chapter thirty-five : heart of the sea

364 53 18
                                    



"Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage."



MENDENGARKAN Jayden memainkan tuts hitam-putih piano menggunakan jemarinya yang lihai adalah salah satu dari beberapa hal yang paling Joyce sukai dari laki-laki itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

MENDENGARKAN Jayden memainkan tuts hitam-putih piano menggunakan jemarinya yang lihai adalah salah satu dari beberapa hal yang paling Joyce sukai dari laki-laki itu.

Memperhatikan Jayden yang terlihat begitu fokus dengan instrumen Air On A G-String yang sedang dia mainkan, Joyce mendadak teringat kembali pada perkataan laki-laki itu begitu mereka kembali dari Bandung setelah menemui orang tuanya dua minggu yang lalu. Joyce tidak tahu hal apa saja yang sudah ayahnya katakan pada Jayden ketika dia sedang berdebat kecil dengan ibunya di dalam kamar, dan Jayden juga tidak terlihat seperti ingin memberitahunya. Apa pun yang sudah dikatakan Airlangga pada Jayden, Joyce rasa hal itu cukup menyita sebagian besar perhatiannya sampai-sampai ketika mereka baru saja tiba di rumah—rumah Jayden—laki-laki itu tiba-tiba berkata,

"Joyceline, you know that I love you, right?"

Berusaha membaca dengan lebih jeli sesuatu yang sekiranya Jayden sembunyikan di dalam sorot matanya, Joyce melangkah mendekat. Kesan pertamanya ketika bertemu dengan Jayden di prom kelulusan SMA 6 tiga belas tahun yang lalu tidak begitu baik. Cara Jayden berbicara—terutama ketika dia membahas tentang Jonathan yang dia anggap memiliki andil paling besar dalam kematian Josette—cukup tajam dan menyimpan kebencian serta kepahitan yang begitu besar.

Seandainya saja saat itu dia lebih mengerti kalau itu adalah cara Jayden untuk melindungi dirinya sendiri setelah peristiwa traumatis yang dialaminya ketika masih anak-anak.

Hampir sama seperti Joyce yang berpikir kalau cinta ada hanya untuk menghancurkan setelah hubungannya dengan Jonathan berakhir dengan begitu buruk, untuk mengatasi luka batinnya sendiri Jayden memutuskan untuk bersikap seakan-akan tidak ada hal yang bisa melukainya.

Mereka berdua—Jayden dan Joyce—sama-sama menyembunyikan emosi mereka yang sesungguhnya di balik sebuah topeng bernama kesempurnaan. Itu sebabnya Jayden mengatakan hal itu dulu, di pertemuan mereka malam itu di rooftop gedung apartemen lama Joyce.

Everyone fakes who they really are, when deep down we're all equal amounts of screwed up. Some of us are just better at hiding it than others.

"Dengan semua yang sudah kamu lakukan selama ini," Joyce meletakkan kedua tangannya di atas dada Jayden, lalu sedikit menengadah untuk menatap laki-laki itu tepat di mata. Cokelat bertemu dengan hitam. Saling tarik-menarik seperti dua kutub magnet yang berlawanan. "Bagaimana mungkin aku bisa nggak tahu soal perasaan kamu, Jay? Kamu menunggu, menyiapkan Il Mare buatku, ketika kamu sendiri bahkan nggak tahu apakah aku bakal kembali atau nggak sama sekali. Kamu selalu datang ke tempat... aku kecelakaan dulu setiap tahunnya untuk memperingati hari kematian mereka. Kamu nggak pernah menyerah meskipun berkali-kali aku berusaha mendorong kamu pergi dengan alasan kalau kita nggak berhak buat memulai ulang semuanya dari awal lagi... all of that. I know you love me, Jayden. And you know I love you just as much as you do."

BITTERSWEET LOVEWhere stories live. Discover now