27. Cium Lagi Dong

115 7 12
                                    

"Gak usah mesum, deh! Aku lagi kesel," rajuk Eci mengalungkan tangannya di leher Kukuh. Kukuh sampai hampir tercekik saking kuatnya Eci menarik lehernya.

"Iya tapi bisa duduk di sofa gak? Ini bahaya kalau diterusin pangku-pangkuan," ujar Kukuh.

"Alah gini aja bahaya. Dasar otak situ saja yang gampang konek. Jadi laki-laki yang biasa aja bisa ga sih? Kesenggol dikit kok langsung pengen matuk," omel Eci.

"Kalau cowok gak ada jiwa-jiwa begitu ya gak bagus dalam hal reproduksi. Karena saat kita berkembang biak, kita membutuhkan senjata yang kokoh berani tegak berdiri," jelas Kukuh.

Eci menjauhkan sedikit wajahnya dari ceruk leher Kukuh. Gadis itu menatap nyalang ke arah pacarnya yang isi otaknya hanya berkembang biak.

"Musim hujan gini kayaknya enak buat nikah. Syahdunya pengantin baru," ucap Kukuh membayangkan hal-hal nikmat.

"Menikah itu bukan perkara nikmat-nikmat saja. Tapi ibadah juga. Kalau kamu kayak gini, aku jadi ragu kalau kamu bisa jadi imam keluarga," cibir Eci yang membuat Kukuh memelotkan matanya.

"Jangan meragukanku! Dulu saat sekolah aku biasa main imam-imaman, besok kalau nikah sama kamu akan jadi imam beneran," jawab Kukuh.

"Terserah lah. Yang aku tau saat ini, pokoknya kamu harus hajar si Fathur!" titah Eci menghardik Kukuh.

"Iya nanti aku hajar," jawab Kukuh.

"Lihat nih, dia mencengkram bahuku sampai sakit," adu Eci. Kukuh memelototkan matanya. Baru saja dia mau berterimakasih kepada Fathur yang sudah memecat pacarnya. Namun saat tahu Fathur menyakiti Eci, dia tidak bisa terima. Dengan paksa Kukuh menurunkan baju Eci bagian bahu.

"Eh eh mau ngapain buka-bukaan?" tanya Eci menepis tangan Kukuh.

"Diam kamu!" ucap Kukuh dengan tajam.

Kukuh melihat bahu Eci yang memerah. Tanpa ijin terlebih dahulu, Kukuh mendekatkan bibirnya pada bahu Eci, pria itu mencium bahu Eci dengan intens. Mendapat perlakuan seperti itu membuat Eci berteriak kencang. Eci kegelian, dengan sekuat tenaga Eci mendorong kepala Kukuh, tapi Kukuh tidak bergeming. Kukuh masih menciumi bahu Eci, bahkan Kukuh sampai menghisabnya dengan penuh.

"Ahhhhhhh ... ada monster!" teriak Eci saat merasakan bahunya dihisab kuat.

Ruangan Kukuh memang kedap suara, tapi kalau orang berteriak sampai otot-ototnya hampir lepas, dengan pintu yang tidak tertutup sempurna, membuat teriakan itu sampai juga ke luar. Beberapa staff Kukuh mengintip di celah pintu karena suara teriakan Eci. Mata mereka menatap nyalang bosnya yang tanpak agresiif dan penuh napsuu dalam mencium Eci yang tengah duduk di pangkuannya.

"Whoaaa!" ucap mereka bersamaan saat Eci terus berteriak sedangkan Kukuh tidak melepas hisabannya.

"Mantab-mantab," ucap Kalvin yang ikut mengintip.

"Aku mau nelpon suami biar nanti ga lembur," ucap Sista segera merogoh hpnya.

Sedangkan para jomblowan-jomblowati hanya bisa mengintip tanpa tahu mau menguhubungi siapa yang akan mereka ajak mempraktikkan sesuatu adegan live seperti yang saat ini mereka lihat.

Kukuh yang merasa ada orang lain pun segera mengarahkan matanya menatap pintu. Matanya melotot tajam membuat stafnya yang berkerumun di pintu langsung kabur tunggang langgang.

"Aduh bahuku hilang," erang Eci yang menjatuhkan kepalanya di bahu Kukuh.

Kukuh tersenyum puas. Baguslah kalau ini akan jadi tranding topik di perusahaannya. Jadi, tidak ada lagi yang bisa mengganggu ataupun mendekati Eci, terlebih Kukuh akan sangat senang kalau Adi tahu kabar ini. Biar adiknya itu mundur teratur tanpa mau repot berjuang.

Pelan-pelan, Mas!Where stories live. Discover now