7. luka masa lalu yang sama.

1.9K 133 0
                                    

"Biarkan kita hanya jadi bagian dari masa lalu. Jangan ada lagi di masa kini, atau pun masa depan! Anggap saja kita hanya bagian dari masa lalu yang pahit."

Happy reading

o0o

Stefan tahu langkah apa yang ia ambil, Stefan tahu apa yang pantas ia raih. Itu lah mengapa Stefan terobsesi dengan apa yang dia inginkan. Sekali lagi Stefan ingin kembali memiliki sesuatu yang dulu sempat hilang. Salah satu orang terpenting dalam hidupnya.

Penyesalan bagi Stefan adalah maut kedua. Entah bagaimana bisa Stefan merasa jika dirinya terlalu bodoh di masa lalu. Setiap hal yang ingin dia perbaiki akan selalu menjerumuskan dirinya ke dalam masa lalu.

Berkali-kali Stefan mencoba untuk meniadakan memori masa lalu itu. Namun, setiap kali ia mencoba, kilasan di mana bodohnya dia ketika itu malah makin membelenggu otaknya.

"Apa yang kau pikirkan?"

Defano mendudukkan dirinya di sebelah Stefan. Mereka tengah berada di sebuah rumah yang tak di huni namun sudah di renovasi dan di jadikan tempat berkumpulnya Stefan dan teman-temannya.

"Tidak ada," ucap Stefan singkat. Laki-laki itu kembali meneguk minuman kalengnya.

Defano terkekeh kecil. "Memikirkan masa lalu?"

Stefan menolehkan kepalanya ke arah Defano. Dia menatap datar sahabatnya itu.
Stefan menarik nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Terlalu bodoh jika masih memikirkannya lagi." Defano membuka kaleng minuman soda yang ia ambil dari atas meja di depan mereka. Mata Defano tertuju pada Tyo dan Ryan yang tengah bermain PS.

Stefan diam tak menjawab. Laki-laki itu seperti tengah memikirkan hal yang tidak bisa dia mengerti. Perkataan Defano barusan seperti tamparan untuknya.

"Kau benar. Jika saja dulu aku membunuh wanita itu mungkin saat itu semuanya akan baik-baik saja." Wajah lesu Stefan ia tunjukkan terang-terangan. Stefan menutup matanya sejenak untuk menenangkan dirinya.

"Wanita itu," Defano bergumam dengan tatapan tajamnya. Dia masih ingat bagaimana dulu wanita itu membuat Stefan seperti monster yang tidak terkendali.

Defano kembali menatap Stefan. "Ah sudah lah lupakan. Lagi pula kini gadis mu sudah kembali lagi, Stef," kata Defano sambil terkekeh membuat Stefan kembali menghela nafas.

o0o


"Kau suka tempat ini?"

"Hem, tempatnya bagus." Ana memandang sekeliling mengamati tempat yang ia kunjungi bersama Wesy sekarang.

Wesy mengangguk setuju. Memang tempat ini sangat indah dan sejuk. Kini, mereka tengah berada di sebuah Cafe yang menampilkan pemandangan alam yang indah. Banyak bunga di sekitar mereka. Membuat suasana menjadi semakin nyaman.

"Kau ingin pesan apa?"

Ana membuka buku menu yang ada di hadapannya. "Nachos dan chicken fingers, juga untuk minumannya Mocktail Sangria," ujar Ana yang sudah selesai memilih menu makanannya.


"Baiklah, samakan saja makanannya. Untuk minuman aku pesan macchiato."

Pelayan cafe di samping mereka segera mencatat pesanan kedua gadis itu. "Baik silahkan di tunggu."

Why You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang