13. They Don't Know-01

34 10 28
                                    

"Status kita adalah keseriusan yang coba kau buktikan.
Tapi ikatan ini hanya tali transparan yang tak bisa dijadikan pegangan--rahasia kita."

_KorbanBPUIM_


※※※※※※※※※※

Hari Sabtu adalah yang paling dinanti sebagian besar orang. Terutama bagi mereka yang mengalami kesibukan yang padat dalam lima hari kerja. Percayalah, weekend menjadi surga dunia yang paling di rindu.

"Satuday night" juga menjadi waktu sakral yang di manfaatkan setiap insan dengan memadu kasih bersama pasangan mereka. Seperti yang di lakukan Eyang embul untuk membahagiakan istrinya.

Usia mereka boleh dibilang tak lagi muda. Tapi jangan salah, gelombang cinta keduanya tak pernah menua.

"Eyang tidak akan melarang jika kami mau main, Sa," ucap Eyang Lia saat cucu perempuan satu-satunya itu mengantar mereka ke mobil. Keduanya akan menghabiskan liburan di vila.

"Ya, boleh main. Asal kau tidak seperti kucing. Pulang-pulang tipsy dan bunting."

"Sayang..."

"Apa, Honey? Aku hanya menjelaskan pada cucu kita. Bahwa gaul boleh saja, asal jangan yang menganut sex bebas, drug dan toxic relationship yang lupa batas. That's all not good," Eyang Inu menatap Sabilla serius, "Semua kenikmatan semu, termasuk hype dan orgasme yang kau rasakan. Setelahnya kau akan pusing jika kontrak hidupmu Tuhan perpendek atau rahimmu tiba-tiba terisi zig--"

"Wisnu."

Sabilla menahan tawa melihat Eyang embulnya langsung mingkem mendapat ultimatum keras dari Eyang Lia. Salah sendiri, sih. Tahu istrinya anggun, tapi omongannya frontal gak pake filter.

"Sudah Eyang, kalau berdebat sekarang kalian akan kemalaman di jalan dan nggak jadi nge-date," Sabilla menengahi dan menggiring Eyang Lia ke sisi mobil yang telah disiapkan. Sang supir dengan sigap membukakan pintu.

"Sa paham maksud nasehat kalian. Dan janji gak akan nakal."

Sabilla melempar kedipan mata genit pada Eyang Inu, membuat pria yang malam ini mengenakan sweater rajut berwarna hijau tua itu mengembangkan senyum lebar.

"Don't forget to call your Dad," pesan Eyang Inu sebelum memasuki mobil.

Sepeninggal keduanya Sabilla masih terpekur di depan gerbang. Memandang lurus rumah sebrang. Kamar Kirana yang terletak di lantai dua rumah itu terlihat gelap. Tentu saja karena penghuninya sedang berkencan dengan Kresna. Pemuda yang berhasil memikat hati Kirana dan lolos seleksi ketat Abang gadis itu sejak sebulan lalu.

"Mungkin perasaan seperti ini kali ya, yang dirasakan pencipta lagu kekasih bayangan. Memiliki tapi tak bisa diakui," gumam Sabilla menghela napas panjang lalu berjalan masuk setelah mengunci gerbang.

Setibanya di dalam, Sabilla langsung menuju dapur. Tadi sore Eyang Inu mengatakan ia membeli cumi dan udang. Sogokan agar ia betah di rumah dan tidak menyambangi restoran beliau.

"Lumayan juga suap kali ini."

Mata Sabilla berbinar puas saat mendapati bahwa Eyang Inu bukan hanya membeli udang dan cumi, tapi juga memenuhi isi kulkas dengan bahan masakan yang ia sukai.

40 menit berlalu, dapur hanya terisi suara desingan lubang uap dari panci presto, denting spatula yang beradu dengan dasar teflon juga suara mesin penghisap asap. Menandakan Sabilla lebih menyukai kesibukannya diiringi sunyi.

Namun dering ponsel yang meraung dari atas pantry membuat Sabilla menghentikan kegiatannya. Gadis itu menatap nama yang tertera sebagai penelpon sebelum menggunakan punggung jarinya menggeser tombol hijau.

Tied UpWhere stories live. Discover now