12. WDYT

35 9 36
                                    

Untuk memulai hidup baru,
kadang beberapa ikatan hubungan perlu diakhiri.
Dalam menjalaninya,
beberapa emosi perlu ditekan.

Keterbukaan, kerja sama dan saling percaya.

Sudahkah kamu menemukan itu pada satu orang?

_si sulung_

※※※※※※※※※※

Bangku taman menjadi pilihan Sabilla sebagai tempat mengobrol. Bukan karena ia ingin berduaan, hanya untuk menjaga privasi. Sabilla juga berharap obrolan dengan kakak Kirana ini akan berlangsung cepat. Ia malas dikuntit seperti seorang pengedar yang sedang melakukan transaksi obat terlarang oleh Eyangnya yang super aktif.

Lihat saja, sekarang Eyang gembulnya itu tengah berpura-pura membuka jendela sambil memegang kipas tangan. Melirik-lirik kepo, sambil berakting kepanasan. Padahal jelas-jelas rumah mereka di pasang AC.

"Masalah apa?" tanya Sabilla dari tempat duduknya.

"Maaf atas segela tuduhan gue."

Sabilla mengangkat sebelah alisnya, pandangan keduanya terkunci satu sama lain.

"Lo bener, gue terlalu mengekang. Saking takutnya Kirana terluka, gue malah menawan kebebasan dia."

"Ya bagus lah, kalau elo udah sadar," jawab Sabilla, "Kalau boleh tahu apa yang buat lo dapet hidayah?"

Amar tiba-tiba berdiri menghapiri Sabilla. Sebelah tangannya merogoh saku.

"Lo nggak berniat nyerang gue kan?" tanya Sabilla menatap gerakkan Amar penuh curiga. "Kalau iya, mending urungin. Eyang Inu bisa jadi saksi mata. Dia juga bisa bikin kepala lo berlubang kalau berani macem-macem sama cucu perempuannya."

"Lo lupa? Gue baru aja minta maaf."

"Ya bisa aja. Di film-film juga begitu seringnya. Nyerang terang-terangnya, damai terus back-stabber." Sabilla bergeser ketika Amar duduk di sampingnya. Satu tangannya menggenggam erat kain. Sedang satu lagi bebas tugas, jaga-jaga guna menangkis penyerangan jarak dekat.

"Nih lihat."

Amar menunjukan layar ponselnya yang menampilkan sebuah video. Keduanya terdiam menyaksikan setiap adegan di dalam layar. Hingga ketika bunyi 'trang' terdengar Sabilla tergelak memegangi perutnya. Ia tak menyangka aksinya melempar wadah stainles pada Freya akan terlihat seperti lakon komedi.

"Lo dapet dari mana rekaman CCTV itu dari mana?"

"Jaya."

"Ah, jadi video ini yang mencerahkan dan menyadarkan pikiran lo?"

"Bukan cuma sadar, gue bahkan malu sama elo," aku Amar.

"Gue tahu ucapan maaf dan makasih aja nggak bakal cukup buat nebus semua, tapi untuk saat ini hanya itu yang gue bisa."

Pemuda itu mengalihkan pandangan, mengusap tengkuknya dengan gerakkan kikuk. Sabilla yang untuk pertama kalinya melihat ekspresi lain pemuda itu selain-- kesal, marah, melotot, menuduh, mengulum senyum diam-diam.

"Jadi... lo gue clear, nih?"

"Kalau lo mau maafin gue," balas Amar kembali menatap dan mengulurkan tangannya kehadapan Sabilla.

"Beruntung, lo datang malam ini. Sebab gue lagi mode baik hati," Sabilla tersenyum kecil menyambut baik tangan Amar.

"Sebentar," pinta Amar menatap lamat-lamat wajah Sabilla. Tiba-tiba...

Tied UpWhere stories live. Discover now