21. Negosiasi

31 11 34
                                    

Olla..... ayem bek.
Met maljum, semua😊😊
Selamat bertemu dengan yang manis-manis.

Seperti biasa jika ada typo tandai yaa.
Jangan lupa koment yang banyakkkk, biar aku senang.

Sok, di persilakan waktu dan tempatnya.

※※※※※※※※※※

"Hal terpenting dalam sebuah hubungan adalah hati yang merasa. Bukan sekedar hasrat atau keinginan. Juga perhatian dan kepercayaan diri."

_Angels Elbar_

※※※※※※※※※


"Sabilla?"

Suara itu membuat Deri maupun Sabilla berbalik menengok ke arah sama.

Seorang gadis cantik diaping dua orang bocah berseragam batik dan bawahan merah, berdiri di dekat meja mereka.

"Kak Senandung!" Sabilla tersenyum menyambut gadis di depannya dengan pelukkan. "Sama siapa kak?"

"Adikku, Diah sama Abim. Ayo kenalan. Ini teman Teteh. Namanya kak Sabilla."

Kedua bocah itu menurut. Meyalami Sabilla menyebut nama mereka masing-masing dengan mata tak fokus.

"Lucu," Sabilla mengelus rambut Diah yang di kuncir dua. Mengingatkannya pada si cute simpanse. Gimana kabar gadis itu?

"Gabung aja, yuk? Es krimku juga baru dianter," tawar Sabilla pada gadis yang pertama kali dia kenal di acara makrab dulu. Sewaktu Rama yang menjabat sebagai kambing alias kakak pembimbing regunya, menitipkan Senandung agar bisa tidur di tenda mereka.

"Gak usah. Kami gak mau jadi nyamuk," Senandung mengerling jahil membuat Sabilla terkekeh pelan.

"Teh, Di mau pesen dulu!"

"Di, tungg--Abim! Ya ampun..."

Sabilla sontak ikut tertawa bersama Sena melihat dua adik gadis itu sudah berlari menuju konter pemesanan es krim dan berdebat di sana.

"Aku duluan ya. Bahaya kalau mereka malah ngacak-ngacak kedai orang," pamit Senandung diiringi tawa kecil. "Kapan-kapan jalan bareng?"

"Hubungi aku kapan pun, Kak."

"Siap, Nona."

Sabilla melepas gadis tadi dengan pandangan berbinar. Deri juga membalas ramah, sapaan gadis yang Sabilla panggil Senandung itu. Meski sedikit rasa tak percaya terbesit, sebab tak biasanya gadis judes ini bisa seramah tadi, apalagi pake bahasa "aku-kamu". Amat sangat tidak biasa.

"Senior lo?" tebak Deri.

"Beda sekolah," jawab Sabilla memasukkan sendokkan es krim yang belum sempat ia nikmati. Rasa dingin yang lumer di rongga mulut membuat pengar otaknya jadi sedikit rileks.

"Kok bisa akrab?"

Sabilla nyengir tanpa menjawab rasa penasaran Deri. Karena tidak mungkin dia mengatakan sejujurnya, kalau Senandung adalah orang yang menolong dirinya dan Kirana saat mereka dicampakkan Amar malam lalu. Bisa gawat!

"Gimana perasaan lo setelah mengunjungi makam Mama?" tanya Sabilla mengangganti topik obrolan.

"Gak ada yang berubah. I still love you."

"Deri!"

"Yes, little Sisy?" Pemuda itu tersenyum, menyodorkan sesendok es krim rasa Choco-mint miliknya, "Cobain, baru gue jawab."

Tied UpWhere stories live. Discover now