35. Villain win?

58 4 0
                                    

Happy reading.

o0o

"Halo apa kabar Ana?"

Gadis dengan dress biru itu menggeleng tak percaya dengan apa yang kini berada di hadapannya.

"Bagaimana mungkin."

Sedangkan Jane, gadis itu tertawa. Meski tidak bisa melihat dimana Ana berada, dia pastikan jika Ana pasti terkejut mendapati dirinya kini. Ah, sepertinya Jane terlalu terburu-buru untuk menunjukkan dirinya pada Ana, tapi apa boleh buat jika dia sudah tidak sabar untuk semua ini.

"Kenapa? Berharap aku sudah mati?"

"Apa semua ini, Arion jelaskan pada ku apa yang terjadi?!" Ana menuntut penjelasan pada laki-laki yang kini tengah menatap lantai.

"Ayolah Ana, aku ada disini kenapa harus meminta Arion yang menjelaskannya?"

Jane berjalan perlahan dengan mengandalkan tongkatnya sebagai arahan jalan untuk masuk lebih dalam ke ruangan itu. Ini adalah rumahnya dulu, atau lebih tepatnya ini adalah penjara tak kasat mata dimana dulu ia terkurung disini. Sendirian, dan ditemani rasa takut.

"Ana aku sangat merindukan mu, sayang sekali ya aku tidak bisa melihat dirimu."

"Jane apa mau mu," ucap Ana lirih.

"Mau ku? Astaga kau baik sekali bertanya tentang keinginan ku," kata Jane dengan tertawa kecil.

"Ana dari dulu kau tau apa mau ku bukan? Kau hanya berpura-pura tuli dan buta untuk semua mau ku," sambung Jane.

Ana mengatur nafas untuk menenangkan dirinya yang bergetar. Entah mengapa rasa takut itu muncul lagi ketika ia berhadapan dengan Jane. Rasa takut ketika malam itu dia sendirian dan di bentak keras oleh seseorang, dan dia terluka untuk menyelamatkan Jane.

"Aku sudah melepaskan Stefan, kenapa kau masih mengganggu diriku?" Tanya Ana dengan nada bergetar.

Cengkraman tangan Jane pada tongkatnya menguat.
"Kau memang harus melakukan itu Ana. Krena Stefan milikku. Tapi untuk semua hal yang terjadi padaku, kau lah penyebab-nya!"

"Diriku? Apa salahku?"

"Salahmu adalah karena kau hidup! Aku cacat karena mu! Karena dirimu aku buta sialan!" Bentak Jane yang terlihat emosi, nafasnya memburu, namun sedetik kemudian gadis itu tersenyum.

"Apa semua ini lelucon Jane, kita baru bertemu lagi setelah tiga tahun. Dan selama itu aku tidak pernah menganggu dirimu, tapi kau menuduhku?" Ana menatap tak percaya pada gadis itu, tidak terima kenapa dirinya di salahkan disini.

"Karena kau biang masalah, kau pantas mati Ana!"

"Jane hentikan!"
Kini Arion yang hanya menyimak sejak awal membuka suaranya. Membentak gadis buta itu karena menurutnya Jane sudah keterlaluan.

Kedua gadis itu yang semula saling beradu argumen tentu saja terkejut. Terlebih Jane yang kini matanya berkaca-kaca. Gadis itu sepertinya sangat tempramental.

"Kau membentak ku Arion? Sungguh?" Tanya Jane dengan nada bergetar.

Seolah tersadar dengan apa yang dia lakukan, Arion mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian menggeleng. Laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Jane dan kemudian memeluk gadis itu. Semuanya di saksikan oleh Ana yang terkejut dibuatnya. Jane dan Arion berpelukan.

Why You AgainWhere stories live. Discover now