22. Payment

29 10 35
                                    

"Orang bilang, memaafkan lebih mudah dari pada memendam amarah. Mereka juga bilang, mengikhlaskan lebih baik dari pada menggenggam dendam.

Tapi nyatanya, semua terlihat mudah
Sebab mereka tak pernah merasakan."

_"ungkap.rasa"_

※※※※※※※※※※

Hampir setiap pasang mata di jalur yang Sabilla dan Kirana lewati menuju kantin, langsung berbisik begitu sosok mereka tertangkap netra.

Tadi pagi, Sabilla seperti biasa berangkat dengan Amar dan Kirana. Dan hal yang membuat geger yaitu, Amar menggandengnya penuh percaya diri. Sedari turun dari mobil hingga pemuda itu mengantarnya ke kelas.

Sabilla sadar dengan terkuaknya stastus dirinya sebagai pacar dari Amarendra Haris pasti akan mengundang banyak perhatian untuk beberapa waktu kedepan. Fakta itu juga mematahkan opini-opini sebagian besar siswa belakangan ini, tentang kemungkinan Amar akan balikan dengan sang mantan-- Syifa Alathas.

Gadis berkuncir kuda itu juga paham, semuanya karena ketenaran yang di miliki sang pacar. Baik itu fisik tampan maupun pasion yang di aplikasikan secara baik selama menjabat jadi kapten football sekolah. Mungkin kalau Amar hanya murid reguler biasa akan berbeda ceritanya.

"Yang baru balik liburan, makin bening aja."

"Jangann maen-maen, Than. Noh, pawangnya udah pasang kuda-kuda," tegur Windu ikut duduk menyusul Rama dan Irfan yang lebih dulu bergabung.

"Gue gak nyangka Sabilla bisa takluk sama Amar. Pake pelet apa lu, Tong?" tanya Irfan dengan seringai jahil.

"Jangan 'kan kalian. Gue yang notabenya adek ini orang aja, kaget sampe mau salto. Mana udah lama lagi, diem-diem pacarannya!" Kirana ikut menambahkan. Dia mengangkat siku tangan bertumpu di meja, direntangkannya kedua telapak tangan sampai menutup sisi pipi kirinya.

"Sebenernya gue nggak rela mommy bear gue jadian sama Abang gue yang agak geblek," bisiknya nyaring mengundang tawa riuh di meja mereka.

Amar menjulurkan tangan di belakang punggung Sabilla. Menarik kunciran Kirana, membuat gadis itu memelotokan mata kesal dan mengadu pada Sabilla.

"Udah sih," lerai Sabilla membuka tas bekalnya. Ada dua kotak makanan di sana. Satu ia serahkan pada Kirana sedang yang lebih besar ia buka sendiri. Lalu menyerahkan sendok pada Amar. Menu mereka hari ini adalah salmon wufu cream risotto.

"Ngomong-ngomong Kak Jaya sama Kak Avery kemana? Tumben kalian gak lengkap?" Sabilla mempertanyakan keabsenan dua pemuda yang biasanya selalu hadir.

"Si Jaya mah ngadem di UKS, mabok Teh Sisri. Kalau si Avery gak masuk sejak kemarin. Gue malah ngiranya tuh anak nyusulin elo," kata Irfan di sela kegiatannya menyerutup kuah bakso. "Soalnya kebetulan banget. Eh, gak tahunya pawang lo itu si mantan kapten ini."

"Sumpah, gue kira selama ini kalian sering makan bareng karena emang hobi si Amar numpang makan. Ternyata eh, ternyata," decak Ethan menggelengkan kepala. Menyadari kalau selama ini kemistri keduanya karena memang mereka ada apa-apa.

"Makanya otak lo di upgrade Premium, Than. Biar gak ngiklan kost-an cewek mulu!" jawab Amar meledek.

"Sialan!"

"Eh, Ram! Kok lo biasa aja sih denger berita ini bocah jadian?" Windu menyenggol lengan pemuda yang sedari tadi anteng makan, dan pasti tak ketinggalan ponsel kesayangan. "Gak kaget, atau respon apa gitu?"

"Buat apa?" Rama balik bertanya. "Gue udah sering mergokin mereka mojok di setiap sudut sekolah ataupun tangga Calotes."

"Njir lah!"

Tied UpWhere stories live. Discover now