23. Silap

33 7 12
                                    

"Kalian pasti pernah dengar pribahasa :
Apa yang nampak di depan mata, belum tentu asli.

Dan gue mengingatkan lagi. Pastikan apa yang nampak nyata bukan tipuan semata."

_Sabilla_

※※※※※※※※※※

Rintik gerimis menandai hujan lebat baru saja reda. Sabilla sengaja membuka jendela agar sirkulasi udara di kamarnya bisa lebih segar.

Mengintip di balik teralis jendela, bintang-bintang diatas sana masih betah bersembunyi dibalik gulita. Sesekali cahaya kilat pun menghias langit malam. Menikmati suasana sendiri di kamar membawa pikiran Sabilla kembali mengawang pada percakapan lalu dengan sang Papa.

"Papa... sepertinya-- kami akan bercerai."

"Kenapa?"

Kebisuan Luigi diartikan Sabilla sebagai kebimbangan. Papanya jelas masih menyimpan rasa untuk Gayatri, dan alasan ia ingin bercerai tak lain, pasti dirinya.

Jika menuruti keegoisan, Sabilla bisa saja menyetujui keinginan Luigi tepat di detik pertama. Hanya saja nuraninya sebagai seorang putri yang mencintai Papanya menahan.

"Kalian memulai hubungan dari sebuah kesalahan. Tapi cobalah bersikap sebagaimana usia kalian, dewasa."

"Jika dulu Papa pernah begitu yakin untuk menikahi perempuan itu. Carilah keyakinan yang sama untuk mempertahankan hubungan kalian."

Kalimat itu menjadi pemungkas obrolan mereka. Dengan langkah berat Sabilla menyeret diri kembali ke kamar, menyepi hingga sekarang.

"Dia makin lama makin ngelunjak."

Meski posisinya memunggungi pintu kamar, tetapi Sabilla mampu mengenal jelas, suara barusan milik siapa.

"Ngapain ke sini?"

Sabilla berada di area santai pribadinya. Pojokan sisi utara kamarnya ini tadinya terdapat dua sekat kecil yang kini telah di rombak menjadi ruang tanpa pintu dengan jendela besar.

Tak banyak barang, hanya sofa bed yang tepat menghadap jendela, rak dinding yang terisi buku-buku serta koleksi album berjejer rapi, serta sebuah meja di mana Sabilla menempatkan pot-pot kecil tanaman hias dan dua wadah bening, khusus rumah ikan cupang koleksinya. Lalu di samping kaki meja, ada kandang Kuso-- kucing Persia milik kekasihnya yang Sabilla culik.

"Mending si Kuso gue bawa balik aja deh. Nemenin Bibi."

Amar mencoba meraih Kuso yang tiduran di pangkuan Sabilla. Tapi seolah tahu, kucing berbulu putih dan coklat pudar itu meloncat naik ke bahu Sabilla. Yang tentu langsung mendekapnya, agar tubuh gembul kucing berusia 3 bulan itu tidak meluncur ke lantai.

 Yang tentu langsung mendekapnya, agar tubuh gembul kucing berusia 3 bulan itu tidak meluncur ke lantai

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.


"Dasar licik," geram Amar.

"Lo segitu takutnya kesaing sama Kuso?"

"Yang, ayolah! Dia itu laki-laki."

Tied UpWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu