0.7

67 21 1
                                    

Manusia tetaplah manusia yang tidak akan pernah terkalahkan oleh egonya sendiri

°
°•
•°
°

Rasa sakit kembali melanda tubuhnya pada saat manik emerald itu terbuka, tatapannya kosong kala melihat langit-langit gedung ini warna putih polos yang sangat ia benci berada disini lebih menyakitkan dibandingkan apa yang terjadi menimpanya beberapa jam lalu, tidak ia tidak menimpanya sendirian ia bersama gadis bodoh yang lupa menuju jalan rumahnya lalu dengan beraninya ia membabi buta lewat stir mobil dan berakhir seperti sekarang ini

Dewa mengalami luka dan patah tulang pada lengannya akibat terbentur ke bagian kaca mobil, lalu kepalanya masih sedikit pusing lantaran terbentur ke stir mobil, jika saja ia dan gadis itu tidak mengenakan sabuk pengaman sudah di pastikan ia akan banyak kehilangan darah

Sedangkan gadis itu masih terlelap akibat obat yang diberikan dari pihak rumah sakit demi menghilangkan rasa sakit pada tubuh pasien, ruangan inap Zamora tidak jauh dari ruang inap dewa hanya beberapa langkah saja dewa bisa berada di sisi gadis itu, ya ruangan mereka tidak dipisahkan hanya sebuah tirai pembatas yang membatasi area mereka

Kondisi Zamora tidak terlalu serius, ia hanya terkena luka pada bagian dagunya akibat terbentur ke stir mobil, dan lengannya juga diperban karena terdapat luka disana, tulangnya juga baik-baik saja tidak ada yang patah, namun kenapa gadis itu tak kunjung bangun?

"Ck dasar gadis lemah" gumam dewa lalu menatap intens gadis dihadapannya

Kulit putih pucat khas miliknya, bibir merah muda alami, hidung runcing disertai bintik hitam bak keturunan inggris, bulu mata lentik serta alisnya yang kecoklatan membuatnya manis untuk ditatap, tapi mata itu mata gadis itu menyiratkan sebuah luka, sebuah kesedihan yang dialaminya namun ia menutupi lukanya dengan sikap polos dan keras kepala nya seakan ia menutup tirai gelap dibalik wajah cerianya

Bibir itu bergumam entah apa yang digumamnya sedetik kemudian manik cokelat itu menyala mencoba menyesuaikan cahaya pada ruangan ini dan iris cokelatnya bertemu iris emerald milik dewa, untuk sesaat mereka terdiam seakan menyiratkan luka satu sama lain lewat manik indahnya

Cukup lama saling pandang satu sama lain sebelum akhirnya suara dokter dan suster membuyarkan kegiatan mereka, melihat pasien yang belum terlalu pulih suster segera menghampiri dewa "maaf, anda tidak boleh banyak bergerak dulu, kondisi anda belum sepenuhnya pulih, mari saya antar ke ruangan anda"

Setelah menangani dewa suster bergerak menuju tirai pembatas dan menutup tirai itu sebelum akhirnya dewa menoleh menatap gadis itu sebelum tirai ditutup dan yang ditatap pun ternyata juga menoleh sekilas lalu akhirnya tirai benar-benar tertutup sempurna

🖤🖤🖤

Cahaya masuk menembus gorden rumah sakit Gwendoline tanpa malunya membuat gadis yang terlelap di kasur ruangan itu membuka matanya terpaksa, tatapannya masih nanar lantaran lamanya ia tidur melebihi kapasitas umumnya

Ia turun dari kasurnya melangkah pergi sambil membawa infus miliknya, membuka tirai pembatas lalu menghampiri lelaki yang tengah lelapnya tertidur

Zamora mengernyit kala melihat pergerakan tidak enak dari pria itu, keringat mulai bercucuran dari pelipisnya ia yakini pria ini sedang mimpi buruk, baru saja ia ingin berteriak memanggil dokter seketika itu pula mulutnya seperti terkunci karena tangan dingin pria itu kini menggenggam erat tangan mungilnya

Seakan lelaki itu mendapat kehangatan saat menggenggam tangannya detik itu pula pergerakan itu terhenti, disertai kelopak matanya yang terbuka menampilkan isi di dalamnya yaitu manik hijau emerald, dengan cepat Zamora melepaskan tangannya dari genggaman pria itu

Dewa bangkit dan memilih posisi untuk duduk menggerakkan seluruh ototnya yang masih terasa kaku, jika saja suster itu tidak memberi obat bius penghilang rasa sakit itu dipastikan ia sudah kabur dari tempat ini

Zamora gelapan saat manik emerald itu menatapnya

"b-bagaimana kondisi mu?" Tanyanya berupaya untuk tidak gugup

Dewa menghela nafas kasar

"Masih mau bertanya setelah apa yang kau lakukan terhadapku dan mobil ku?" Sikapnya yang dingin kembali lagi namun Entah mengapa sikap itu tersirat sebuah luka

"itu salahmu karena tidak mau menurunkan ku" ujar Zamora mencoba membela dirinya walau tau ia salah dalam hal ini

"Dasar bodoh! Mana mungkin aku membuang gadis lemah sepetimu dijalanan sepi saat itu, tau begini lebih baik aku tidak menyelamatkan mu sama sekali" dewa menaikkan nadanya satu oktaf

Zamora tidak terima, ia tidak terima seakan dia benar-benar membutuhkan pria itu, ya ia akui ia memang butuh pertolongan saat itu,

"Jangan menaikkan oktafmu, jika kau menyesal melakukan itu, mengapa kau memilih menyelamatkanku, jangan harap aku Sudi diselamatkan oleh pria pembunuh sepertimu!" Zamora mencoba tetap tenang walau hatinya serasa robek saat ini, tidak.. ia tidak ingin menangis di hadapan lelaki ini

Dewa mendecih mendengar kalimat menusuk dari gadis itu, baru kali ini ada seorang gadis yang berani menyebutnya seorang pembunuh

"Sudah kubilang anjing bedebah itu tiba-tiba melintas di jalanan, lalu tanpa sengaja aku menabraknya yang menyebabkan hewan itu mati, bahkan jika itu manusia sekalipun pengadilan tidak bisa mengklaim ku bersalah, karena makhluk menjijikan itu bodoh sama seperti majikannya!"

"Berhenti menyebutnya bedebah! Berapa kali sudah ku katakan berhenti memanggilnya bedebah, kau tidak tau apa-apa tentangnya, jika saja itu bukan pemberian dari orang yang berharga di hidupku aku tidak akan semenderita ini kau tau, kau tau itu!"

Sudah tidak dapat dibendung lagi airmata itu lolos begitu saja membasahi pipinya, bahkan wajahnya juga memerah akibat terlalu lama memendam amarah

"Arghh...." Zamora memegang kepalanya yang terasa sakit, ini bukan pusing biasa ini melebihi rasa pusing ini terlalu sakit, bahkan sakitnya terasa menjalar ke seluruh tubuh, memori itu jika ia mengingat memori itu kenapa rasanya sangat sakit seperti ini

Zamora makin tidak terkontrol teriakannya semakin keras diiringi dengan isakannya yang meremas bahkan memukul kepalanya sendiri, sungguh ini rasa sakit luar biasa yang pernah ia alami

Dewa sedari tadi terus khawatir melihat perubahan aneh yang menimpa gadis itu, sungguh jika tau begini lebih baik ia tidak berkata kasar kepada gadis ini, ia tau emosinya memang selalu tidak terkontrol apalagi itu menyangkut harga dirinya, tapi entahlah ia merasa sangat bersalah saat ini

Dewa menahan tubuh gadis itu saat akan ambruk gadis itu benar-benar kacau saat ini, rambutnya berantakan karena ia remas sendiri, dewa yang melihat itu sangat cemas ia sangat khawatir membuatnya panik

"Apa yang terjadi padamu?,,katakan,, Kau mendengarku?"

"S-sa kit" ucap Zamora disela isakannya

"Tenanglah. Jangan menyakiti dirimu sendiri seperti ini!"

Dewa semakin panik kala gadis itu tak sadarkan diri

"DOKTERR!" dewa terus menepuk kedua pipi gadis itu berharap ia akan membuka matanya namun, nyatanya salah gadis itu tak kunjung  sadar

"DOKTER, DOKTER!!" menggelegar teriakan dewa langsung dihadiahi kedatangan dokter beserta dua suster dibelakangnya

"Apa yang terjadi" tanya dokter di sela kegiatannya memeriksa Zamora

"Tidak penting! cepat selamatkan dia, aku tidak tau dia terus meronta sambil memegang kepalanya yang terasa sakit" ujar dewa membuat para suster sesegera mungkin menangani Zamora

Bersambung....



LBD disease (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang