tidak dihargai," sentak Kukuh dengan cepat.

"Bapak gak takut tekanan darah tinggi apa? Marah terus kerjaannya!" omel Eci.

"Kalau darah tinggi nanti kamu cariin aku belimbing buat dijadiin jus. Itu minuman yang paling aman untuk mengatasi darah tinggi," jawab Kukuh.

"Sudahlah, berdebat sama bapak gak akan ada habisnya. Saya mau lanjutin kerja!" ucap Eci beranjak dari pangkuan Kukuh.
"Gak usah kerja, di sini saja kita pangku-pangkuan," jawab Kukuh.

"Bisa dikira aku kerja modal tampang dan godain bos. Sudah ademin diri sendiri, aku sibuk," oceh Eci menyambar tasnya yang tergeeletak di sofa. Eci menyemptkan diri mengusap pucak kepala Kukuh sebelum kembali melangkahkan kakinya.

"Tunggu!" cegah Kukuh.

"Apa lagi, Pak?" tanya Eci kesal.

"Masak cuma diusap sih? Aku kan mau dicium juga," jawab Kukuh mengedip-kedipkan matanya dengan sok imut.

"Dih tadi kan sudah dicium, masa minta lagi?"

"Ciumanmu itu kayak gula yang menjadi candu-"

"Gak usah keluarin kata-kata manis. Gak pantes, sini berdiri kalau mau aku cium!" sela Eci cepat.

Tentu saja kalau soal berbau kenikmatan Kukuh tidak akan menolak. Dengan cepat Kukuh menghampiri Eci, Kukuh sedikit merendahkan kepalanya agar Eci tidak perlu berjinjit.

Cup!

Eci mencium kening Kukuh dengan lembut, "Fokus saja sama kerja kamu. Gak usah pikirin hal-hal yang buat kamu emosi, sayangi diri kamu. Kalau tekanan darah tinggi kasihan, masih muda juga belum kawin," oceh Eci dengan lembut.

"Ya sudah kamu juga kerja. Kalau ada model cowok yang genit bilang saja sama aku, atau kalau ada yang gangguin kamu juga bilang ke aku, biar aku pecat mereka," ujar Kukuh. Eci mengiyakan agar cepat. Kalau masih dia tanggapi jelas saja Kukuh tidak akan ada habisnya.

Setelah memastikan Eci keluar, Kukuh menghempaskan kembali tubuhnya ke sofa. Laki-laki itu melepas semua bajunya karena gerah. Pendingin ruangan tidak mampu mendinginkan tubuhnya yang kelewat panas karena emosi.

Sekarang Eci bisa santai, tapi Kukuh jamin kalau Eci tau yang melamar kerja adalah Geana sudah pasti Eci akan semarah dirinya. Yang Kukuh takutkan lagi saat Geana mengatakan pada Eci kalau Geana dan Kukuh sudah dijodohkan dan akan menikah, sudah pasti marahnya Eci tidak akan terbendung lagi. Kukuh tidak ingin Eci salah paham dengan dirinya, terlebih sampai marah.

Kukuh hanya ingin Eci, mau dipaksa sampai seratus kali pun Kukuh hanya mau Eci. Kukuh menghembuskan napasnya kasar saat merasa dirinya malah tidak tenang saat ini. Geana, Geana dan Geana, apa spesialnya gadis itu? Menurut Kukuh sama sekali tidak ada yang menarik dari Geana selain tampanya yang sedikit lumayan. Adiyaksa saja tidak menyukai Geana, apalagi dirinya.

"Orangtua kok pada kolot semua. Ajaran siapa sih istri cuma di dapur, dandan sama ngangkang?" omel Kukuh dengan kesal.

"Mau Geana ngangkang lebar juga aku sukanya sama Eci," tambah pria itu.

Brakk!

"Akhhh!"

Kukuh terlonjak kaget saat mendengar suara dobrakan pintu disertai pekikan nyaring. Dengan spontan Kukuh menolehkan kepalanya ke arah pintu. Dia mendapati seorang wanita yang tengah terjerembab ke bawah, Kukuh menatap tajam wanita itu. Siapa gerangan yang sudah lancang mendobrak pintunya.

Pelan-pelan, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang