3.7

12 3 0
                                    

"Tuhan, aku tidak ingin apapun. aku hanya ingin dia selalu ada disisiku, walau terkadang dia sangat membenciku, tak apa, bukan salahnya, karena aku tetap menyayanginya"

Lingga Buana Cakrawala

🕊️🕊️🕊️

Cailey mengeluarkan sebuah benda persegi dari sakunya, terdapat banyak tombol disana dan hal itu membuat zamora dan flora yakin bahwa Cailey telah meletakkan bom waktu di sekitaran mereka yang dapat meledak kapan saja

"Bersiaplah" kata Cailey

"Karena setelah ini kita akan pergi bersama" jempol Cailey telah siap menekan tombol merah tergantikan dengan tubuhnya terhuyung ke lantai akibat tendangan dewa yang telah kembali sadar

Langkahnya masih sempoyongan menghampiri Cailey lalu berucap pelan "bunuh aku maka semuanya akan selesai"

Cailey terkejut atas penuturan dewa "kenapa? Bukankan semua rahasiamu berada ditanganku?" Sambungnya

Keringat mengucur deras dari pelipis Cailey, menandakan bahwa wanita itu sedang ketakukan "aku tau semuanya"

'aku tau semuanya' kalimat itu masih terngiang dibenak Cailey tak bisa dipercaya rahasia yang telah ia kukus sedemikian rupa telah diketahui oleh dewa? Lelaki itu memang tak bisa diremehkan

Dewa berjalan menghampiri Zamora, senyuman yang sangat tulus terapatri dari bibirnya, bahkan di situasi seperti ini dewa masih mampu tersenyum seolah mengisyaratkan kepada zamora bahwa dirinya dalam keadaan baik-baik saja

Cailey mengubah pergerakannya dengan membabi buta ia kembali meraih pisau yang tergetak lalu berlari menuju dewa, dengan aksi bersamaan flora tak sadar meraih pistol di lantai lalu mengarahkan pada Cailey dan...

Blam.. dor..

Waktu seolah berhenti, tidak ada bunyi perjalanan jam, tidak ada bunyi jangkrik di malam hari, yang terdengar hanyalah suara darah yang bercucuran membasahi lantai, Cailey tergeletak tak sadarkan diri akibat tembakan dari flora yang kini menatap tangannya tak percaya atas aksi yang telah ia lakukan

dewa menatap bagian perutnya yang mengeluarkan darah akibat tusukan belati yang ditancapkan Cailey,ia terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya, Zamora bergegas menghampiri dewa yang hampir saja limbung jika Zamora tidak meraih tangannya

Senyuman dewa yang tadinya begitu tulus tergantikan dengan rasa sakit yang ditahan olehnya,

"maafkan aku" dewa berucap lirih

Zamora tak pernah berhenti menangis melihat keadaan dewa seperti ini, laki-laki itu mengusap airmata Zamora
"air matamu terlalu berharga untuk menangisi lelaki brengsek sepertiku"

Zamora menggeleng kuat, untuk berucap sepatah katapun Zamora tak mampu karena hatinya benar-benar merasa sakit melihat keadaan dewa saat ini "maaf baru mengatakan sekarang, karena aku tidak pernah menyadari perasaan ku selama ini, bahwa aku sangat mencintaimu"

Zamora menganggukkan kepalanya dengan airmatanya yang terus membludak dan itu membuat dewa kembali terkekeh "baguslah, jika kau mengetahuinya-"

"Keluar dari sini zamora, sebentar lagi bom akan meledak-"

"Tidak-" balas Zamora cepat kali ini ia berhasil berbicara

"aku tidak akan meninggalkan mu sendirian-"

"Aku akan membawamu keluar dari sini, tapi ku mohon jangan tertidur dulu"

Dewa tersenyum dan mengangguk "aku akan berusaha tidak tertidur"

Kemudian Zamora menopang tubuh dewa dengan langkah sempoyongan perlahan namun pasti ia akan membawa dewa keluar dari sini sebelum bom waktu meledak

flora yang masih syok menatap tangannya tak percaya berhasil di rengkuh oleh Gara dan menyadarkan gadis itu "Ga-gara a-aku telah membunuh-"

"Stt, kau tidak perlu merasa bersalah, ini hanya kecelakaan" kata gara menenangkan

"Segera keluar sebelum bom meledak" teriak Rafa mengintruksi semuanya untuk bergegas

Rafa membantu membawa dewa dan Zamora keluar sementara flora dibantu oleh Gara, mereka telah berhasil keluar melewati pintu namun baru dua langkah keluar bom meledak hingga membuat tubuh mereka terpental begitu saja dan membuat seisi gudang hancur berkeping

*****

Para perawat bergegas mendorong bankar mereka masing-masing, karena setiap dari mereka tak ada yang sadarkan diri, dan Jangan lupakan kondisi dewa yang banyak kehilangan darah bahkan detak jantungnya kian melemah

Dr. Rega yang berada di atas Bankar dewa terus memompa jantungnya agar tak berhenti berdetak

"Siapkan ruang operasi sekarang" instruksi dokter Rega kepada para perawat yang menangani kondisi dewa

"Maaf anda hanya bisa sampai disini" lingga berhenti di depan pintu ruang ICU, hatinya seperti dihantam benda keras saat melihat adiknya dalam kondisi sekarat seperti sekarang

"Dewa kamu kuat" lingga berucap lirih

Hanya kalimat itu yang mampu mengutarakan isi hati lingga saat ini, walaupun jantungnya kini bertalu-talu menjadi ritme yang tidak beraturan, pikiran yang berkecamuk sejauh ini lingga tetap berusaha berpikir positif akan kondisi dewa

Lingga duduk disalah satu kursi untuk lebih menenangkan kekhawatiran nya saat ini, ia menggenggam kedua tangannya sendiri berusaha menjernihkan pikirannya, sesekali ia berdoa untuk kelancaran operasi dewa

"Tuhan, aku tidak ingin apapun aku hanya ingin Dewa selalu ada disisiku walau terkadang dia sangat membenciku, tak apa, bukan salahnya, karena aku tetap menyayanginya"

Sedangkan dalam ruang operasi Dr.Rega masih menjalankan tugasnya dalam menangani kondisi kritis dewa, tindakan anestesi yang dilakukan dr.rega berupa pemberian obat-obatan sedatif dan antinyeri Tujuannya agar pasien tertidur dan tidak merasakan nyeri selama prosedur operasi

"Dokter, detak jantungnya kurang dari 60 permenit" perawat itu menatap Dr.Rega seakan bertanya tindakan apa selanjutnya

Rega langsung memeriksa detak jantung dewa di mesin monitor semakin melemah, ia sesekali memompa jantung dewa agar tidak berhenti

"Berikan aku automated external
defribrilator"

Perawat langsung menjalankan apa yang Dr.Rega katakan, automated external defribrilator merupakan nama lain dari alat kejut jantung

Dr. Rega meletakkan paddle pada dada Dewa dan memberikan kejutan listrik 100 Joule. Dada Dewa terangkat saat alat medis kejut jantung itu menghantam dadanya namun belum mengembalikkan normal detak jantungnya

"120 Joule, clear" Rega kembali memberikan kejutan listrik pada dewa

"130 Joule" keringat bercucuran dari pelipis Rega, sesekali ia melirik mesin monitor yang tidak memberi tanda-tanda positif

"150 Joule" mesin monitor mengeluarkan bunyi yang semua orang tak mau mendengarkan nya bahkan Rega sendiri, dia akan sangat kecewa jika tidak berhasil menyelamatkan Dewa.

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersambung.....

LBD disease (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang