opening montage

2.2K 186 23
                                    



"I've always seen you. From the moment I found you, I've seen nothing but you."

- Jayden



BERDIRI di atas langkan rooftop apartemen 50 lantai tempatnya tinggal semenjak pindah ke Jakarta dari Portland tiga tahun yang lalu, Joyceline menatap ketinggian puluhan meter di bawahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

BERDIRI di atas langkan rooftop apartemen 50 lantai tempatnya tinggal semenjak pindah ke Jakarta dari Portland tiga tahun yang lalu, Joyceline menatap ketinggian puluhan meter di bawahnya. Lalu-lalang kendaraan tampak seperti semut yang sedang berjajar untuk mencari makanan di bawah sana. Sementara terbentang jauh di depan matanya, horizon malam kota Jakarta yang mulai beranjak menuju larut terlihat menaungi kerlap-kerlip cahaya dari gedung-gedung tinggi lain yang tingginya nyaris menyaingi tinggi apartemennya.

Joyce tidak punya ketakutan akan ketinggian, jadi sekadar berdiri di atas langkan rooftop gedung seperti sekarang sama sekali tidak membuat perutnya seperti diaduk-aduk. Dia bahkan tampak begitu menikmati tamparan angin malam yang menyapu wajah serta rambut panjangnya. Sama sekali tidak ada rasa takut maupun kekhawatiran kalau-kalau—entah karena terpeleset atau apa—dia akan terjatuh dan terjun bebas dari ketinggian 50 lantai.

Oh, tidak—Joyce sama sekali tidak memiliki niat untuk bunuh diri dengan melompat dari rooftop gedung seperti ini. Dia mencintai semua aspek di dalam hidupnya—kecantikannya yang sering membuatnya dapat julukan sebagai 'dewi kampus' ketika masih kuliah di New Jersey dulu, karirnya di sebuah perusahaan besar yang berjalan mulus seperti pantat bayi sejak tujuh tahun terakhir, orang tua yang hidup damai dan harmonis menikmati masa tua mereka di rumah perkebunan yang terletak di daerah Pangalengan... Joyce mencintai semuanya. Tidak ada alasan yang membuatnya merasa ingin mengakhiri hidupnya.

Well... sebenarnya ada satu—tapi itu sudah berlalu lama sekali dan Joyce tidak ingin mengungkitnya lagi ke permukaan. Tidak akan pernah. Tidak sampai kapanpun.

Satu-satunya alasan yang membuat Joyce berdiri di langkan rooftop seperti orang yang hendak melompat adalah, karena dia ingin merasakan tamparan angin malam sekaligus memikirkan apa yang sekiranya orang-orang pikirkan ketika mereka bunuh diri dengan cara seperti ini: meluncur bebas tertarik medan gravitasi bumi, kemudian mendarat dalam keadaan tanpa nyawa dalam kubangan darahnya sendiri.

Seperti yang dilakukan oleh salah satu penghuni apartemen di lantai yang sama dengannya beberapa hari yang lalu. Dia seorang penyanyi yang kehilangan popularitasnya karena terjerat kasus prostitusi. Karirnya hancur, reputasinya buruk, dan dia mengalami depresi sampai akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat dari rooftop.

Joyce mengerti hidup wanita yang bunuh diri hari itu memang sedang berada di titik leburnya—berada di ambang kehancurannya. Tapi tidakkah wanita itu menyesali tentang apa-apa saja yang akan dia lepaskan pada detik di mana dia memilih untuk mengakhiri hidupnya? Menurut Joyce, tidak ada kesalahan yang tidak bisa diperbaiki. Wanita itu mungkin memang tidak bisa mendapatkan kembali karirnya yang sudah berada di ambang batas kehancuran, tapi bukan berarti dia tidak bisa memulai sebuah awal yang baru untuk hidupnya, kan?

BITTERSWEET LOVEWhere stories live. Discover now