chapter four : night out

1.2K 137 46
                                    



"You kindled me, heap of ashes that I am, into fire."

— Joyceline Swastamita



JOYCELINE menatap pantulan wajahnya pada permukaan cermin di dalam kamar mandi sambil memikirkan alasan apa yang sekiranya bisa digunakan untuk menghindari perjamuan makan malam dengan pimpinan grup Arkais Manufacturing Company bersama Jayden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JOYCELINE menatap pantulan wajahnya pada permukaan cermin di dalam kamar mandi sambil memikirkan alasan apa yang sekiranya bisa digunakan untuk menghindari perjamuan makan malam dengan pimpinan grup Arkais Manufacturing Company bersama Jayden. Well, lebih tepatnya hanya untuk menghindari Jayden—bos keparat yang baru beberapa jam lalu menciumnya sambil menghimpit tubuhnya pada dinding lift lalu mengatakan dengan nada sensual kalau dia menginginkannya.

Joyce menyentuhkan jemarinya pada bibir, lalu tanpa diminta otaknya me-rewind kejadian selama di lift tadi siang. Tentang bagaimana cara Jayden menciumnya—menguasainya dengan bibir dan lidahnya—hingga seluruh tubuhnya bergetar oleh perasaan mendamba. Tentang bagaimana cara laki-laki itu mencengkeram pinggulnya ketika menghimpitnya pada dinding lift yang terasa dingin dari balik lapisan kain blazernya. Tentang bagaimana dengan samar dia merasakan bukti gairah Jayden yang menekan perut bagian bawahnya—yang cukup membuktikan kalau Jayden benar-benar menginginkannya.

Haish. Joyce menyibakkan rambut panjangnya ke belakang dan menggelengkan kepalanya cepat-cepat, berusaha menghilangkan semua pikiran yang ditimbulkan oleh ciuman Jayden tadi siang. Tapi semakin Joyce berusaha untuk melupakannya, semakin kuat juga bayangan tentang ciuman itu mengakar di dalam otaknya. Ditambah lagi kurang dari 2 jam dari sekarang dia harus kembali bertemu dengan Jayden karena harus mendampinginya dalam perjamuan makan malam bersama Meidiawan Jalatunda di Signatures.

Oh, astaga, adakah hal yang bisa membuat Joyce lebih gugup daripada ini?

Melepaskan belitan handuk lebarnya yang menutupi tubuh dan menggantungkannya pada tempat yang sudah disediakan, Joyce kemudian melangkah masuk ke bilik shower untuk memulai ritual mandinya. Dia harap semburan air dari shower yang hangat dan menenangkan di sekujur tubuhnya dari puncak kepala mampu membuat bayangan tentang ciuman Jayden tadi siang sedikit demi sedikit memudar.

Tapi kelihatannya air hangat pun enggan bekerja sama dengannya. Alih-alih menghilangkan bayangan tadi siang, dia justru menciptakan bayangan baru yang jauh lebih erotis di dalam kepala Joyce. Aroma oud wood dari shower gel yang dia gunakan mengingatkannya pada aroma cologne yang Jayden pakai, membuat pikiran Joyce tanpa bisa dicegah berkelana seperti kuda liar... membayangkan kalau tangannya yang sedang mengusapkan busa dari shower gel ke seluruh tubuhnya sekarang adalah sepasang tangan milik Jayden.

"I want you, Joyceline. I want you and I can't stop wanting you."

Bukan hal yang baru bagi Joyce menyentuh dirinya sendiri setiap kali dia membutuhkan pelepasan untuk memenuhi kebutuhan terdalamnya sebagai seorang wanita dewasa, tapi jelas merupakan hal yang baru baginya melakukan hal ini sambil membayangkan seseorang dengan begitu jelas. Rupanya, suaranya, cara bibirnya bergerak, cara lidahnya menggoda, cara jemarinya mengeksplorasi... semuanya tergambar dengan begitu jelas di dalam kepala Joyce, dengan begitu mudah mendorongnya sampai ke tepi kehancuran untuk dirinya sendiri.

BITTERSWEET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang