11. Bitter Sour Lemone

43 11 38
                                    


Why all the switching sides?
Where do I draw the line?
I guess, I'm too naive to read the signs

I'm just lookin' for some real friends
All they ever do, is let me down
Every time I let somebody in
Then I find out what they're all about

_real friends - Camilla Cabello_


※※※※※※※※※※


Pagi ini Sabilla, Kirana dan Zeta berangkat ke sekolah diantar oleh Deri. Kirana bahkan menolak ikut dengan sang Abang dengan alasan mau perpisahan sama kakak tampan. Yang membuat wajah Amar langsung masam saat memasuki mobilnya.

"Sering-sering main ke rumah Eyang ya, Kak. Dan sampai jumpa!" ujar Zeta dari luar jendela.

"Jangan lupa IG gue di follback, Kak!"

"Gue juga!"

Sabilla memelototi Zeta dan Kirana dari dalam mobil. Tapi Kedua gadis itu malah cekikikan lalu berlari meninggalkan Sabilla yang masih bertahan di mobil dengan sang Kakak.

"Inget! Lo ada janji buat bikinin gue ayunan di belakang rumah."

"Gue pasti balik secepatnya," jawab Deri tersenyum. Dia tidak sedang kege-eran sendiri dengan salah menafsir maksud Sabilla kan? Gadis ini menginginkan dia kembali berkunjung.

"Hati-hati."

"Sa," panggil Deri seraya menahan lengan Sabilla yang hendak membuka pintu mobil.

"Kenapa?" Sabilla bertanya balik saat Deri tak kunjung buka suara.

"Boleh, gue meluk elo?" pintanya dengan sorot penuh harap.

Keheningan dalam mobil membuat Deri perlahan melepaskan lengan Sabilla. Dia sepertinya kembali mengambil langkah yang salah dan membawa mereka dalam kecangungan.

"Sorry. Nggak usah dipi--"

Terusan kalimat Deri lenyap saat tubuhnya menghangat didekap Sabilla. Aroma segar dan manis yang lembut dari keharuman rambut Sabilla menusuk-nusuk hidungnya, menggoda penuh candu.

"Gue nunggu ini selama dua tahun, dan lo cuma diam kaya patung?"

Suara Sabilla yang teredam di bahunya membuat sesuatu dalam diri Deri tergelitik meronta. Kedua tangannya mengambil tindakan sendiri, merengkuh erat tubuh gadis yang dalam diamnya begitu ia rindukan.

"Jangan benci gue," lirih Sabilla.

"Nggak akan pernah, Sa," balas Deri mengecup sisi kepala Sabilla. Permintaan gadis itu menghadirkan perih di hatinya. Tapi berkat ucapan itu pula ia jadi tahu, renggangnya jarak diantara mereka disebabkan ketakutan yang sama mereka rasakan, bukan kebencian.

"Jujur, masih sulit untuk gue bisa memaafkan dan menerima semua yang udah dia lakukan. Hati gue nggak selapang itu, Sa. Gue belum bisa," ujar Deri menghela nafas pelan.

"Meski begitu, harus gue akui diantara banyaknya kecewa yang dia kasih, rasa sayang dan rindu yang selama ini gue genggam erat selama menanti dia kembali tetap tersimpan rapi. Walaupun pada akhirnya semua sia-sia tanpa pernah tersampaikan."

Ada nada getir dan amarah yang dibalut kecewa dalam ucapan Deri yang membuat Sabilla semakin menunduk dalam penyesalan. Bagaimanapun juga kehadiran Papa dan dirinya ikut andil dalam luka yang di tanggung pemuda ini.

"Dan atas segala tindakan kasar Opa dan Oma, gue minta maaf. Mereka melakukan semua itu karena gue."

Sabilla menggelengkan kepala tanpa mampu menjawab. Dia tidak ingin Deri tahu ada tangis yang coba dia sembunyikan.

Tied UpWhere stories live. Discover now