9. Salah Strategi

87 8 12
                                    


Kukuh keluar kamar dengan menenteng dasi juga tas kerjanya. Tak lupa, satu lembar kertas perjanjian turut dia bawa. Laki-laki itu menghampiri Eci yang tengah duduk di ruang tamu seraya menaikkan satu kakinya ke meja. Sangat tidak sopan.

"Eci!" panggil Kukuh membuat Eci berdiri.

"Apa, Pak?"

"Pakaiin dasi saya!" titah Kukuh.

"Kan bapak punya tangan, masak gak bisa sendiri. Saya masih kutekan belum kering," jawab Eci.

"Kamu pikir tidak ada harga yang harus dibayar? Kamu numpang di rumah saya, dan sebagai bayarannya kamu pasangin saya dasi!" titah Kukuh lagi. Eci mendekati Kukuh dengan pandangan yang berbinar.

"Kalau gitu saya tinggal di sini terus ya. Setiap pagi saya bayar dengan pakaiin bapak desi," ucap Eci dengan senang.

"Enak aja tinggal di sini setiap hari. Kalau saya mau ehem-eheman dengan pacar saya, kamu nanti kedengaran," jawab Kukuh.

"Bapak punya pacar? Siapa? Orang mana? Cantik gak? Sexy mana sama saya?" tanya Eci bertubi-tubi. Kukuh menekan kepala Eci dengan gemas.

"Bukan urusan kamu!"

"Ya sudah pakai dasi sendiri!" ketus Eci.

"Kamu membantah ucapan bos kamu?"

"Kalau di kantor memang Anda bos saya, tapi kalau di luar bisa saja saya anggap bapak babu saya," ujar Eci dengan tajam.

"Kurangajar kamu. Saya doaian kamu gagal lamaran!" sinis Kukuh.

Kukuh mencengkram tangannya sendiri dengan erat. Tadi dia sudah mancing Eci kalau dia punya pacar. Namun cemburunya Eci belum kelihatan. Lalu dia ini dianggap apa?.

"Asal gak gagal lamaran sama bapak," jawab Eci cengengesan.

"Sini pakaiin dasinya. Kalau gak mau kamu pergi dari rumah saya sekarang juga!" ancam Kukuh menarik tangan Eci.

"Iya-iya ini dipakaiin. Mau disuruh makein yang lain juga mau kok, Pak," ujar Eci menyaut dasi dari tangan Kukuh.

"Sini agak menunduk!" titah Eci menarik pundak Kukuh.

"Perasaan dulu saya cari tata rias kriterianya harus tinggi. Kamu pendek banget deh," komentar kukuh.

Eci tidak menjawab, dalam hati dia komat-kamit semoga Kukuh ketiban sial karena sudah berani mengatainya. Tubuh mereka yang berdekatan membuat Kukuh bisa mencium jelas harum tubuh Eci. Mata Kukuh jatuh tepat di bibir gadis itu, sangat menggoda untuk dilumat. Namun segera mungkin Kukuh menjauhkan pikiran kotornya.

"Saya mencium aroma-aroma ketidakberesan," ucap Eci dengan lirih. Buru-buru Kukuh memalingkan pandangannya.

"Bapak menatap lapar bibir saya. Bapak mau cium? Nih!" Eci memonyong-monyongkan bibirnya pada Kukuh. Kukuh mencabut perasaan bergairahnya, ia malah ngeri saat melihat Eci monyong-monyong.

"Saya jejalin kaus kaki baru tau rasa!" ujar Kukuh mendorong kepala Eci.

"Awas aja kalau saya sudah privat ciuman, saya pamerin bapak dengan ciumanku yang hot."

"Kalau saya tau kamu ikut privat ciuman, saya bom langsung di tempat."

"Bilang aja bapak cemburu. Kan pelet yang saya kirim manjur, niat ingsung aji metek si semar mesem Kukuh Wijaya," ucap Eci merapalkan mantra dengan tangannya yang dia usapkan ke tubuh Kukuh. Kukuh memundurkan tubuhnya, menurutnya Eci sangat membutuhkan dokter spesialis kejiwaan.

"Sudah-sudah, lupakan pelet-pelet itu. Ini tandatangani surat perjanjian, dan hukumnya wajib!" ucap Kukuh menyerahkan kertas perjanjian.

Eci menyambar kertas itu dan mulai membacanya, "Perjanjian tertulis antara pihak satu CEO Agensi Starmoon dengan pihak dua, Grecia tata rias." Eci memicingkan matanya saat membaca judul, perasaannya sudah tidak enak.

Pelan-pelan, Mas!Where stories live. Discover now