𝗗𝗲𝘀𝘁𝗶𝗻𝘆 [𝗕𝗡𝗛𝗔 𝘅 𝗥𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿]

- part 57

"Gausah minta berlian kalo diri sendiri aja masih batu kerikil." - [Name] [Surname]

Pertandingan kelima. Sekaligus pertandingan terakhir. Tim Midoriya vs. Tim Monoma. Entah akan ada kejutan apa lagi yang akan ditunjukan dari kedua tim.

'Apa jadinya kalo ini malah jadi bencana ya?' Batin [Name] berpikir keras, bisi tiba tiba ada yang mati kena Blackwhip Midoriya kan lucu.

'Kekurangannya di tim A, kroco kroco itu terlau mengandalkan si ijo. Sedangkan tim b... cuma kewarasan Neito si, semoga ditengah tengah ga kambuh.'

"[Name]-san."

"[Nameeeeee]-saaannnnn"

"Hah? Apa?" Tersadar dari lamunan-nya, sekarang [Name] mengadah melihat ke arah Jirou yang memanggilnya.

"Mikir apa? Kok serius banget?"

"Hah? Ngga, ga mikir apa apa." [Name] memilih mengelak, biarkan saja Jirou kepusingan sendiri.

"Mikirin pacar ya? Lah eh, [Name]-san emang punya pacar?!!" Ucap Kaminari yang malah terkejut dengan pernyataannya sendiri.

"Punya." Ucap [Name] sambil mengangguk angguk bangga

"Halah. Paling juga ga nyata." Cibir Bakugo yang bersender di pagar pembatas

"Lambe!"

Padahal dia-nya juga ga nyata 😔 tertampar realita.

"[Name]" Panggil Aizawa

"Hm?"

"Setelah ini semua berakhir ada beberapa misi untukmu. Ini dari Hawks." Ucap Aizawa memberikan beberapa kertas

"Misi? Secara tiba tiba?" Dahi [Name] menyerngit, memilih membuka dokumen itu ditempat yang sepi.

"Ariandra.... (Name)?"

— D E S T I N Y —

"Ariandra (Name)? Siapa?" Nezu bertanya kepada Tsukauchi

"Gadis berumur 16 tahun, dia sudah hidup di kemiliteran seumur hidupnya, ah, namanya juga mirip dengan Hiekka bukan?" Jelas Tsukauchi

"Namanya sama." Gumam Nezu pelan, sangat pelan sampai tak terdengar.

"Lalu? Ada apa dengan gadis ini?"

"Untuk beberapa saat kedepan, mungkin kepolisian dan pihak hero akan meminjam Hiekka untuk sementara waktu. Dan Ariandra (Name) ini lah yang akan menggantikan Hiekka."

"Jadi sebagai pengawas?"

"Semacamnya, Nezu-san."

"Apa kau yakin dia tidak berbahaya? Dan juga, pekerjaan ini mungkin tak akan cocok dengannya, apa dia menyetujuinya?" Tanya Nezu beruntun