chapter eleven : in memoriam

654 103 35
                                    



"Wounds heal and leave only scars behind. But some wounds run too deep to heal, and pierce the deepest layers of one's soul."

— Jayden Lee



SEPERTI yang biasa dia lakukan setiap pagi menjelang berangkat ke kantor selama lima hari kerja, Joyce tampak sedang menyiapkan setelan jas tiga potong lengkap dengan dasi, sepatu, dan jam tangan yang akan dikenakan Jayden hari ini

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

SEPERTI yang biasa dia lakukan setiap pagi menjelang berangkat ke kantor selama lima hari kerja, Joyce tampak sedang menyiapkan setelan jas tiga potong lengkap dengan dasi, sepatu, dan jam tangan yang akan dikenakan Jayden hari ini. Kelihatannya selain jadi sekretaris, Joyce juga merangkap sebagai stylist pribadi Jayden. Beruntung dia cukup paham dengan hal-hal yang berkaitan dengan fashion, jadi dia tidak perlu khawatir akan membuat bosnya yang punya aura mahal dan berkelas layaknya aktor papan atas itu jadi terlihat norak karena pilihan busana yang tidak sesuai.

Pilihan Joyce jatuh pada kemeja berwarna crimson red yang—kelihatannya—belum pernah dipakai oleh Jayden (saking banyaknya kemeja yang laki-laki itu simpan di dalam walk in closet-nya, Joyce sampai lupa mana saja yang pernah atau belum pernah dipakai sebelumnya), lalu dia padukan dengan pullover, celana, dan jas yang sama-sama berwarna hitam. Jayden hampir tidak pernah meninggalkan sentuhan warna gelap dalam penampilannya, jadi Joyce sengaja memilihkan warna hitam untuk dipadukan dengan kemeja red crimson-nya.

Sebagai penyempurnanya, Joyce memilih dasi hitam dengan garis-garis tipis berwarna merah yang senada dengan warna kemeja, sebuah kotak beludru dengan logo Montblanc berisi satu set cufflinks dan tie bar, lalu yang terakhir jam tangan Frederique Constant dengan model classic quartz chronograph.

Gila. Joyce menggelengkan kepala samar melihat setelan pakaian lengkap dengan aksesorisnya yang akan Jayden kenakan hari ini untuk ke kantor. Bagaimana laki-laki itu bisa tidak terlihat mahal kalau satu setel pakaiannya dari atas sampai bawah—dari pucuk rambut sampai ujung kuku jari kaki—saja bisa digunakan untuk membeli dua unit sepeda motor baru?

"He's fucking lucky that he's effortlessly pretty." Joyce bergumam pada dirinya sendiri sambil mengambil sepasang sepatu hitam yang sudah disemir sampai mengilat di tempatnya. "Mau cuma pakai kaus oblong sama celana bokser yang dibeli di pasar raya sekalipun I bet he still look so damn fine. Orang kalau sudah dasarnya ganteng dari zigot memang beda."

"Siapa yang dasarnya ganteng dari zigot?" Pertanyaan ini dilontarkan oleh Jayden yang baru masuk ke walk in closet tempat Joyce menyiapkan setelan kerjanya. Dia baru selesai mandi dan sekarang hanya mengenakan sehelai handuk putih lebar yang dililitkan pada pinggangnya. Rambutnya yang masih lembab jatuh hingga menyentuh alis. Kulitnya bersih dan segar, dengan beberapa titik-titik air yang sengaja tidak dikeringkan.

Dan Joyce nyaris tidak berkedip ketika menatapnya dari pantulan cermin di hadapannya. Jayden benar-benar punya proporsi tubuh dan wajah yang mirip seperti patung marmer yang dipahat oleh seniman ternama.

BITTERSWEET LOVEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora