14. Love.

703 42 1
                                    

Happy reading.

o0o

Arion melangkahkan kakinya menuju pintu sebuah bangunan tua yang terlihat seram. Udara di sana begitu dingin. Namun, tak membuat Arion berbalik dan meninggalkan tempat itu. Sebelum masuk ke dalam sana, Arion melihat kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang yang melihatnya.

Setelah dipastikan aman, Arion membuka pintu bangunan itu hingga menimbulkan suara decitan. Pandangan tertuju pada sebuah tangga yang ada di dalam bangunan itu. Suasana begitu hening, yang terdengar hanyalah ketukan sepatu milik Arion yang melangkah dengan sedikit tergesa.

Tempat itu begitu gelap, penerangannya hanya pada jendela yang terbuka sedikit hingga memberikan celah bagi sinar matahari masuk.

Langkah itu terhenti didepan pintu yang tertutup rapat. Arion memasang senyumnya lalu membuka pintu itu. Ternyata di dalam ruangan itu terdapat kamar. Ada tempat tidur yang terlihat berantakan. Arion masuk dengan langkah pelan. Pandangannya mengedar mencari sesuatu.

"Aku tau kau pasti datang," suara parau itu membuat atensi Arion beralih pada jendela di dalam kamar itu. Seorang wanita dengan gaun hitam terlihat berdiri sambil memandang keluar jendela.

Arion mendekat. Dia tersenyum miris melihat penampilan gadis itu yang terkesan berantakan. "Kau sudah makan?" Tanya Arion saat dia sudah berada tepat di belakang gadis itu.

Gadis itu hanya diam dan masih memandangi pepohonan yang ada di sebrang jalan dengan pandangan kosong.

"Kapan kau akan menepati janjimu?"

Arion tidak bisa menebak apa yang dipikirkan gadis itu. Setiap kali dia datang, pasti pertanyaan itu selalu menyambutnya. Janji, janji, dan janji. Arion tidak lupa, dia ingat, bahkan sangat ingat! Tidakkah gadis itu peka dengan hati Arion. Bukan dengan janji yang Arion buat agar bisa menenangkan gadis itu.

"Sebentar lagi. Dia sudah masuk perangkap, bahkan sudah mempercayai ku," ucap Arion dengan lembut dan tersenyum kecil. Meski ia tahu gadis di depannya ini tidak akan bisa melihat.

"Aku tidak suka kebohongan," ucap gadis itu dengan nada sinis.

"Dan, aku tidak suka berbohong."

Arion menghela nafas. Dia membalikkan tubuh gadis itu hingga berhadapan dengannya. Arion tersenyum, senyum yang biasa ia pasang di wajah tampannya. Begitu tulus.

"Aku pernah bilang, aku akan selalu ada untuk mu, hm? Jadi jangan meragukan ku." Arion menuntun gadis itu menuju ranjang yang ada disana. Arion mendudukkan gadis itu di atas kasur sedangkan dia mengambil sesuatu diatas nakas.

Arion menghembuskan nafas berat. Lagi-lagi dia melihat makanan yang ada diatas nakas utuh, serta sebuah pil yang masih ada disana. Inilah yang di benci Arion, melihat makanan yang dia bawakan selalu saja tidak tersentuh. Padahal Arion sudah membawakannya dengan penuh perhatian. Arion tersenyum miris untuk dirinya sendiri.

"Kau tidak makan? Dan juga obat mu tidak di minum?" Tanya Arion dengan nada lembut. Memandangi wajah gadis itu dengan sendu.

"Tinggalkan aku," kata gadis itu lirih dengan pandangan kosong. Sungguh, ini membuat hati Arion tersayat.

"Aku akan pergi jika kau mau makan," kata Arion dengan nada yang sedikit tegas kali ini. Arion mengambil nampan berisi makanan, segelas air, dan juga ada obat disana.

Why You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang