3.6..

12 2 0
                                    

Pintu gudang yang masih ternganga lebar kembali mendatangkan sosok empat pria tubuh kekar, sungguh watak Cailey adalah sisiopat licik ia mampu menyiapkan rancanaya dengan matang demi menuntaskan ambisi nya

Sebuah balok kayu kembali ingin menghantam dewa yang masih terduduk lemas di lantai,

"Dewa awas!" Pekik Zamora panik

Krakk...

namun sebelum balok mendarat pada punggung dewa, Gara lebih dulu melompat lalu menerjang balok tersebut hingga hancur lebur, disusul flora dan Rafa yang menjatuhkan rahang menyaksikan aksi ikonik yang Gara lakukan

Gara memukul punggung dewa yang masih dengan tatapan kosongnya "selamatkan Zamora, urusan mereka biar aku dan rafa yang tangani"

Dewa menatap gara kemudian berucap lirih "berhati- hatilah Cailey membawa pistol"

Gara sedikit syok, kemudian pria itu mengangguk, dewa menghampiri Cailey sebelum wanita itu mengacungkan pistolnya dewa lebih dulu menahan tangan kanan Cailey lalu meraih pistol itu dengan mudah

Cailey tercengang, sedetik kemudian perutnya di tendang keras oleh dewa hingga gadis itu terhuyung sambil memegang perutnya

Sementara berlawanan arah Rafa dan gara kini dihadapkan dengan empat pria otot besar, walau masih SMA tak bisa diragukan kepiawaian perkelahian gara dan Rafa, tak terhitung berapa aksi mereka yang terlibat perkelahian antar sekolah

Dan yang mereka hadapi bukanlah anak SMA melainkan sampah masyarakat yang tidak berguna, ini akan menyenangkan bagi mereka yang sudah lama tidak berkelahi

"Tidak adil mereka menggunakan alat" bisik Rafa disela ancang-ancang nya

"Kita hanya perlu menghindar, lihat bobot tubuh mereka tidak akan mampu menahan berat tubuh jika mereka kelelahan, ingat tugas kita menyelamatkan Zamora"

Rafa mengangguk dalam memberi aba-aba, sebuah balok dilayangkan dari arah kanan, Rafa yang mudah terbaca hingga ia membungkukkan badannya, sementara dari sisi kiri pria dengan kumis tebal melayangkan pukulannya hingga dapat ditangkis oleh Rafa,

Rafa memutar lengan pria itu dan membuatnya berteriak kesakitan, lalu detik berikutnya terdengar suara 'krak' menandakan Rafa mematahkan tangan pria kumis itu, lalu menendang perutnya hingga tersungkur, kemudian mencari tempat tumpuan untuk dijadikan bahan lompatannya hingga menghantam wajah pria yang satunya lagi lalu jatuh tak sadarkan diri

Sementara di posisi lain, dua pria bersamaan menyerang Gara, ia selalu menghindar kemudian berhasil menghantam perut pria kepala botak itu lalu memukul wajahnya menggunakan siku, Gara mengambil balok pada tangannya kemudian memukul telak kaki pria satunya lagi

alhasil pria itu terjatuh lalu Gara menaikinya dengan memukul secara brutal, hingga wajah pria itu dipenuhi darah dan luka lebam dimana-mana

Gara lengah, hingga nyaris pria berkepala botak melayangkan pisau pada Gara, namun sirna saat flora justru menyelamatkan nyawa lelaki itu, walau tak seberapa pukulan balok yang dilayangkan flora tak berpengaruh namun berhasil mengalihkan atensi pria itu hingga menggagalkan aksinya melukai Gara

Pria itu murka tatapan membunuh membara dimatanya "kau menggagalkan aksiku gadis jalang"

Flora berjalan mundur seluruh tubuhnya gemetar karena ketakutan, bahkan untuk berteriak saja mulutnya kelu tak dapat mengeluarkan sepatah katapun

Pria berkepala botak itu mengangkat belatinya tinggi siap melukai flora, gadis itu memejamkan matanya lalu berteriak

"Garaaaa!"

Bruss.. tak.. tak..

Gara memukul kepala pria itu dengan batu besar hingga mengeluarkan bunyi yang cukup keras, ia melihat wajah flora memucat atas aksinya ia tahu flora mengira pria botak itu akan mati

Gara mendekap tubuh gemetar flora, gadis itu masih belum sanggup menghilangkan trauma masa lalunya dan kini dihadapkan dengan trauma baru

"Kau baik-baik saja? Tidak ada yang terluka kan?"

Flora menatap Gara kemudian ia menggeleng lemah "a-aku baik- saja"

Beralih ke tempat dimana Zamora diikat dewa membantu melepaskan ikatan pada tubuh Zamora, dewa menopang wajah Zamora ia menatap dalam mata cokelat itu dahi yang masih bercucuran darah membuat Zamora sedikit meringis

"Kau okey?" Tanya dewa meyakinkan

Zamora mengangguk lirih kemudian sebutir airmata keluar dari pelupuk matanya, dewa yang paham akan situasi Zamora kini mendekap gadis itu menyalurkan rasa hangat yang luar biasa di hati Zamora "aku akan menjelaskan semuanya nanti, ku mohon kali ini percayalah padaku"

Zamora menangis dalam dekapan dewa, ia memukul dada pria itu dengan tangan lemahnya "kau memang brengsek dewa, mengapa kau tega melakukan ini padaku-"

"Zamora aku tak berniat melakukan hal itu, percayalah padaku, setiap kali aku menatap matamu aku selalu dihantui rasa bersalah"

Dewa sangat merasa bersalah tak di sangka orang yang selama ini berada di dekatnya yang berusaha melindungi nya, bahkan Zamora mengetahui kehidupan dewa, tapi dewa sama sekali tak mengenai pemilik mata coklat itu

"Maaf karena telah menamparmu, karena setelah ini kau bisa menamparku sepuasmu, aku pastikan itu"

Dewa melepaskan dekapannya pada Zamora, ia membantu menghapus airmata Zamora lalu seperkian detik pria itu menutup kepala Zamora lalu membalikkan badan seolah dewa melindungi tubuh gadis itu dan...

Tubuh dewa terhempas ke lantai begitu saja, darah segar turun bebas dari pelipisnya, aksi gila yang dilakukan Cailey barusan berhasil membuat Zamora syok, dengan menutup mulutnya, batu besar yang menghantam kepala dewa kini hancur lebur karena telah melindungi Zamora

Aksi itu menghentikan aktivitas Rafa, gara dan flora, yang sekarang sama terkejut nya dengan Zamora

"Dewa!"...... Pekik Zamora histeris

Zamora menghampiri tubuh lelaki itu ia menguncang tubuh dewa agar pria itu segera sadar namun nihil, kini mata dewa tertutup rapat, yang hanya di dengar dewa hanyalah suara Zamora yang sayup perlahan menghilang

Tangis Zamora pecah, air matanya membludak, ia memang kecewa pada perbuatan dewa, tapi hatinya justru berkata lain, hati nya percaya bahwa dewa memiliki alasan melakukan hal itu, dan kejadian itu pula yang membuat dewa menjadi pribadi yang tak mendapatkan kasih sayang

"Dasar wanita gila!"

Zamora berteriak dan ia berhasil menjatuhkan Cailey, tak dapat dipungkiri betapa murkanya ia pada Cailey, walau masih lemah ia tetap berusaha membalaskan perbuatan Cailey pada dewa, flora yang melihat aksi itu ikut membantu Zamora, sementara Rafa dan gara masih berusaha melumpuhkan empat anak buah Cailey

Situasi semakin tak terkendali saat suara pistol menggelegar, Cailey mengeluarkan pistolnya dan mengarahkan pada Zamora, flora yang sadar akan aksi Cailey ikut menggagalkan dengan memukul pergelangan tangan Cailey hingga pistol terjatuh ke sembarang arah

"Kurang ajar" maki Cailey lalu berjalan ke arah flora dan menampar keras gadis itu,

"Apa kau kehilangan akal? Kau melakukan ini demi melindungi mereka?"

Flora menjatuhkan airmatanya, dengan berani ia menatap Cailey yang notaben adalah kakak nya sendiri, ya,, flora yang tak pernah di anggap saudara oleh Cailey, tapi sebaliknya flora sangat menyayangi Cailey, bahkan perlakuan Cailey pada dirinya tak seujung kuku pun membuat flora membenci Cailey

Tapi kali ini perbuat Cailey telah di luar nalar, pergaulan macam apa yang telah memengaruhi Cailey hingga wanita itu menjadi pribadi seperti saat ini

"Ya,, karena mereka jauh lebih berharga dibandingkan dirimu!"

Tangan Cailey mengudara berniat menampar namun flora berhasil menahan tangan itu "kau jangan naif Cailey, sudah cukup perbuatan tak kemanusiaanmu ini, kau bisa melakukan ini kepadaku tapi kau tidak berhak melakukan nya pada temanku!"

Cailey menyunginggkan senyumnya "baiklah, kita lihat sampai mana kau mampu menahan ini semua"

Cailey mengeluarkan sebuah benda persegi yang terdapat banyak tombol disana, sedetik kemudian flora dan Zamora melotot tak percaya...

TBC ...





LBD disease (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang