chapter thirty-one : sweet surrender

459 66 14
                                    



"Every resistance will be met and conquered until you've soared over the sweet edge of surrender."



MASIH dalam balutan pakaian tidurnya, Jessica melenggang menuju ruangan kamar yang dulu ditempati Josette yang berada di lantai dua rumahnya. Pintu kamar Josette bewarna putih tulang dan tertutup rapat. Meskipun pemiliknya sudah tidak ada, Jessica selalu meminta ART yang bekerja di rumahnya untuk membersihkan kamar tersebut dua kali dalam satu minggu. Jessica sendiri juga sering masuk ke kamar Josette hanya untuk sekadar memandangi barang-barang peninggalannya setiap kali dia begitu merindukan mendiang putrinya tersebut.

Aroma khas eukaliptus yang dulu lekat dengan Josette langsung menyapa indera penciuman Jessica begitu dia memasuki kamar tersebut. Aroma yang selalu dia jaga selama hampir dua puluh lima tahun sejak putri kecilnya berpulang mendahuluinya dan Hans ke Surga. Aroma yang selalu dia buat melekat bersama ruangan ini, juga bersama beberapa helai pakaian yang masih tertata rapi di dalam lemari, agar dia bisa selalu merasa dekat dengan putrinya.

Jessica mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar milik Josette dan menghembuskan napas panjang. Dia kemudian bergerak mendekati meja belajar yang beberapa bagian sisinya ditempeli stiker tokoh kartun favorit Josette. Senyum tipis terulas pada sudut-sudut bibirnya ketika dia menatap ke arah figura mini berisi foto Josette bersama Jayden ketika mereka masih kecil. Sorot penuh kerinduan terpancar dengan begitu jelas melalui kedua matanya yang mulai dihiasi keriput-keriput halus.

Tidak ada hal lain yang lebih menyakitkan bagi seorang ibu selain kehilangan anak-anak mereka. Itu sebabnya ada orang yang mengatakan bahwa seorang suami yang kehilangan istrinya disebut duda, istri yang kehilangan suaminya disebut janda, anak-anak yang kehilangan orang tua disebut yatim-piatu, namun tidak ada sebutan khusus bagi orang tua yang kehilangan anak-anak mereka. Tidak ada sebutan khusus bagi orang tua yang kehilangan anak-anak mereka karena rasanya yang begitu menyakitkan, begitu menyesakkan seperti organ jantung yang terhimpit rongga dada.

Dan perasaan sesak itu adalah jenis perasaan yang saat ini tengah Jessica rasakan sebagai seorang ibu—perasaan sesak karena merasa begitu kehilangan anak-anaknya.

Jayden memang tidak meninggalkannya dengan cara yang sama seperti Josette, tapi sejak peristiwa tiga tahun yang lalu, Jessica merasa seperti kehilangan sosok putra yang dikenalnya. Mulai dari sikap Jayden yang mendingin padanya, hingga dia yang sangat jarang mengunjungi rumah sekadar untuk menengok orang tuanya. Bagi Jayden, dia dan Hans memang masih berstatus sebagai orang tuanya. Tetapi hanya status itu yang menghubungkan mereka sampai detik ini. Tidak lebih.

"Mama tahu Mama salah, Jayden

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mama tahu Mama salah, Jayden. Karenanya Mama meminta maaf. Mama hanya nggak mau apa yang pernah terjadi sama Papa kamu, terjadi juga sama kamu. Mama nggak bisa melihat sejarah yang sama terulang lagi di keluarga kita." Jessica berusaha menahan air matanya ketika untuk ke sekian kalinya, dia meminta maaf atas apa yang sudah terjadi pada anak laki-lakinya. "Karena bagaimanapun juga, hal itu yang membuat kita kehilangan Josette. Yang membuat Mama kehilangan anak perempuan kesayangan Mama, Jayden."

BITTERSWEET LOVEWhere stories live. Discover now