16. Perpustakaan

29 10 24
                                    

Now suddenly you're asking for it back
Could you tell me where did you got the nerve
You could say "you miss all that we had"
But I don't really care how bad it's hurt
When you broke me first

_Tate McRae_

※※※※※※※※※※

"Gue tahu kesalahan gue sama elo amat berat. Tapi gue juga gak bisa apa-apa."

Langkah Sabilla yang sedang menyeret troli berisi buku di lorong rak-rak panjang perpustakaan memelan, sebelum berhenti total. Suara itu berasal dari balik rak samping kanannya.

Sabilla tahu menguping itu bukan hal terpuji. Tapi keadaan menjebaknya, jadi hukumnya tak sengaja. Lagi pula, kalau dia bergerak sekarang obrolan itu akan terganggu.

"Lo juga tahu keadaan gue sehancur apa sampai akhirnya gue terikat sama barang haram itu. Tapi Ren, perasaan gue sama elo nyata. Dan sampai saat ini masi--"

"Perasaan kita udah jadi masa lalu. Kalau lo kembali silakan aja. Tapi jangan jadikan gue sebagai alasan."

Kak Amar?

Sabilla melihat jam tangan di pergelangannya. Waktu menuju istrahat masih ada beberapa saat lagi. Tetapi kenapa kekasihnya bisa ada di perpustakaan di jam ini? Dan siapa pula gadis yang bersamanya?

"Tapi alasan gue kembali itu emang lo dan hanya lo. Gue berhutang maaf atas kesalahan gue dan perasaan ini, gue ingin kita bisa seper--"

"Cukup! Dari awal lo yang pergi. Jadi jangan pernah berharap gue bersedia mengulang apa yang sudah berakhir."

Setelah bentakan bernada rendah itu, Sabilla hanya menangkap derap langkah yang menjauh. Dari lorong di depannya Sabilla melihat seorang gadis berjalan sambil menunduk. Meski begitu dia tetap bisa mengenali figur itu. Dia adalah Syifa, anak baru sekaligus mantan kekasih Amar.

Bel istrahat tak lama berbunyi. Keheningan perpustakan yang sempat dirasakannya tadi ternyata menyembunyikan begitu banyak murid senior di dalamnya. Sabilla juga melihat Ethan dan Rama yang notabenya adalah teman sekelas Amar, ada diantara gerombolan yang berbondong menuju pintu keluar.

Sabilla melirik ke arah sela-sela buku dimana dia melihat penampakan punggung sang pacar tadi. Dan ternyata sosok Amar sudah menghilang. Sebersit praduga membuat kedua tangannya mengepal.

Sabilla berbalik kembali menghadap rak dan menata buku-buku mata pelajaran Kimia yang baru saja kelasnya gunakan dengan bibir terkatup rapat. Entah kenapa kekesalan tiba-tiba menjajah perasannya.

Mungkinkah karena ditinggal kedunya rekannya dan menyebabkan dia terjebak di perpustakaan lalu mengerjakan tugas sendirian. Atau justru....

"Gue kira salah orang."

Tiba-tiba sepasang tangan melingkar di perutnya. Harum parfume khas menyerbak indera penciuman Sabilla. Aroma yang membuat dia ketagihan menghirupnya. Namun kali ini, tanpa alasan jelas malah rasa jengkelnya semakin menjadi pada sang sumber keharuman khas woodsy dan earthy ini.

"Masih di sekolah, Kak. Lepas." Gadis berkuncir kuda itu bergeser hingga pelukkan Amar pada dirinya lepas.

"Di sini dari kapan? Kok ngerjain tugas cuma sendirian?"

Sabilla tak menjawab. Gerakan tangannya semakin gesit meletakkan buku-buku mengisi ruang kosong di rak. Melihatnya Amar merasa ada yang janggal pada sikap Sabilla. Tak biasanya kekasihnya bersikap acuh--terkesan menghindar seperti sekarang.

"Biar gue."

Amar merebut 3 buah buku dari tangan Sabilla, saat gadisnya kesulitan menggapai rak paling atas. Sekaligus memanfaatkan kesempatan untuk kembali menggapai tubuh jenjang Sabilla dalam rangkulan tangannya.

Tied UpWhere stories live. Discover now