chapter twenty-one: de profundis

399 86 36
                                    



de profundis  /de pro.fun.dis/

(noun.) a heartfelt cry of appeal expressing deep feelings of sorrow or anguish



JOYCE memandang hamparan permukaan air laut di depan matanya yang tampak keemasan karena bias cahaya matahari terbenam

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

JOYCE memandang hamparan permukaan air laut di depan matanya yang tampak keemasan karena bias cahaya matahari terbenam. Sesekali dia mengamati beberapa orang yang berlalu-lalang di sekitarnya, tidak sedikit yang sedang menghabiskan waktu bersama pasangannya, berbagi cerita entah apa yang kemudian membuat mereka tertawa lepas dengan ekspresi yang terlihat begitu bahagia.

Menghembuskan napas panjang, Joyce kembali menumpukan kedua telapak tangannya pada langkan kayu jembatan. Permukaan air laut yang ada di bawahnya menampilkan pantulan wajahnya, lalu pantulan tersebut goyah oleh sapuan angin yang berembus dari arah laut hingga menerbangkan helai panjang rambut Joyce yang dibiarkan tergerai.

Joyce memejamkan mata sejenak lalu menyentuh perutnya. Tidak akan ada yang bisa menebak kalau saat ini dia sedang hamil karena lingkar perutnya yang masih terlihat normal, tapi bagi Joyce sendiri, dia sudah merasakan perubahan pada tubuhnya sedari awal—sekecil apapun itu, meskipun terhitung dia sendiri juga terlambat menyadari kalau perubahan itu ternyata disebabkan oleh hormon kehamilan, bukan hanya karena semata-mata beberapa hari terakhir dia kurang memperhatikan pola makannya.

"Kamu... serius ingin melakukan aborsi, Joyceline?"

Adalah hal pertama yang ditanyakan oleh Dokter Laras ketika Joyce menjelaskan maksud dan tujuannya datang mengunjunginya pagi tadi. Joyce awalnya diam dan tidak langsung menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Dokter Laras, sampai pada akhirnya dia berkata,

"Ayahnya nggak menginginkannya," Ada rasa pahit yang mendadak naik ke pangkal tenggorokan Joyce ketika mengatakan hal tersebut. Well, di mana letak kesalahannya? Jayden memang tidak menginginkan anak yang sekarang sedang dia kandung, kan? Reputasinya di mata para anggota BOD Crossfire Holdings bisa tercemar jika mereka tahu kalau Jayden terlibat skandal intim dengan sekretarisnya sendiri dan sekarang sekretarisnya sedang mengandung anaknya. "Jadi... daripada membiarkan dia tumbuh tanpa ayah, saya pikir lebih baik mengirim mereka kembali ke tempat yang lebih baik—tempat di mana mereka berasal," lanjutnya. "Belum terlambat kan, Dok, melakukan aborsi di usia kandungan enam minggu?"

Dokter Laras menggeleng, "Usia kehamilan kamu masih cukup muda. Masih bisa dilakukan aborsi kalau memang itu yang kamu inginkan, Joyceline." Memandang perempuan seusianya yang duduk berseberangan dengannya dengan sorot khawatir, dia melanjutkan dengan, "But you have to understand this, Joyceline, abortion—more than not—leaves women with an aftermath of grief, guilt, and emotional overload. Dalam beberapa kasus, perasaan seperti itu bisa bertahan sampai seumur hidup." Dia berusaha memberi Joyce pengertian karena siapa tahu perempuan itu mau mengubah keputusannya untuk melakukan aborsi atas bayi yang dia pikir ayahnya tidak menginginkannya. "I know a woman has a right to her body, but abortion isn't just about her body. What about the baby?"

BITTERSWEET LOVEМесто, где живут истории. Откройте их для себя