4.1

12 3 0
                                    

"jadi benar kalau Cailey itu sisiopat?" Rafa membulatkan matanya kala dewa menjelaskan semua identitas Cailey yang sebenarnya,

Saat ini Gara dan Rafa berada di rumah sakit untuk menjenguk dewa.

......

Waktu itu saat jam istirahat seperti biasa. Dewa, gara dan Rafa menghabiskan waktu bersama di rofftop. Tak banyak yang mereka lakukan selain menikmati angin sepoi-sepoi, atau hanya sekedar mendengar ocehan Rafa yang sama sekali tidak berfaedah, atau teriakan Gara yang sesekali mengumpat tidak jelas karena kalah dalam bermain game.

berbeda dengan dewa yang memilih memanjakan matanya diatas sana, bagi dewa waktu yang tepat untuk meremajakan retina mata adalah jam istirahat ditambah angin yang menyapu indah rambutnya.

Kendati saat bel masuk telah berdering tandanya jam istirahat telah usai, gara menyesap habis minuman yang ia beli di kantin, lalu berjalan gontai menyusul dewa dan Rafa yang telah mendahuluinya.

"Kalian duluan saja, aku ingin mencuci muka" seperti biasa dewa selalu membasuh wajahnya setelah tidur, agar tidak kembali tertidur saat pelajaran berlangsung nantinya.

Rafa dan Gara hanya mengangguk sekilas kemudian berlalu menuju kelas. Dewa berjalan menuju toilet pria, ia membasuh muka dan mengusap wajahnya pelan, matanya sedikit kemerahan karena habis tertidur, setelah selesai tak lupa ia juga mencuci tangan dan bergegas pergi.

Tungkai kakinya berhenti saat melihat objek yang dikenalinya terlihat gelisah, rambut panjangnya sedikit berantakan dan berjalan dengan tergesa-gesa. Tanpa disadari gadis itu menjatuhkan sebuah foto dari sakunya, sebenarnya Dewa tak ingin peduli, tapi gelagat Cailey saat ini benar-benar mencurigakan bisa di bilang seperti orang gila yang sedang kehilangan anaknya.

Ia mendekat lalu meraih foto itu, dan hal yang terjadi selanjutnya adalah membuat matanya merah padam. Sebuah foto gadis yang sangat dikenalinya dicoret bebas menggunakan tanda silang berwarna merah. Dewa memilih untuk membuntuti Cailey hingga gadis itu masuk ke jalan buntu di area belakang sekolah.

Cailey bersandar di antara dinding kokoh untuk menetralkan emosinya, ia meraih tablet yang selalu ia simpan di saku seragamnya, lalu menenggak rakus obat itu untuk menenangkan depresi nya saat ini. Cailey memijat kepalanya sebentar lalu kembali mengacak rambutnya frustasi.

"Jika aku bisa membunuh ibuku, maka aku juga bisa membunuhnya"

Ia meracau pada selaras angin siang kala itu, setelah itu yang terdengar hanya lah suara tawa Cailey yang menggema di lorong sepi. Mulai saat itu dewa berjanji akan melindungi Zamora apapun keadaannya, ia harus melindungi Zamora dari sisiopat gila seperti Cailey.

.....

"Dia memang sudah terkena gangguan mental sejak remaja, saat dia membunuh ibu tirinya sendiri" ungkap Gara

"Bagaimana kau mengetahuinya"

"Aku mengetahuinya dari flora, karena mereka bersaudara" untuk kedua kalinya Rafa membulatkan matanya mendengar validasi dari gara

"Sisi lain dari sisiopat, mereka menjelma seperti malaikat. Jika kalian lihat Cailey cenderung seperti orang yang ramah dan dewasa, seperti tidak terjadi apa-apa padanya. Cailey itu manipulatif, dia bahkan berani ambil resiko hanya untuk menghancurkan orang yang berani mengusik hidupnya" dewa ikut menimpali

Gara membenarkan ucapan dewa, "Bahkan, dulu. Saat aku masih menjalin hubungan dengannya aku sama sekali tidak mengetahui sisi lain Cailey. yang ku tahu dia hanyalah orang yang murah senyum dan pandai bersosialisasi."

"Kenapa suasananya jadi terkesan horor seperti ini, padahal kita datang kesini hanya untuk melihat keadaanmu" Rafa merasa merinding di sekujur tubuhnya, ia pikir sisiopat dan segala tetek bengeknya itu hanya ada di film-film, namun ternyata juga ada di dunia nyata.

LBD disease (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang