1. Namanya Kirana

103 19 36
                                    


"Dia berisik, tapi dia cantik. Dia unik, karena berani mengusik."

_S for Bear_


※※※※※※※※※※※※


"Lo pada udah denger belum? Katanya, kita satu angkatan sama cucu dari pemilik sekolah."

"Doi tajir. Fix, gue mau!"

"Lo kalo ngasih info jangan setengah-setengah dong, Sengkuni! Cewek apa cowok nih?"

"Seruni, Ca, Seruni!"

"Bener juga, gue demen cowok."

"Sapa nih, Ni? Kali aja jodoh gue. Mayan kan, nanti tebus ijazah gretongan, Cinn."

"Elijah yang halu dan kebacotannya!"

"Lo--"

"Diem deh! Motong mulu perasaan. Cewek apa cowok nih?"

"Nggak tahu gue, hehe...."

"Nggak guna banget ngerekrut lo jadi telik sandi! Sumpah!"

Lima orang anak gadis itu masih sibuk membahas tentang "cucu pemilik sekolah", tanpa sadar ada satu orang di belakang mereka yang menghela nafas bosan mendengar segala gosip itu.

Gadis berambut ash balayage, yang kini tidak lagi menyembunyikan netra legamnya--yang selegam bulu gagak, di balik softlens warna-warni koleksinya.

"Selanjutnya!"

Seruan itu membuat si gadis bergegas masuk, menyalip geng rumpi yang masih sibuk dengan bahasan mereka. Dia mendekati satu meja di mana terdapat lelaki sepuh berkaca mata tebal, duduk di baliknya.

"Kasih surat ini ke orang tua kamu. Seragam dan kelengkapan lainnya bisa diambil saat masa orientasi selesai."

"Terimakasih," jawab si gadis tanpa basa basi.

Udara panas langsung menyambut saat dia keluar ruangan. Matanya sudah berair menahan kantuk yang seolah merekat erat di pelupuk mata. Sedari dia menunggu giliran administrasi pendaftaran tadi, entah telah berapa puluh kali dia menguap.

Mengingat hari ini masih bebas dari jam belajar, lorong sekolah jadi begitu padat penghuni. Dari para senior yang sengaja caper, berkeliaran mencari mangsa. Juga para calon siswa baru yang datang membawa orang tua atau wali mereka. Semua mulai mengelompokkan diri dengan yang sekiranya dianggap sepadan dengan standar sosial mereka. Tidak seperti dia yang hanya berjalan seorang diri. Lagi pula buat apa? Toh, dia juga tidak butuh didampingi.

"Argh!"

"Ouf, Kirana!"

Pekikan dan gerutuan itu terdengar di waktu bersamaan, saat dua tubuh saling menghantam di persimpangan koridor. Kantuk di mata langsung hilang terganti rasa kaget juga kesal.

"Maaf ya. Lo nggak pa-pa kan?" tanya gadis yang menabrakknya. Gadis remaja yang juga mengenakan seragam putih biru sepertinya.

"Jangan lari-lari."

Gadis berkepang dua itu mengerjap, lalu tertawa kegelian. Wajahnya yang baby face, membuat dia makin mirip bocah.

"Gaya bicara lo kaya Nenek gue."

"..."

"Sorry lagi," Dia meringis begitu melihat orang di hadapannya hanya memberi ekspresi datar.

"Lo murid baru juga kan? Gue Kirana. Hanania Kirana."

"..."

Tak melihat tanda-tanda uluran tangannya akan bersambut, Kirana kembali menarik tangannya dengan canggung.

Tied UpWhere stories live. Discover now