25. Confession.

391 26 7
                                    


Happy reading

o0o

Stefan berjalan santai memasuki sebuah ruangan gelap dan usang. Dia bersiul kecil ketika membuka pintu ruangan tersebut. Terlihat Tyo, Ryan, dan Defano serta Arsen juga ada disana. Menjaga seseorang yang terikat di kursi agar tidak kabur. Kelima orang tersebut sontak melihat ke arah Stefan yang kini berjalan menuju ke arah seseorang yang menatapnya begitu tajam. Seolah siap untuk membunuh Stefan.

Stefan berdecak. "Apa kau tidak bosan terus terikat disini?" Tanya Stefan pada Arion.

"Apa kau tidak bosan menyekap ku disini?" balas Arion tak mau kalah. Membuat Stefan tertawa kecil.

"Akan ku lepaskan jika kau mengatakan yang sejujurnya padaku."

Arion berdesis. Merasa muak karena sejak tadi dia terus didesak untuk mengatakan sesuatu. Sebelum ketuanya, bahkan anggotanya pun ikut serta dalam pertanyaan itu.

"Lepas!" Arion berontak ketika Arsen maju dan menyentuh pundaknya.

"Kau akan aman tanpa lecet setelah keluar dari sini jika berkata jujur," geram Arsen yang sudah lelah memaksa Arion.

"What do you want?!"

Stefan duduk di sofa yang tak jauh dari Arion. Memperhatikan Arsen yang tengah menjalankan aksinya. Di saksikan juga oleh Tyo, Ryan, dan Defano yang asik meminum soda
layaknya menonton bola di tv.

"Jelaskan mengapa kau menyembunyikan Jane."

Arion terpaku mendengarnya. Dia menatap Stefan dengan tak percaya. Jadi selama ini Stefan tau jika Jane ia sembunyikan? Lalu mengapa dia hanya diam dan tidak melakukan apa pun pada gadis itu. Ini diluar kendali Arion, dia tidak menyangka akan tertangkap basah dengan secepat ini.

"Terkejut?" Tanya Stefan dengan nada mengejek. Memperhatikan raut wajah Arion yang pucat pasi.

"Lama sekali," gumam Arsen yang tidak sabaran.

"Apa kita perlu memberi dia satu atau dua pukulan dulu?" Tanya Tyo sambil menatap polos pada Stefan.

"Tidak perlu. Seperti yang Arsen katakan sebelumnya, Arion akan selamat tanpa lecet jika berkata jujur," jawab Stefan.

"Kalau begitu cepatlah. Apa tidak bosan terus bertele-tele?" Kini giliran Defano yang sepertinya juga ikut geram pada Arion yang tetap bisu.

"Ku hitung sampai tiga, jika tidak mau menjawab maka jangan salahkan aku jika kau dan Jane akan terlempar dari gedung lantai 10," kata Stefan dengan nada santainya.

Arion cemas. Menjawab atau tidak dia sama-sama akan dirugikan. Mungkin jika dia menjawab maka beberapa waktu kedepan tak akan ada luka sedikitpun pada dirinya. Namun disini Jane lah yang akan terluka. Keputusan ada ditangannya. Memilih yang mana benar-benar tak ada untungnya!

"Satu." Stefan mulai menghitung. Sembari menatap wajah ketakutan milik Arion. Ini cukup menyenangkan.

"Dua."

"Ti-"

"Baiklah akan ku ceritakan semuanya!" Sentak Arion.

Semuanya tersenyum lebar. Kecuali Arion yang memejamkan mata cukup frustasi. Mengingat setelah ini pasti Jane tidak akan baik-baik saja. Hanya berharap jika setelahnya Stefan mau berbaik hati untuk tidak melakukan apapun pada gadis yang Arion cintai. Tapi kesalahannya dimasa lalu akankah dimaafkan oleh Stefan? Dimana memikirkannya saja itu sudah tidak mungkin. Apa lagi jika Stefan tau segalanya. Segalanya!

"Cepat katakan," ucap Arsen.

"Aku bertemu dengan Jane saat dia kelas 3 SMP. Dia satu sekolah dengan mu bukan? Saat itu aku benar-benar menyukai dia saat tidak sengaja kami bertemu di toko buku. Aku tidak tau dia siapa dan bagaimana mungkin kami bisa dekat sampai beberapa hari kemudian. Dia sering mengunjungi toko buku itu, aku juga begitu. Tak jarang setelah membeli buku aku dan Jane mampir ke sebuah cafe atau hanya sekedar keliling. Aku benar-benar dibuat jatuh cinta padanya. Tapi--"

Why You AgainWhere stories live. Discover now