22. Hubungan

69 5 23
                                    

"Perasaan apa yang bapak maksud?" tanya Eci mendelik. Kukuh menegakkan tubuhnya, pria itu tiba-tiba salah tingkah.

"Bapak punya perasaan sama saya?" tanya Eci. Kukuh masih diam tidak bergeming.

"Ingat ya, Pak. Meski bapak punya perasaan sama saya, saya tidak akan membalas perasaan bapak!" tukas Eci kembali menghadap depan.

"Huh, kamu terlalu percaya diri, Nona!" sinis Kukuh kembali menjalankan mobilnya.

Kukuh ingin mengatakan yang sejujurnya, tapi saat Eci mengatakan tidak akan membalas perasaannya membuat ego dan harga dirinya terbanting.

"Sekarang turunkan saya!" titah Eci. Kukuh melirik sekilas, tapi pria itu tetap saja menghentikan mobilnya.

"Silahkan turun!" titah Kukuh.

"Saya turun dari mobil bapak, mobil Mas Adi dan Mas Fathur siap menampung," ujar Eci. Buru-buru Kukuh mengaktifkan tombol kunci pada pintu mobilnya, membuat Eci tidak bisa keluar. Kukuh merutuki dirinya yang melupakan fakta bahwa ada dua orang pria dewasa yang sama-sama menjadi saingannya.

"Pak, kenapa dikunci? Bapak sendiri yang menyuruh saya turun!" pekik Eci dengan kencang. Eci masih berusaha membuka pintunya, tapi tidak kunjung bisa.

"Eci, saya mau bicara serius sama kamu!" uap Kukuh menarik pundak Eci agar menghadapnya.

"Serius mulu dari tadi, tapi yang bapak omongin hanya omong kosong!" tandas Eci.

"Sekarang ini bukan omong kosong!"

"Ya sudah sekarang ngomong!"

"Saya suka sama kamu!" ucap Kukuh menatap tajam Eci. Eci membulatkan matanya.

"Saya suka sama kamu. Itu yang buat saya uring-uringan di kantor gara-gara saya gak lihat kamu barang sedetik pun. Saya tidak mau tau, sekarang saya dan kamu adalah kita!" tandas Kukuh mendorong Eci hingga terpojok di pintu.

"Pak, apa yang akan bapak lakukan?" tanya Eci takut. Mendengar ucapan Kukuh yang mengatakan menyukainya membuat otak Eci ngeblabk, dan kini Kukuh bersikap ingin memakannya hidup-hidup.

"Eci, mulai sekarang kita menjalin hubungan! Kalau kamu mau sesuatu, bilang sama saya. Karena kamu adalah pacar saya!" bisik Kukuh tepat di depan wajah Eci. Napas Kukuh menerpa wajah Eci hingga menimbulkan sensasi hangat.

"Agak jauhan, Pak! Saya gak bisa napas," ujar Eci mendorong dada kukuh.

"Tunggu!"

"Apa lagi?" tanya Eci frustasi.

"Saya ingin melakukan sesuatu yang biasa dilakukan pacar!" ucap Kukuh mencium bibir Eci sekilas.

Duaghhh!

"Awww titisan kakek moyangku!" teriak Kukuh sekencang-kencangnya. Kukuh jatuh lemas di kursi kemudinya sembari memegang benda pusakanya.

Untuk kedua kalinya Eci menendang sesuatu yang dia banggakan, sesuatu yang di masa depan adalah alat untuk membahagiakan Si Eci, tapi gadis itu tidak tau dirinya malah menganiyaya.

"Eci, sakit!" ringis Kukuh dengan rengekannya yang seperti anak kecil.

Eci memalingkan wajahnya. Gadis itu mengusap bibirnya yang bekas ciuman Kukuh. Untuk kedua kalinya pria itu dengan kurangajar mencium bibirnya. Tentu saja Eci sangat tidak suka kalau disosor sembarangan.

"Jadi cowok gak usah manja. Gitu aja sakit sok-sokkan mau jadi pacar saya. Sekelas saya itu pantasnya sama cowok yang jago kungfu," ucap Eci.

"Ya sudah saya akan ke Tiongkok untuk belajar kungfu sama master Shifu Si Panda merah," jawab Kukuh dengan percaya diri.

"Ingat, Pak. Bapak itu sudah tua, gak usah kungfu-kunfuan malah encok itu pinggang."

"Kamu meragukan kekuatan saya? Buat menggoyang kamu semalaman saja saya sudah pasti kuat, kekar dan tahan lama," oceh Kukuh.

"Dasar ngadi-ngadi banget, gak sopan, tua-tua omes!" maki Eci memukuli dada Kukuh dengan brutal. Kukuh mengelak, tapi dia kalah cepat dengan gerakan cekatan Eci. Kancing kemeja Kukuh sudah tidak karu-karuan, rambutnya pun sudah acak-acakan karena keganasan Eci. Kukuh pasrah teraniyaya oleh pacarnya yang baru beberapa menit.

"Sudah, Eci. Saya gak kuat!" ucap Kukuh sedikit mendorong tubuh Eci.

"Bapak jangan macam-macam sama saya!"

"Sebenarnya inti dari pembicaraan ini apa, Eci? Kamu mau gak jadi pacar saya?" tanya Kukuh setengah berteriak.

"Tidak!" jawab Eci tegas.
"Saya tidak mau tau, saya memaksa. Kamu pacar saya!" tandas Kukuh tak kalah tegas. Kukuh menegakkan tubuhnya dan menghadap depan. Pria itu terdengar menghela napas berkali-kali sebelum menjalankan mobilnya lagi.

Eci duduk dengan tenang, gadis itu sama dengan Kukuh yang menghela napas berkali-kali untuk mengendalikan dirinya. Ini tidak pernah diduga Eci sebelumnya. Awalnya dia hanya menyukai Kukuh sepihak, dia berusaha menarik perhatian pria itu dengan tingkah gilanya sampai dia dikecewakan dengan sikap Kukuh. Lalu Kukuh datang lagi dan menyatakan rasa sukanya. Eci mendumel dalam hati, kenapa seseorang itu tampak berarti kalau sudah pergi. Eci meremas jarinya sendiri, dia berjanji pada dirinya sendiri akan mengerjai Kukuh habis-habisan. Tidak apa-apa mendapat pacar modelan Kukuh, kalau bisa dimanfaatkan kenapa enggak? Pikir Eci.

Eci melihat jalanan yang dilewati Kukuh, tidak lama kemudian mereka sampai di Mall pusat kota. Kukuh segera turun, pria itu untuk pertama kalinya juga membukakan pintu untuk Eci. Sungguh eci terkesan bila ini dilakukan sejak dulu. Namun sekarang rasanya sudah biasa aja.

"Ayo kita beli sesuatu!" ajak Kukuh menggandeng tangan Eci. Eci melepas gandengan tangan Kukuh dengan paksa.

"Kenapa?" tanya Kukuh.

"Jalan aja pakai gandengan, norak tau gak!" ketus Eci.

Mendapat semprotan Eci membuat Kukuh mengkeret juga. Tidak salah Elleana menyebut Eci sebagai singa betina. Elleana juga mengatakan di kampus itulah julukan Eci. Sekarang Kukuh memikul tugas berat, yaitu menjinakkan Eci.

"Semangat Kukuh!" ucap Kukuh dalam hati menyemangati dirinya sendiri.

Eci lebih dulu masuk ke Mall. Gadis itu mengambil troli yang langsung dia serahkan pada Kukuh, "Nih dorongin!" titah Eci. Dengan pasrah Kukuh pun mendorong troli.

"Sekarang belajar dulu dorong troli, besok pas malam pertama gantian barang lain yang didorong!" ucap Kukuh lirih. Eci menatap tajam Kukuh, telinganya bisa mendengar ucapan aneh Kukuh yang omes tidak lihat tempat.

"Iya-iya ini sudah diam. Gak usah melotot gitu!" ujar Kukuh sinis.

"Huh, jalan sama bapak sudah kayak jalan sama om-om. Pasti saya dikira selingkuhan bapak," dumel Eci berjalan ke arah rak makanan.

"Ya gak apa-apa, toh aslinya calon istri, calon ibu dari Kukuh junior," jawab Kukuh.

Eci tidak menanggapi, poor you Eci yang mengidolakan cowok romantis seperti aktor idolanya tapi malah dapat Kukuh yang bengek. Eci mengambil beberapa macam snack dan menaruhnya di troli. Belum ada setengah jam, troli yang didorong Kukuh sudah penuh dengan makanan yang Eci beli. Semua yang Eci beli adalah makanan, Kukuh sampai heran dengan Eci yang sama sekali tidak tertarik dengan baju, padahal Eci orang yang fasionable.

"Eci, gak beli baju?" tanya Kukuh.

"Gak suka beli baju, sukanya bikin sendiri," jawab Eci. Kukuh melihat baju yang dipakai Eci dengan teliti. Dia baru sadar kalau Eci selalu memakai baju yang modelnya tidak pernah pasaran. Kukuh menatap takjub pacarnya itu. Semua bisa Eci lakukan, sangat pas jadi menantu idaman buat ibunya.

"Kenapa lihat saya begitu? Kagum sama saya?" tanya Eci saat melihat Kukuh yang tidak berkedip menatapnya.

"Buat baju sendiri saja bisa, apalagi buat bayi. Mungkin tambah jago," ujar Kukuh tanpa sadar.

"Kenapa sih bahas bayi mulu?" tanya Eci yang sudah gedeg.

"Karena membuat bayi adalah hal yang paling nikmat."

"Bapak sudah gak perjaaka ya? Makanya tau hal-hal begituan," tuduh Eci.

"Enak saja. Saya masih segelan, nanti buka-bukaannya pas sama kamu aja. Biar kita ngerasain yang enak-enak barengan."

Pelan-pelan, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang