Episode 19

8.2K 764 22
                                    

Happy reading...

---o0o---

Taehyung baru kembali dari atap. Ia langsung mendudukan dirinya di kursi sebelah Bambam. Ia sibuk memikirkan perkataan Jungkook. Jangan kalian kira ia tenang setelah kabur dari Jungkook.

Oh, tentu saja ia tidak merasa tenang! Malah ia semakin khawatir. Apalagi mengingat semua ucapan Jungkook padanya tadi. Ia takut pria itu berbuat sesuatu yang nekat. Seperti, bagaimana jika Jungkook mencelakai dirinya?

Ia memang tidak tau apa Jungkook benar-benar akan mencelakainya atau tidak. Tapi yang pasti, hatinya tengah gelisah saat ini. Seperti akan terjadi sesuatu. Tapi apa?

"Tae, dari mana saja kau? Aku khawatir saat Jungkook dengan tiba-tiba menarikmu. Aku ingin mengikuti, tapi tak enak hati dengan Senior Bogum yang tengah terluka. Aku sebagai sahabatmu juga harus bertanggung jawab atas dirinya."

Namun, sepertinya Taehyung masih sibuk dengan pikirannya hingga mengabaikan ocehan Bambam sedari tadi.

"Kau tidak diapa-apakan oleh Jungkook kan, Taehyung? Aku takut jika Jungkook mencelakai dirimu, sedari tadi aku mence-- Tae kau mendengarkan tidak?!"

"Taehyung!"

"KIM TAEHYUNG!!"

Taehyung sedikit berjengit kaget. "Duh, ada apa sih, Bam? Kenapa kau berteriak seperti itu?" kesal Taehyung mengelus telinganya yang berdengung akibat teriakan maut Bambam.

"Kau kenapa?! Sedari tadi aku berbicara tapi kau tak mendengarnya! Aku mencemaskan dirimu, tapi kau sibuk melamunkan suatu hal?!" marah Bambam.

Taehyung menggaruk tengkuknya. "Maaf, aku tidak mendengar ucapanmu tadi. Aku sedang memikirkan banyak hal, huft."

Bambam langsung melunakkan wajahnya melihat raut muka Taehyung yang terlihat sangat masam dan banyak pikiran.

"Apa yang kau pikirkan? Tentang tadi? Atau hal lainnya? Kau bisa menceritakan semuanya kepadamu, mungkin aku bisa sedikit membantumu."

"Aku sedang tidak mood untuk berbicara banyak. Maaf, Bam."

Bambam tersenyum, ia mengelus bahu Taehyung. "It's okay. Jangan dipaksa, jika nanti kau sudah siap dan sedang butuh orang untuk mendengar ceritamu. Aku siap menjadi pendengar yang baik untukmu."

Taehyung tersenyum menatap Bambam. "Terima kasih sudah mengerti diriku."

"Iya, Tae."

Mata Bambam tanpa sengaja melihat lingkaran merah di pergelangan tangan Taehyung.

"Tae, ada apa dengan tanganmu?" tanya Bambam menatap lingkaran itu.

Taehyung mengikuti arah pandang Bambam. Ia dengan cepat menutup bekas lingkaran itu. "Bukan apa-apa," gelengnya.

"Ta---"

"Selamat siang anak-anak."

Perkataan Bambam terpotong saat guru masuk.
Taehyung menghembuskan nafas lega. Ia bisa bebas dari pertanyaan Bambam.

Semua siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing. Taehyung dan Bambam juga memperbaiki duduknya dan mengahadap ke depan. Pelajaran pun kembali dimulai hingga istirahat kedua.

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Setelah guru keluar dari kelas, Taehyung langsung meninggalkan kelas tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Bambam. Membuat Bambam terheran-heran dengan sikap Taehyung.

Saat Bambam dan Taehyung menjenguk Bogum di UKS pun wajah Taehyung terlihat gelisah dan tidak fokus. Ia mendadak cemas dengan keadaan Taehyung. Apa terjadi sesuatu yang tidak dia ketahui? Apa ini berkaitan dengan Jungkook? Sebenarnya apa yang dilakukan oleh pria itu kepada sahabatnya! Banyak pertanyaan yang bersarang di pikiran Bambam.

Taehyung berjalan tergesa-gesa. Ia hanya takut Jungkook melihatnya. Ia tidak mau bertemu dengan pria itu lagi!

Bruk!

Taehyung mendongak menatap orang yang ia tabrak. Sial, ia berniat menghindari Jungkook. Tapi kenapa malah menabraknya si? Jantungnya berdegup kencang saat tangannya digenggam Jungkook.

"Pulang denganku!"

Taehyung menggeleng tidak mau. "Aku sudah dijemput oleh Jaemin!"

Jungkook memandang datar Taehyung. "Turuti ucapanku atau--"

Setelah menghempaskan tangan Jungkook, ia berjalan tanpa menunggu pria tampan itu menyelesaikan ucapannya. Ia sudah tau, pasti itu berupa ancaman baginya. Lebih baik ia memilih pergi saja.

Jungkook tersenyum picik menatap punggung Taehyung yang hilang di belokan.

"--Kau akan menyesal," gumamnya melanjutkan perkataannya tadi.

Kemudian ia berjalan menuju ke arah parkiran di mana sahabatnya sudah menunggu dirinya.

"Bagaimana berkasnya? Sudah siap?" tanya Jungkook menghampiri sahabatnya yang sudah stand by di parkiran.

Jimin mengangkat map biru yang ia pegang. "Sudah."

"Ternyata otak licik Jungkook itu dapetnya dari Om Sehun ya," ucap Mingyu tiba-tiba.

"Kau baru tau?" sahut Jimin.

Mingyu menggeleng. "Tidak. Aku sudah lama tau."

Tak!

"Jika sudah tau mengapa kau seperti orang terkejut, brengsek!" geram Jimin menjitak kening Mingyu.

"Hanya asal bicara saja," balas Mingyu acuh. Kemudian merubah wajahnya menjadi sinis sambil mengelus keningnya lembut. "Dan jangan memukul keningku! Aku tidak mau kening suciku dinodai oleh tangan kerdilmu!"

"Apa kau bilang?! Kerdil?!!" marah Jimin dengan mata melotot.

Mingyu mengangkat dagu angkuh dengan senyum meledek. "Ya, kerdil! Tubuh dan tanganmu itu sama-sama kerdil! Pendek!"

"Mingyu, sialan!! Aku tidak kerdil, brengsek!! Tubuhmu saja yang terlalu besar seperti Gorila! Dan lihat wajahmu itu, dekil! Seperti gelandangan yang tidak pernah mandi."

"Enak saja! Wajahku ini tampan rupawan! Banyak wanita yang tergila-gila."

Jimin memasang ekspresi pura-pura muntah. Dengan begitu Mingyu melanjutkan aksi meledeknya lagi.

"Cih, kenapa dengan wajah jelekmu itu? Akui saja, Jimin. Tubuhmu itu lebih pendek dan kecil dibanding tubuh gagahku ini!" Mingyu mengangkat sebelah tangannya, memamerkan otot lengannya yang nampak keras.

Jimin melotot kesal, ia yang tadinya berusaha memprovokasi Mingyu malah berbalik diprovokasi oleh orang itu. Ia hendak membalas perkataan Mingyu. Namun, Jungkook lebih dulu menyela.

"Diam! Kalian berdua sama saja. Yang satu pendek, satunya lagi dekil! Impas bukan?"

Mingyu dan Jimin langsung kicep. Biar pun Jungkook sudah sering mengucapkan hal itu, tapi tetap membuat jiwa mereka menangis karena hinaan laknat itu!

Sementara Yugyeom sudah tertawa sedari tadi menyaksikan perdebatan random antara Mingyu dan Jimin.

"Sekarang masuk ke mobil! Aku tidak ingin membuang waktu dan berakhir kehilangan jejak!" perintah Jungkook datar.

Ia membuka pintu dan masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Jimin dan Yugyeom. Sedangkan Mingyu mengendarai motor sport miliknya.

Bersambung...

You Are Mine [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang