17. Jangan Gedein Ego

82 5 10
                                    

"Ayah, Ibu, kok ada di sini?" tanya Eci.

"Oh kamu jadi simpanan Om-Om ya sekarang? Pantas saja kamu nekat keluar rumah. Kamu selalu malu-maluin ibu!" teriak Saras menarik rambut Eci. Saras menjambak Eci dengan brutal. Kukuh lantas menghentikan tingkah bar-bar ibu Eci.

"Kamu jangan ikut campur! Apa matamu buta? Kenapa kamu menjadikan Eci sebagai simpananmu?" teriak Saras mendorong tubuh Kukuh.

"Bu, ibu salah paham!" ucap Eci membela diri.

"Kamu pembohong! Ibu lihat sendiri kamu jalan sama pria tua di sampingmu ini. Kalau bukan jadi simpanannya, kamu jadi apanya? Punya anak gadis kerjaanya malu-maluin orangtua!" pekik Saras. Wanita paruh baya itu seolah sengaja mencari kesempatan untuk menghajar Eci di muka umum.

"Cukup!" bentak Kukuh membuat keributan Saras terhenti. Kukuh melepas paksa tangan Saras dari rambut Eci. Pria itu juga merangkul tubuh Eci yang kelihatan lemas.

"Ibu, apa ibu tidak punya malu berteriak seperti orang kesetanan di muka umum? Terlebih ibu meneriaki anak ibu sendiri. Selama ini ibu ke mana saja? Apa ibu tidak tau Eci kerjanya apa? Saya atasan Eci, CEO perusahaan starmoon. Saya dan Eci ke klinik ini karena Eci yang jatuh pingsan karena sakit. Apa saya harus membiarkan Eci kesakitan?" oceh Kukuh panjang lebar.

"Ibu sudah mengusir Eci dari rumah, harusnya ibu lepas tanggungjawab dari Eci!" ucap Kukuh lagi menatap Saras dengan tajam.

"Kurangajar kamu! Pasti kamu yang menbuat anak saya bertingkah saat perjodohan!" tuduh ibu Eci.

"Perjodohan dengan Adiyaksa? Asal ibu tau, saya kakak kandung Adiyaksa. Kalaupun Eci tidak menyukai Adi, apakah saya harus memaksa? Hubungan saya dan Eci sebagai rekan kerja. Kalaupaun dia tidak mau jadi adik ipar saya, apakah saya salah? Dan untunglah Eci tidak menerima perjodohan ini, bisa stres adik saya dapat mertua seperti ibu," tandas Kukuh tersenyum miring.

Kukuh mengajak Eci untuk pergi. Sedangkan Saraswati terus berteriak memanggil putrinya. Eci menghapus air mata yang tiba-tiba menetes, kepalanya sudah pusing malah dijambak sekalian. Sebenarnya itu bukan poin pertamanya. Eci merasa sakit hati dengan sikap ibunya yang demikian. Kenapa kalau dengan dirinya, ibunya tidak pernah bersikap baik dan cenderung lebih suka main kasar. Eci merasa nelangsa sekaligus malu. Apalagi dia bersama dengan Kukuh, orang yang kemarin juga merundungnya.

"Masuk, hati-hati!" titah Kukuh membantu Eci untuk masuk ke mobil. Kukuh ikut masuk di balik kemudi. Kukuh menjalankan mobilnya untuk pulang ke rumah. Sebenarnya Kukuh tau kalau Eci sedang menangis, tapi pria itu pura-pura tidak tau agar Eci tidak malu. Kukuh melihat Eci tipe perempuan ber-ego tinggi. Pasti Eci sangat benci kalau dipandang lemah.

Sesampainya di rumah, Kukuh harus mendapat kekesalan karena ada Adi yang berdiri di teras bersama Elleana, "Kenapa lagi tuh anak harus datang?" tanya Kukuh kesal pada dirinya sendiri.

Kukuh sudah menyusun siasat mumpung Eci lagi sakit, dia akan memngambil kesempatan untuk bersikap sok pahlawan agar Eci tertarik kepadanya. Namun kehadiran Adi ini jelas saja mengganggu Kukuh.

Eci keluar dari mobil lebih dahulu, saat Adi melihatnya Adi buru-buru menghampiri Eci. Semalaman penuh Adi tidak bisa berhenti khawatir dengan Eci. Takut Eci akan dianiyaya kakaknya yang kasar dan tempramental. Saat datang ke rumah kakaknya yang ada hanya Elleana, adiknya mengatakan Kukuh sedang mengantar Eci ke klinik. Kekhawatiran Adi makin memuncak saat melihat wajah Eci tampak pucat, di sudut mata Eci juga ada bekas air mata.

"Eci, kamu kenapa?" tanya Adi yang nada bicaranya terdengar sangat kahwatir.

"Aku gak apa-apa," jawab Eci.

"Kamu nangis? Siapa yang nyakitin kamu?" Adi bertanya bertubi-tubi sembari menghapus air mata Eci.

"Enggak ada, Mas. Em, Mas. Mau bantuin aku gak? Sekali aja," ucap Eci. Sesekali Eci melirik ke belakang melihat Kukuh yang belum keluar dari mobil.

"Bantuin apa? Pasti Mas bantu kok," jawab Adi.

"Bantuin cari kontrakan, ya. Aku ambil tas dulu," ucap Eci. Eci berlalu pergi memasuki rumah untuk mengambil koper.

Eci yakin apa yang sudah dia lakukan kali ini adalah benar. Dia akan pergi dari hadapan Kukuh, dia sudah kepalang malu dengan pria itu. Ditambah insiden ibunya yang datang-datang menganiyaya, membuat Eci tambah malu bertemu Kukuh lagi. Dia tidak ingin dinilai lemah.

Saat sudah mengambil tas, Eci segera keluar. Kukuh keluar dari mobil dan menghadang Eci.

"Kamu mau nyari kontrakan? Sini biar aku antar!" ujar Kukuh.

"Aku sama Mas Adi saja," jawab Eci.

"Mas, hargai keputusan orang lain!" ucap Adi menepuk pundak Kukuh beberapa kali.

Kukuh mematung, dia melihat Adi yang membawa tas besar Eci dan memasukkannya di bagasi mobil adiknya itu. Adi juga membantu Eci masuk ke mobil. Kukuh jelas cemburu melihat kedekatan Eci dan Adi, apalagi mereka berdua pernah dijodohkan. Kukuh melihat dengan pandangan super nelangsa saat mobil Adi sudah menjauh dari pelataran rumahnya,

Kukuh menendang angin dengan kencang. Sekarang Eci sudah pergi dan dia harus apa? Menahan Eci juga tidak bisa dia lakukan, berubah menjadi sok pahlawan juga belum bisa meluluhkan hati Eci.

"Sialann!" maki Kukuh dengan kencang.

"Mas, biarkan saja Mas Adi sama Eci. Mereka kayaknya serasi deh," ucap Elleana.

"Serasi gundulmu!" maki Kukuh.

"Mas Adi pria penyabar, sangat cocok sama Eci yang pecicilan. Keren tau mas pasangan yang kayak gitu," ujar Elleana lagi.

"Asal kamu tau, Elle. Mas ini lebih sabar banget dari Adi. Kesabaran mas sama kesabaran Adi jauh lebih banyak sabarnya mas. Kamu belum tau saja," omel Kukuh.

"Huh, hidup kalau penuh pencitraan ya begitu. Mas Adi dong jadi orang apa adanya."

"Kamu minta uang masih sama mas, ya. Kok kamu belain Adi terus?"

"Ya realistis lah, Mas. Eci suka Mas kalau Mas gak suka Eci ya lebih baik Eci sama Mas Adi."

"Mas suka sama Eci!" teriak Kukuh kencang. Saking kencangnya Kukuh berteriak, urat lehernya bahkan sampai kelihatan. Elleana memundurkan tubuhnya, dia sungguh tidak menyangka atas pengakuan kakaknya.

"Mas suka Eci, mas cemburu saat lihat Eci dengan Adi, sekarang kamu puas?" teriak Kukuh lagi tepat di hadapan Elleana.

"Sekarang Eci sudah minggat sama Adi. Ini gara-gara kamu yang gak mau nahan Eci buat tinggal di sini!" tunjuk Kukuh pada Elleana.

"Loh ini kan salah mas sendiri, kenapa malah nyalahin aku?"

"Ya pokonya semua salah kamu!"

"Mas, kamu masih menghadapi mas Adi saja sudah kebakaran jenggot, apalagi kalau kamu tau kedekatan Eci sama Mas Fathur. Bisa habis tuh kepala saking panasnya. Eci juga mau lamar pekerjaan ke perusahaan Fathur. Dah tuh rasain!" omel Elleana yang jadi ikut marah.

"Bangsaat, semua nyuri start!"

"Makanya jadi cowok tuh jangan gedein ego. Gedein tuh yang dibuat bersolo!" 



Pelan-pelan, Mas!Where stories live. Discover now