10. Rekognisi

48 10 37
                                    


"Feel the warmth, we'll never die
We're like diamonds in the sky
You're a shooting star I see
A vision of ecstasy"

_Rihanna-Diamonds_

※※※※※※※※※※

Suara tawa ceria Kirana menyambut Amar, saat dia memasuki rumah. Dia bertanya-tanya apa gerangan yang membuat Adiknya yang beberapa hari belakangan murung kembali riang? Apa mungkin teori cewek hanya perlu diajak jalan buat balikin mood bukan sekedar mitos?

Tapi syukurlah, setidaknya Kirana udah lupa masalah hilangnya gadis itu.

"Akhirnya pulang juga."

Amar mengernyit heran mendapati Papa mereka sudah santai di rumah padahal baru pukul 7 malam.

"Cepet mandi, Bang! Kita mau makan di rumah tetangga!"

Pertanyaan yang sedari tadi bercokol di benaknya terjawab sudah. Ternyata keceriaan Kirana berasal dari tetangga baru mereka yang ternyata Zeta dan keluarganya.

"Tak heran putri kami langsung luluh dengan kalian berdua. Kalian sangat manis."

Puji Tante Gayatri mengelus kepala Kirana. Amar langsung mendengus melihat Kirana yang salah tingkah tersenyum malu-malu.

Mereka tidak tahu saja gadis itu adalah monster kecil yang bisa membuat kepala migren berkepanjangan jika sudah berulah.

"Hey, anak muda! Kau menghancurkan karyaku!"

Tiba-tiba teriakkan Eyang Wisnu menggelegar dari arah dapur. Obrolan di meja makan langsung senyap seketika.

"Hey, kakek tua! Aku justru sedang menyelamatkan harga dirimu. Kau mau menyajikan makanan yang masih berdarah-darah seperti ini pada tamu?"

"Jangan sentuh sayuran itu!"

"Aku tidak menyentuhnya hanya menambahkan sedikit penyedap rasa!"

"DEMI TUHAN!"

"Lia, honey!! Cepat tolong aku. Keluarkan setan cilik ini dari dapurku!"

"No, Eyang! We good!"

Sedetik kemudian, kecuali Amar, mereka semua tergelak. Pemuda itu kebingungan sebab tidak ada penghuni meja makan yang terlihat akan melerai dua orang yang cekcok di dapur.

"Jangan salah paham ya, Mar. Sa sama Eyang Inu emang begitu kalau interaksi. Tapi tenang, nggak bakal terjadi tindakan kriminal." Deri mengulum senyum menyadari ketidak nyamanan Amar.

"Bener, Kak. Nggak usah khawatir putri Om dan Tante itu semanis es krim." Zeta ikut bersuara membuat pasangan suami istri di depannya kembali tertawa.

Tunggu, Om dan Tante?

Kirana cekikikan melihat ekspresi Abangnya. Kerutan di dahi Amar mengingatkannya pada wajah bayi yang sedang poop.

"Minum dulu Bang, minum! Lo kelihatan stress banget." Kirana tanpa aba-aba menyodorkan gelas kedepan bibir Amar. Memaksa Abangnya menelan tiap teguk isi gelas dengan cepat.

"Bebek panggang datang!"

"Uhk!"

Kemunculan Eyang Wisnu serta sosok gadis yang membawa nampan berbarengan dengan tersedaknya Amar di samping Kirana.

👟👟👟


Beberapa jam setelah pertemuan di Kafe...

Bebek panggang Abah Inu. Sabilla mendengkus, tidak tercantum dalam rencananya akan memilih bangunan ini sebagai tempat ia melarikan diri.

Tied UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang