chapter thirty : requiem for a dream

391 77 18
                                    



"That which is dreamed can never be lost, can never be undreamed."



JOYCELINE tersenyum hangat ketika dia mendapati anak perempuannya duduk bersila di sofa ruang keluarga sambil membaca sebuah buku di pangkuannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

JOYCELINE tersenyum hangat ketika dia mendapati anak perempuannya duduk bersila di sofa ruang keluarga sambil membaca sebuah buku di pangkuannya. Sementara itu melalui pintu kaca geser yang terbuka—pintu yang menghubungkan dapur dengan halaman belakang—terdengar jerit tawa senang milik bocah laki-laki yang kemudian ditingkahi oleh suara tawa renyah Jayden.

Meskipun memiliki bentuk mata, hidung, dan bibir Jayden—sangat mirip dengan saudara kembarnya, sifat yang Josie miliki lebih condong pada Joyce. Jika dibandingkan dengan Jevais, Josie cenderung tenang, pendiam dan tidak banyak tingkah. Tapi biarpun begitu, Josie juga bukan tipe anak dengan kepribadian antisosial. Persis sekali seperti Joyce ketika kecil dulu.

"Josette," Joyce memanggil dan berjalan mendekati Josie yang asik membaca buku di ruang keluarga. Sambil menggelung rambut panjangnya membentuk cepolan di atas kepala, dia bertanya, "Kok nggak main di belakang bareng Papa sama Jevais?"

Mengangkat wajahnya dari halaman buku yang sedang dia baca untuk memandang ibunya, dengan ekspresi setengah cemberut Josie menjawab, "Jev kalau main sama Papa sukanya di kolam renang, Ma. Aku nggak begitu suka main-main di kolam renang. Terus mereka mainnya pasti soal istana bawah laut lagi. Bosan. Mending baca buku aja kan, Ma?"

"Josie lagi baca buku soal apa memangnya?" Joyce bertanya dengan suara keibuannya yang mengandung senyum. Dia menatap buku terbuka di atas pangkuan Josie, sekilas menangkap gambar seorang perempuan yang sedang menguburkan sesuatu di sana. "Seru banget kelihatannya waktu Mama perhatiin tadi. Keberatan nggak buat diceritain ke Mama buku itu soal apa?"

Josie mengangguk dengan semangat. "Boleh, Ma. Kebetulan aku juga sudah hafal sama jalan cerita di buku ini. Mama mau aku ceritain ulang dari awal?"

"Sure, sweetheart. If you don't mind." Joyce tersenyum dan mengusap sekilas puncak kepala putrinya dengan penuh sayang. "Tapi ceritanya di halaman belakang saja, yuk? Kita bercerita sambil lihatin Papa sama Jevais yang masih asik main di istana bawah laut mereka di kolam renang. Oke, sayang?"

Josie menurut, dan Joyce langsung merangkulnya menuju halaman belakang melalui pintu kaca geser yang terbuka. Mereka kemudian duduk saling berseberangan di sebuah ayunan yang letaknya berada cukup dekat dengan kolam renang. Jayden yang membeli ayunan ini dulu ketika Josie dan Jevais masih berusia lima tahun. Laki-laki itu memang tidak pernah setengah-setengah dalam urusan memanjakan anak-anaknya meskipun sudah beberapa kali Joyce peringatkan kalau terlalu memanjakan keduanya tidak baik.

BITTERSWEET LOVEWhere stories live. Discover now