0.9

52 19 0
                                    

'bahwa tanpa kita cari ia akan datang sendiri'.

><
><
><

Gara dan Rafa hari ini berkunjung ke rumah sakit Gwendoline untuk menjenguk sahabatnya satu itu, mendengar kabar kecelakaan yang menimpa dewa melalui ketidakhadirannya dua hari di sekolah membuat dua sahabatnya bertanya2, ponsel dewa pun juga tidak aktif saat mereka menghubungi

Saat tiba di ruangan dewa seperti biasa tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu mereka mulai melangkahkan tungkai kaki menuju ruang inap dewa, namun sang empu tidak ada di sana saat melirik ke arah kiri,mereka bisa menyimpulkan bahwa dewa sedang memenuhi panggilan alamnya

Gara melirik tirai pembatas antara ruangan satu dan ruangan satu lainnya, hatinya seperti terdorong untuk menyikap tirai itu seperti ada sebuah pemahaman tersendiri untuk ia segera saksikan, jika logika berkata untuk tidak lancang namun kata hatinya justru merancang sedemikian rupa hingga hatinya tertohok saat ia menyikapi sebuah tirai melihat siapa di balik tirai itu. Dan benar saja apa yang ia lihat setelahnya

Seakan benda tajam menusuk jantung dalam dirinya, melihat sosok gadis di depannya saat ini, bahkan kakinya melemas untuk menahan bobot tubuhnya sendiri, Gara menatap sendu sosok dihadapannya yang tengah tertidur lelap dalam mimpinya, wajahnya yang pucat,hidung memerah, bintik2 hitam yang terlahir sama sepertinya bak keturunan inggris tak pernah pudar dari hidung mungilnya

Ia berharap Zamora masih mengingatnya, Zamora masih mengingat wajah gara setelah sekian lama terpisah, Zamora masih mengingat masa kecil mereka saat mereka bermain bersama, begitu menyenangkan Dimata gara, namun takdir begitu kejam yang memisahkan ikatan persaudaraan dari mereka, ikatan darah yang mengalir dari satu rahim yang sama dalam diri mereka

Gara rindu, ia sangat merindukan saudaranya, saudara yang ia cari2 selama ini ternyata tidak jauh dari kehidupannya, hampir menyerah untuk menemukannya, dan ia pun bahkan berhenti sejenak untuk mencari keberadaannya, namun memang takdir ada kalanya berkata, 'bahwa tanpa kita cari ia akan datang sendiri'.

Rafa yang melihat pandangan kosong dari Gara segera menghampiri sahabatnya itu, namun belum sempat menuntaskan keingintahuannya suara decitan pintu toilet membuat gara kembali menetralkan tubuhnya yang hampir bergetar ia kembali mencoba untuk tetap tenang, ingin sekali ia mendekap tubuh mungil gadis itu yang ia cari selama ini, namun itu terlalu egois jika ia mengganggu tidur zamora

Dewa menatap kedua sahabatnya yang berada di dekat ranjang Zamora di rawat,

"hey bodoh, kenapa kalian berada di dekat gadis itu, kalian ingin menjenguk ku atau gadis itu?"

Alih2 menjawab justru keduanya kini menghampiri dewa lalu bertanya "mengapa gadis itu satu ruangan denganmu?" Tanya Rafa bingung

Dewa menatap gadis itu gusar lalu membuang nafas lelah

"dia gadis yang ku maksud" dewa membenarkan posisi duduknya

Gara tertoleh mendengar ucapan yang dewa lontarkan maniknya menatap dewa serius

"Maksudmu gadis yang kecelakaan bersama mu?" aneh pikir dewa, tak biasanya Gara seserius ini padanya

"hm" Dewa bergumam mengiyakan pertanyaan yang di lontarkan Gara

"Mengapa kau tidak bilang kalau gadis yang kau maksud adalah Zamora!" Bentak Gara kini mulai tersulut emosi

Dewa mengernyit ternyata nama gadis itu Zamora

"bahkan aku baru mengetahui namanya hari ini"

Gara berdecih kembali fokus pada netra hijau milik dewa "pembohong.. bilang saja bahwa kau tidak pernah mau peduli pada seseorang bukan? Bahkan itu seorang gadis sekalipun!"

LBD disease (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang