1.0

53 19 2
                                    

Serumit apapun masalah yang kita hadapi, percayalah skenarionya lebih indah dari hal rumit yang kita bayangkan

****

Zamora merintih saat membuka kedua matanya, iris cokelatnya berusaha menetralkan cahaya di ruangan rumah sakit ini, ia mencoba untuk bangkit namun tidak bisa karena kepalanya masih terasa berdenyut

Tenggorokannya kering ia terasa haus, mencoba mencari sesuatu di atas nakas namun dirinya tidak dapat bergerak, kepalanya mengarahkan kesamping kiri mencoba mencari seseorang yang bisa membantunya, namun nihil

Lelaki yang ia benci ternyata tidak ada disana, cih.. untuk apa Zamora meminta bantuan pada lelaki sombong itu, dan lihat saja sekarang ranjang tempat inap lelaki itu terlihat rapi sudah dipastikan lelaki arogant itu telah diizinkan pulang dan meninggalkan dirinya seorang diri disini, dasar tidak tahu malu! Sudah membuat dirinya seperti ini dan sekarang dengan bebasnya ia mengepakkan sayapnya di atas sana, tidak lebih dari seorang pecundang Zamora membatin kesal

Ia tersentak kala mendengar dua insan yang sedang berinteraksi dari kejauhan samar-samar ia dapat mendengar apa yang dibicarakan dua insan itu yang ia yakini sekarang tengah menuju ke ruangannya

"Jadi Zamora sudah boleh diizinkan pulang hari ini dok?"

"Ya, setelah pasien siuman nanti, mengingat karena kondisinya sudah stabil pasien sudah di persilahkan untuk pulang"

"Baiklah, terima kasih dok"

"Sama-sama, kalau begitu anda bisa menjenguknya sekarang, saya kira pasien sebentar lagi akan sadar" diiringi dengan senyuman dokter itu meninggalkan lelaki berlesung pipi itu karena harus menangani pasien berikutnya

Saat mendengar tak ada lagi interaksi antara dua insan itu, Zamora kembali berada pada posisi awalnya, ia lebih baik berpura-pura tidur dari pada berhadapan dengan orang sombong seperti lelaki itu, Zamora yakin lelaki yang mengobrol dengan dokter tadi adalah lelaki sombong yang sangat ia benci itu tapi, dari mana lelaki itu mengetahui namanya, sedang mereka belum pernah berkenalan

Suara derap langkah kaki semakin terdengar oleh telinganya lelaki itu kini telah memasuki ruangan Zamora, dan tepatnya lelaki itu kini telah berada dihadapannya dan duduk disisi ranjang tempat ruang inapnya, Zamora tetap tenang walau ia berpura-pura tidur namun ia mencoba untuk tidak mempedulikan lelaki itu

Lelaki itu terkekeh melihat aksi Zamora yang menurutnya tidak handal dalam berbohong,
Cukup di drama saja yang diperankan oleh orang2 bodoh yang percaya dalam kondisi tidak sadarkan diri dengan mata berkedip, namun dunia nyata jangan

"Ck, kau masih sama saja seperti dulu, tidak pernah handal dalam berbohong" ujar lelaki itu kini mengejek zamora

Zamora kaget mendengar penuturan lelaki itu, ucapannya, cara bicaranya, gaya bahasanya, Zamora pernah mendengar ucapan itu, ucapan yang ia rindukan belasan tahun ini, ucapan yang ia nantikan selalu ada disisinya, benarkah ini realita atau hanya ekspektasi

"Bangunlah aku tau kau pura-pura tidur, apa kau tidak merindukan saudaramu ini"

Deg

Seperti ada sebuah batu besar menghantam dadanya yang saat ini membuatnya terasa sesak, Zamora yakin sangat yakin ia tidak salah suara yang ia rindukan, orang yang ia rindukan selama ini berada di hadapannya

dan benar saat dirinya membuka paksa kedua matanya orang yang bertahun-tahun ini menghilang, telah berada dihadapannya

Zamora bangkit tidak akan peduli lagi jika ia harus kembali merasakan kepalanya yang berdenyut, yang ia ingin sekarang adalah mendekap bahu tegap saudaranya saat ini, Zamora rindu, ia benar-benar rindu pada sosok pembela di dikehidupannya, ia rindu pada sosok seorang kakak yang menyayanginya begitu tulus

Tak dapat di pungkiri lagi airmatanya lolos saat Gara membelai Surai cokelatnya, persis seperti mereka saat balita dulu, saat Zamora menangis karena dibuly temannya Gara datang dan memeluknya sambil membelai Surai itu Gara berkata "kau sangat cengeng, kenapa kau tidak lawan mereka, kau kan bisa mengambil batu untuk melempar kepala mereka"

Zamora sangat bersyukur karena ia masih dapat mengingat itu semua, ya,, mengingat semua masa2 indah di masa lalunya, ia tidak tau hari ini atau esok ia akan melupakan semua itu karena lama kelamaan penyakit ini akan memakan memorinya sedikit demi sedikit

"G-ga-ra" lirih Zamora bahkan untuk berucap pun ia tidak bisa

"Kau cengeng Zamora"

Kalimat itu kembali terucap dari bibir Gara, semakin membuat zamora terisak ia sangat rindu akan ucapan itu walau itu terdengar mengejek tapi ia benar membutuhkan itu saat ini, ia sangat rindu pada sosok gara yang selalu mengejeknya tanpa ampun namun Gara akan selalu melindungi dirinya, itulah yang Zamora senang dari sifat Gara

Gara melepaskan pelukannya ia menatap mata sendu milik Zamora menghapus airmata itu, lalu mengecup kening Zamora, ia benar2 rindu pada adiknya, ia sangat bersyukur bisa bertemu kembali dengan Zamora

"Apa kau tidak merindukan ku huh?" Ucap Gara membuka percakapan

Alih2 menjawab justru Zamora berbalik sinis

"kau pembohong, kau bilang akan pergi sebentar bersama papa, tapi ternyata kau meninggalkanku" Zamora menyilangkan kedua tangannya di depan dada

Gara terkekeh mendengar ucapan Zamora, dewa benar Zamora begitu cerewet, dari dulu sampai sekarang pun Zamora tidak pernah berubah ia tetap cerewet, bahkan airmata dipipinya belum mengering ia sudah berubah menjadi sinis yang kini menatapnya

"Aku memang pergi sebentar, buktinya sekarang aku menemuimu"

Zamora mendelik mendengar malah kalimat itu yang keluar dari mulut gara  "kau pikir empat belas tahun itu sebentar, kau tau aku terpuruk tanpamu Gara, mom pergi bekerja, dan dad-"

Ucapan Zamora terhenti kala mengingat seseorang yang ia sebutkan namanya itu telah pergi meninggalkan nya, Zamora tersenyum kembali mencoba menetralkan dirinya agar tetap tenang di depan Gara, ya.. ia bukan gadis cengeng lagi seperti yang Gara katakan

Gara yang melihat ekspresi Zamora yang tiba2 berubah mulai bingung, ia khawatir bagaimana mungkin sejauh ini tidak ada Gardenia dan Gerald yang berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguknya, benarkah Zamora tinggal sendiri di kota besar ini, itulah yang dipikirkan Gara saat ini

"Ada apa Zamora? Katakan padaku apa yang terjadi selama aku pergi" tutur Gara kini memegang bahu Zamora

Zamora tetap menyangkal ia tidak ingin Gara tau bahwa ia sendirian dikota ini "a-aku baik-baik saja"

"Dunia mungkin tibak bisa menebakmu sedang berbohong, namun tidak dengan ku, aku tau kau berbohong jika kau mengatakan bahwa kau baik-baik saja" Gara menatap Zamora serius

Zamora yang tadinya menunduk sedih kini ia merubah mimik wajahnya menjadi sok imut, ya kini ia tertawa nyengir manampakkan deretan gigi rapinya sambil mengedipkan kedua matanya beberapa kali ka arah gara, karena ia tidak ingin terlihat sedih seperti ini ia berusaha meyakinkan Gara bahwa ia baik-baik saja

"Kau lihat kan aku baik-baik saja bahkan lihat sekarang aku tersenyum" ucap Zamora dengan nada bicaranya seolah anak kecil umur lima tahun

Gara tersenyum melihat tingkah Zamora yang begitu menggemaskan dimatanya, Untuk sesaat ia bingung akan tingkah Zamora yang tiba-tiba berubah demikian, namun tidak menutup kemungkinan Gara yang akan mempercayai bahwa zamora baik-baik saja

Gara mencubit kedua pipi mungil Zamora gemas

"baiklah kalau kau tidak ingin memberitahuku, aku akan mencari tahu sendiri" ucap Gara persis menirukan aksi yang dilakukan oleh Zamora dengan berbicara seperti balita

Zamora menjerit kala Gara mencubit kedua pipinya, ia membuang nafas kesal, sejauh ini Zamora berakting menutupi kebohongannya ternyata Gara tetaplah Gara yang tidak akan mudah tertipu daya

"Baiklah, aku akan memberitahumu" finalnya pasrah




To Be Continued

Makasii yang udah singgah, silahkan untuk tekan tombol⭐ dan comentnya juga, well, menyukai orang2 yang menghargai:v Thank you:)

LBD disease (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang