33. Perjodohan

64 4 0
                                    

Kukuh menghela napas berkali-kali sebelum keluar dari mobilnya. Laki-laki itu saat ini berada tepat di pekarangan rumah ibunya. Namun ada keengganan saat dia akan turun. Sedangkan tak jauh darinya Adi berdiri sembari melihat ke arah mobilnya. Tangan Adi mengisyaratkan agar Kukuh cepat turun.

Setelah benar-benar memantapkan hatinya, Kukuh membuka pintu mobilnya dengan perlahan. Sesegera mungkin Adi menghampiri Kukuh, laki-laki itu memegang tangan kakaknya dengan erat.

"Mas, ibu lagi pura-pura sakit," bisik Adi. Kukuh mengerutkan alisnya.

"Biasalah, ibu kan ratu drama," ujar Adi lagi.

"Sudah pasti ibu menyuruhku ke sini juga bukan dengan tujuan baik," timpal Kukuh berkacak pinggang.

"Tujuannya sih baik, dia mau menjodohkanmu dengan perempuan yang cantik banget," jawab Adi.

"Aku gak mau. Kalau kamu mau, ambil aja cewek itu!" ujar Kukuh.

"Aku sih juga ogah. Mending sama adiknya daripada sama dia," jawab Adi menarik tangan kakaknya untuk segera menemui ibunya.

Kukuh menyeret langkahnya dengan lesu, kenapa dia harus dihadapkan dengan situasi seperti ini. Sudah dipaksa putus, ibunya pura-pura sakit dan perempuan yang dijodohkan dengannya yang kata Adi laki-laki itu juga tidak mau. Kalau Adi saja tidak mau, apalagi dirinya yang memiliki selera tinggi? Jelas saja Kukuh tidak akan mau juga.

Saat memasuki rumahnya, alangkah terkejutnya Kukuh melihat tiga orang yang tidak asing baginya.

"Bu ... bukankah ibu sangat membenci keluarga Eci?" tanya Kukuh pada ibunya. Kukuh terkena serangan syok mendadak saat melihat kedua orangtua Eci dan juga Geana duduk di ruang tamu.

"Heh mulutmu!" tegur Naina menepuk pundak anaknya sedikit kencang.

"Salim dulu sama calon mertuamu!" titah Naina.

"Ibu sudah tau kalau aku ada hubungan sama anak mereka?" tanya Kukuh tidak percaya.

"Hem," jawab Naina.
Kukuh tersenyum cerah, laki-laki itu segera menyalami punggung tangan calon mertuanya dengan sok sopan. Kukuh tidak bisa menghentikan kedutan di bibirnya saking senangnya dia.

"Yess, belum berjuang sudah menang!" ucap Kukuh menepuk dadanya dengan bangga.

Naina yang melihat anaknya bertingkah tidak wajar pun menjadi heran. Kenapa sampai segitunya? Dalam hati Naina bertanya-tanya, benarkah kalau Kukuh menjalin hubungan dengan Geana? Kalau iya, Naina tidak akan menyuruh Kukuh putus karena dia akan menjodohkan Kukuh dengan Geana. Dan kalau bisa sampai mereka berdua menikah.

"Jadi, kamu memang sudah pacaran sama Geana?" tanya Naina memastikan sekali lagi. Naina mengurungkan niatnya yang akan pura-pura sakit karena mengetahui kabar Kukuh pacaran dengan Geana.

Gantian wajah Kukuh yang pias. Laki-laki itu menyapa orangtuanya dan orangtua Eci bergantian, "Maksud ibu apa?" tanya Kukuh.

"Maksud ibu, kamu dan Geana pacaran? Kan kata kamu tadi begitu."

"Hah? Bukan dengan Geana, Bu. Tapi dengan adiknya, namanya Eci," jawab Kukuh menyerobot.

"Tidak bisa!" tegas Nainawati beranjak berdiri.

"Ibu maunya Geana yang menjadi menantu ibu, bukan Eci!" tambah perempuan paruh baya itu.

"Ibu mengancam akan merobohkan perusahaanku demi Geana? Ibu bisa lihat gak sih, kalau semua laki-laki kalau disodori Geana dan Eci, pasti akan memilih Eci. Tanya saja sama Adi, dia juga menyukai Eci. Ibu tega banget jadi orang. Setelah aku berjuang merebut Eci dari Adi, sekarang ibu membuatku berjuang mendapat restu ibu dan orangtua Eci!" omel Kukuh mencak-mencak. Napas Kukuh memburu ngos-ngosan, keringat sebesar biji jagung juga tampak membasahi pelipis pria itu. Jangan senggol Kukuh untuk sekarang, karena sedang dalam mode emosi.

Pelan-pelan, Mas!Where stories live. Discover now