4.0

14 3 3
                                    

Hujan mengguyur bumi sejak tadi sore, menyisakan gerimis yang dingin nya mampu menusuk hingga ke tulang. Siapa saja memilih bergelung di bawah selimut menikmati rintik gerimis yang tenang seperti alunan lagu yang merdu.

Hujan memang selalu identik dengan kagalauan, tapi bagi Zamora, hujan  identik dengan ketenangan. seperti yang dia rasakan saat ini. Sunyi, meredam Indra pendengarannya saat Gardenia memanggilnya dari luar kamar

Ada yang lebih mengerikan dari kematian, yaitu putus harapan. Zamora sudah tak punya harapan setelah hidupnya di klaim tak akan bertahan lama. hidupnya pupus setelah mengetahui ia hidup di atas panggung sandiwara nya sendiri dan malangnya Zamora merasa  sebagai pemeran terbodohnya.

"Mora, kita bicarakan baik-baik ya."

Lagi, suara Gardenia kembali terdengar dari balik pintu. Andai saja Gardenia tahu seberapa keras Zamora ingin menenggelamkan dirinya dalam bak kamar mandi. Andai saja Gardenia paham seberapa keras Zamora ingin menghilang dari muka bumi, seandainya Gardenia mengerti bagaimana rasanya hidup dalam sebuah kebohongan

Maka hari ini Zamora menemukan satu fakta bahwa hal yang membuatnya trauma adalah keluarganya sendiri. Yang paling ia takutkan adalah keluarganya sendiri.

Zamora memegang kepalanya yang  berdenyut nyeri, andai mereka tahu bagaimana cara Zamora meredam seluruh rasa yang bersorak-sorai dalam kepalanya. Ia membenturkan kepalanya ke sisi nakas berharap rasa nyeri itu hilang, kedua kalinya Zamora membentur lebih keras. Sesekali ia menjambak rambutnya sendiri menahan rasa sakit itu menjalar ke seluruh tubuhnya

"Zamora, buka pintunya ya. Kau baik-baik saja kan?, Mom tidak bermaksud berbohong Mora, mom punya alasan melakukannya. Jangan benci sama mom ya, Mom minta maaf."

'maaf' kata itu berulang diucapkan oleh Gardenia berharap bahwa Zamora menerimanya lapang dada. Walaupun Gardenia tahu Zamora akan memaafkannya, karena putrinya itu adalah selembut-lembutnya sutera.

Namun rasa kekecewaan yang dirasakan Zamora saat ini sudah terkukus rapi dengan apik. 

"Mom, stop!"

Pertama kali dalam hidupnya Zamora membentak perempuan yang telah melahirkannya, detik berikutnya yang Gardenia dengar adalah Isak tangis putrinya.

"Biarkan aku tenang sebentar, walau aku tahu hidupku tidak akan  setenang dulu. I just want to be alone" lirih Zamora parau

Gardenia terduduk di depan pintu kamar Zamora, wanita itu terisak pelan, dadanya seperti dihunus pedang tajam yang mencabik isi hatinya. Verlic membantu Gardenia berdiri dan memeluk daksa rapuh itu.

.......

Pagi menyingsing, matahari masih unjuk gigi untuk menampakkan dirinya. Zamora berjalan menuruni anak tangga dengan seragam lengkapnya, Matanya sembab karena menangis semalaman, semua sudah menunggunya di Meja makan berharap gadis itu ikut andil sarapan bersama.

Namun Zamora enggan hanya sekedar menatap ke arah sana, ia memilih langsung menuju pintu utama. Namun sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Zamora, izinkan papa untuk menjelaskan semuanya. Jika ada oknum yang harus disalahkan maka salahkan papa, karena ibumu tidak bersalah sama sekali dalam hal ini"

Zamora berbalik hanya untuk melihat mata Gardenia yang menatapnya penuh rasa bersalah, membuat hatinya semakin hancur. juga ada Gara yang hanya bungkam di tempatnya, biasanya selalu ada Gara yang menguatkannya, selalu ada Gara yang akan menenangkannya

Tapi hari ini lelaki itu menutup rapat mulutnya, karena Gara tidak tahu harus bagaimana ia menjelaskan semuanya.

"I'm stupid, I could go crazy because of this, I'm in pain,  dan kalian malah menyembunyikan hal sebesar ini dari ku"

LBD disease (On Going)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora