08. Missing

45 11 35
                                    

Sebelum lanjut baca,
silakan tekan bintangnya 🌟
dan tulis makanan fovorit kalian minggu ini.

Siap?

GO!!!


※※※※※※※※※※




"When it doesn't give you a comfort, even after knowing you are not alone
.... that's what i'm scared of."

_Si Eta_



※※※※※※※※※※

Deri menghela nafas gusar. Panggilannya pada ponsel Sabilla lagi-lagi teralihkan ke kotak pesan. Sedangkan waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Yang artinya sudah 6 jam lebih sejak dia tidak menemukan gadis itu di kafe.

Om Luigi dan Bunda Gayatri sudah tiba di rumah Eyang sejak sore. Deri pun sudah memberi tahukan Om Luigi tentang hilangnya Sabilla. Tapi mereka memutuskan merahasiakannya dulu, sebab mempertimbangkan kondisi kesehatan Eyang.

Deri duduk lesu di depan sebuah bangunan 5 lantai, yang terletak di pusat kota. Mang-Gae Spa dan Sauna. Lokasi terakhir di mana ponsel Sabilla terlacak.

Sayangnya, di sana dia hanya menemukan barang-barang Sabilla. Yang pastinya memang sengaja di simpan gadis itu di salah satu loker tempat ini.

Hasil pengecekan beberapa footage CCTV pun menunjukan gadis itu keluar dari gedung sauna tak lama setelah menyimpan barang. Lalu berjalan kaki menuju pom bensin yang berjarak 100 meter dari sana dan memasuki toilet umum. Pintarnya, Sabilla tidak meninggalkan jejak di kamera pom bensin, yang menunjukkan kapan dia keluar.

"Lo terlalu pintar bersembunyi, Sa." Deri memejamkan mata, memijit keningnya yang berdenyut. Perasaannya campur aduk. Dia marah pada dirinya, bingung juga khawatir yang begitu mendominasi.

Bagaimana pun ini pertama kalinya, setelah 2 tahun kejadian mengerikan itu, Sabilla berada di luar rumah tanpa pengawasan mereka. Ia takut sesuatu buruk terjadi pada Sabilla. Meski Sabilla sempat tinggal di kota besar ini, tapi itu bertahun-tahun lalu.

Keadaan dan manusia berubah setiap waktunya. Begitu pula celaka dan musibah yang tidak bisa kita prediksikan kapan atau dari siapa datangnya.

Ponselnya bergetar, pesan masuk dari Om Luigi yang mengatakan kalau orang-orang mereka tidak menemukan keberadaan Sabilla di hotel atau villa mereka. Om Luigi juga menyampaikan telah mengirim orang-orangnya untuk menyusuri ke tempat-tempat yang mungkin akan Sabilla kunjungi. Beberapa lainnya diarahkan pada statsiun kereta juga halte-halte di ibu kota.

Deri berusaha menenangkan diri. Mengulang kembali setiap percakapannya dengan Sabilla. Berharap ada petunjuk yang bisa dia dapatkan. Namun, entah karena terlalu serius berkonsentrasi atau bagaimana, hingga justru lambungnya berbunyi. Deri menghela napas, ternyata khawatir tidak merubah kodratnya sebagai manusia yang butuh makan.

Pemuda berjaket abu-abu itu kembali memakai helmnya dan menaiki motor. Dia memutuskan mencari tempat makan sebelum melanjutkan pencarian.

Saat melewati alun-alun, laju motornya memelan. Dia melihat food court lokal. Jejeran pedagang kaki lima dengan terpal biru yang khas. Berjejer rapi di sisi jalan menyediakan bermacam jenis makanan yang dijual. Deri menghentikan motor dan memasuki salah satu tenda yang menjual soto.

Sambil duduk menunggu pesannya, Deri mengamati penjual ikan bakar di sebrang. Pikirannya lagi-lagi melanglang buana. Andai Sabilla bersamanya saat ini, gadis itu pasti tanpa ragu akan melangkah kesana. Bagi seorang Sabilla, spaghetti brulee buatan chef Michelin sekalipun tidak ada apa-apanya jika dibandingkan ikan bakar abang kaki lima. Dia sesuka it--

Tied UpOnde histórias criam vida. Descubra agora