17. I Can't Be Your ...

31 9 23
                                    

"Apa yang pernah terjadi, mungkin saja bisa di reka ulang kembali. Tapi itu tidak akan pernah sama, terlebih pada titik rasa dan esensi pengalaman yang pernah tercipta."

_Si Aeng_

※※※※※※※※※※

"Jadi kalian mau mengatakan kalau sudah menjalin hubungan gelap hampir satu semester ini? Di belakang gue?"

"Lebih tepatnya 8 bulan," koreksi Amar menoyor kening Kirana. "Dan bicara yang bener! Hubungan gelap terlalu kotor, gue sama Sabilla cuma backstreet bukan selingkuhan."

"Gak perlu main tangan!" Kirana bersungut tidak terima dan balas menendang kaki Amar.

Tak jauh dari posisi keduanya Sabilla hanya mampu menghela nafas pasrah. Di awal Amar mengatakan mau dibicarakan baik-baik soal hubungan mereka dengan Kirana, tapi lihat saja sekarang--keduanya malah perang.

"Berani-beraninya lo macarin mommy gue tanpa ijin lebih dulu!" Amuk Kirana memukuli Amar lalu mendorongnya sampai pemuda itu terguling di lantai. Rambut hitam Kirana terombang ambing saat gadis itu naik menduduki tubuh Abangnya, menyerangnya tanpa ampun.

"Ya! Lepasin gue Kera liar!"

"Gue Cute simpanse, sadboy bego!" Kirana semakin mengencangkan tarikannya pada rambut Amar, hingga kepala pemuda itu ikut terangkat.

"Argh! Yang, tolongin gue."

Sabilla meringis, buru-buru mendekat. Ia tak tega sekaligus ngeri menyaksikan keganasan Kirana.

"Lo kalau mau balas kekesalan harus adil, Ki. Masa cuma jambak rambut doang?" Sabilla menyela, menahan gerak tangan Kirana. "Gak mau nyubit, gigit?"

"Yang, jangan gitu!"

Amar yang mendengar ucapan kekasihnya jadi panik. Kalimat itu seolah genderang untuk menaikan level penyiksaan terhadapnya. Padahal jambakan Kirana saja sudah membuat kulit kepalanya serasa mau mengelupas.

"Bener juga," Kirana menyeringai senang. Akan tetapi belum saja ia kembali beraksi, Sabilla sudah mengarahkan tangan Kirana pada tubuhnya sendiri.

"Gue juga dong," pinta Sabilla. "Kan gue terlibat dalam hubungan diam-diam ini. Gak adil kalau cuma kakak lo doang yang dapet."

"Ihh, gak mau! Durhaka." Kirana turun dari tubuh Amar dan memeluk Sabilla. Buru-buru Amar bangkit dan menjauh. Mengusap kepalanya yang berdenyut sakit.

"Gue gak keberatan elo pacaran sama siapapun. Asal bukan sadboy, yang move on aja gak kelar-kelar," sindir Kirana.

"Sabill..." Gadis itu mendongak, iris coklatnya menatap Sabilla memelas. "Lo ganti pacar aja gimana? Sama Kak Avery deh. Dia lebih tampan dan cool. Setahu gue recode pacaran dia juga bersih. Sama dia aja, ya?"

"Heh!" Amar melempar bantal mengenai tubuh Kirana. "Enak aja kalau ngomong tuh. Lo kira gue sejelek apa?!"

"Yaa ... BIASALAH!!"

"Lo--"

"Udah ih, ribut mulu."

Kirana menjulurkan lidah, berlindung di pelukkan Sabilla bagai bayi hamster yang rapuh. Seakan lupa kalau beberapa saat lalu dia baru saja menganiaya Abangnya dengan bar-bar.

"Jangan jelek-jelekin Abang lo terus, Ki. Dia baik kok. Yang ada kalau lo ejek dia terus, dia jadi sadboy beneran, mau?"

"Bukan gitu. Tapi ...," Kirana mencebik kehilangan kata. Bingung bagaimana harus menyampaikan kekhawatirannya pada Sabilla.

Tied UpWhere stories live. Discover now