18. Rumit.

504 30 0
                                    

Happy reading.

o0o

Keluarga itu kini tengah menikmati malamnya. Keheningan menyelimuti suasana dimeja makan tersebut. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring yang beradu. Semuanya fokus pada makanan yang kini tengah mereka nikmati.

Stefan melirik aneh pada ibunya yang menunduk dan diam saja sejak dia datang ke meja makan itu. Tidak seperti biasanya yang menyambutnya dengan senyumnya. Ayahnya juga menunjukkan wajah tak bersahabat. Stefan tidak merasa aneh dengan Setya. Karena ayahnya memang biasa menunjukkan raut dingin. Tapi ibunya kali ini sedikit aneh. Hanya Axel lah yang terlihat biasa saja.

Makan malam hening itu telah selesai. Belum ada yang bangkit, mereka masih menikmati hidangan penutup yang telah disediakan Sonya. Karena memang keluarga Stefan tidaklah memilki asisten rumah tangga.

"Setelah ini Papa ingin biacara dengan mu," kata Setya yang membuat atensi Stefan teralih dari makanan itu kearah ayahnya yang sudah akan beranjak pergi. Dan Stefan hanya mengangguk saja.

Stefan mengernyit heran. Melihat ibunya yang masih diam dan tidak mengatakan apa pun selain membereskan piring bekas suaminya.

"Mama kenapa?" Tanya Stefan lirih pada adiknya yang ada disebelahnya.

Axel melirik Stefan sebentar lalu memandang Sonya yang pergi kearah wastafel. "Tidak tau."

Laki-laki bermata tajam itu mendengus kesal. Melihat ibunya yang kembali ke meja makan, Stefan langsung memegang tangan ibunya yang hendak mengambil beberapa piring lauk.

"Ma."

Sonya menatap Stefan. Jantung Stefan berdetak tak karuan melihat mata ibunya yang sedikit sembab. Sonya memasang senyumnya setelah menyadari raut wajah Stefan. Wanita itu melirik putra bungsunya.

"Axel, tidur lah. Sudah malam," kata Sonya yang memang berniat mengusir halus Axel.

Sebenarnya Axel enggan beranjak. Ia ingin mendengar percakapan kakak dan ibunya. Tapi melihat wajah Sonya yang memang sedikit lelah dan lesu membuat Axel mengangguk dan segera pergi dari meja makan tersebut.

"Dan Stefan, pergi temui Papa." Sonya memandang putra sulungnya dengan lembut.

"Stefan ingin bicara Ma," ucap Stefan tegas.

"Pergi temui Papa dulu."

Stefan mengangguk dan pergi meninggalkan Sonya dengan lesu. Laki-laki itu bersandar sejenak pada pilar rumahnya. Perasaannya sedang kacau sejak siang tadi. Tentang peneror yang mengincar Ana, dan apa hubungannya dengan Arion, kenapa laki-laki itu sangat mencurigakan, lalu mamanya yang terlihat tidak baik-baik saja.

Stefan menghembuskan nafas pelan. Lalu pergi ke ruangan Setya. Jujur saja Stefan malas dengan pembicaraan dengan Setya. Pembicaraan itu pasti tidak jauh-jauh dari Stefan yang harus menjadi penerus perusahaan, Stefan yang harus pergi keluar negeri untuk berkuliah, dan Stefan yang harus menjadi anak penurut. Dan sialnya Stefan tidak bisa menantang ayahnya itu.

Saat pintu ruangan terbuka, Stefan mendapati ayahnya tengah membaca laporan di kursinya. Laki-laki itu mendekati Setya yang terlihat menyadari kedatangan Stefan.

"Ingin membicarakan apa?" Tanya Stefan setelah ada dihadapan ayahnya yang hanya terhalang oleh sebuah meja.

"Tiga bulan lagi kau akan lulus bukan?"

Why You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang