19. Trust me.

419 28 0
                                    

Happy reading.

o0o

Langkah Arsen terhenti ketika melihat seorang laki-laki memasuki sebuah gedung tua. Mata tajam Arsen tak henti-hentinya mengamati dan mengawasi orang itu. Arsen semakin dibuat curiga ketika melihat tingkah mencurigakan dari orang tersebut.

Mengetahui laki-laki itu masuk ke dalam gedung tersebut, Arsen dengan buru-buru mengikutinya agar tidak kehilangan jejak. Di tambah dengan suasana yang terlihat mencekam di gedung itu membuat Arsen semakin dibuat penasaran.

Saat memasuki pintu utama gedung itu dengan berusaha tanpa mengeluarkan suara, Arsen disuguhkan pemandangan ruangan yang begitu menyeramkan. Gelap dan banyak sekali sarang laba-laba. Namun tanpa pikir panjang Arsen dengan hati-hati melangkah mengikuti laki-laki itu yang sudah mulai menaiki tangga. Dengan langkah mengendap-endap, Arsen masih waspada akan sekitarnya. Karena tempat itu benar-benar mencurigakan, waspada jika ada seseorang yang tiba-tiba menyerangnya.

Arsen bersembunyi di sebuah pilar besar dan sesekali mengintip laki-laki itu yang mulai memasuki ruangan. Entah ruangan apa Arsen juga tidak tau. Arsen ingin sekali memasuki ruangan tersebut, dan untuk itu dia akan mengeluarkan senjatanya yang ia siapkan untuk berjaga-jaga di keadaan darurat.

Sialnya saat mengeluarkan pisau tersebut, Arsen malah tak sengaja menjatuhkannya. Membuat laki-laki yang tadi sudah masuk ke ruangan itu tiba-tiba keluar dengan terburu-buru. Sedangkan Arsen semakin bersembunyi di balik pilar itu agar tak ketahuan. Pisau yang semula jatuh ia singkirkan dengan perlahan menggunakan kaki. Untunglah pisau itu tak sampai jatuh terlalu jauh.

Arsen mengumpat dalam hati. Jika saja bukan karena tugasnya agar berhati-hati, Arsen pasti akan terang-terangan menyerang orang itu. Sayangnya Stefan sialan itu meminta dirinya agar bermain dalam diam. Arsen benar-benar tidak mahir dalam bermain petak umpet, dia lebih suka untuk langsung menghabisi lawannya secara terbuka tanpa bersembunyi.

"Siapa?"

Mendengar suara itu dan langkah kaki yang semakin dekat, Arsen semakin berusaha agar tidak ketahuan. Apa lagi sepertinya laki-laki itu mendekat ke arahnya.

"Arion, kau di mana?!" Teriak seorang gadis dari dalam ruangan. Membuat mata Arsen melebar karena terkejut.

"Aku di sini!" kata orang tersebut yang tak lain adalah Arion. Laki-laki itu beranjak pergi dan menghampiri gadisnya yang sudah memanggilnya. Meninggalkan sedikit rasa curiga jika tadi ada orang yang mengikutinya.

"Sial. Dia menyembunyikan gadis di sini?" Tanya Arsen lirih pada dirinya sendiri. Arsen kembali melihat Arion yang mulai memasuki ruangan itu yang Arsen yakini terdapat seorang gadis di dalamnya.

Arsen kembali melangkah dengan hati-hati untuk mencapai pintu ruangan itu. Rasa penasarannya semakin besar. Dengan itu dia tak lupa menyiapkan pisau yang kini sudah di genggamnya.

"Kau dari mana?" Tanya Jane ketika merasakan ada seseorang yang membuka pintu kamar, yang sudah pasti itu adalah Arion.

"Tidak ada."

"Kemari lah, aku ingin bicara."

Arion mengangguk dan melangkah mendekati gadis itu. Setelahnya dia duduk di hadapan gadis tersebut yang berada di atas ranjang.

"Kenapa?" Tanya Arion memandang lembut Jane. Tangannya meraih jemari Jane hingga membuat sang empu tersenyum.

"Kau yakin akan ada yang mendonorkan matanya padaku? Aku takut kau tidak bisa menepati janjimu, Ar," ucap Jane yang memasang wajah khawatir.

Why You AgainWhere stories live. Discover now