chapter two : physical attraction, chemical reaction

1K 151 40
                                    



"Desire is the kind of thing that eats you and leaves you starving."

― Nayyirah Waheed



Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


DUDUK di sofa ruang tengah apartemennya yang luas, Joyceline tampak sedang menimbang-nimbang apakah dia harus membuka kotak tempatnya menyimpan buku-buku hariannya semasa SMA atau tidak. Ada tiga buku harian yang sampai saat ini masih dia simpan, dan salah satunya berisi tentang bagian dari apa yang menjadi traumanya.

Dulu saat tahun-tahun pertama berusaha berdamai dengan masa lalu yang membuatnya trauma, Joyce tidak pernah punya keberanian untuk membukanya atau membacanya ulang. Namun ketika pada akhirnya dia mau berkonsultasi mengenai masalahnya pada psikiater dan psikiater tersebut memberinya saran untuk menghadapi ketakutan terbesarnya sedikit demi sedikit, Joyce akhirnya memutuskan untuk membaca sedikit demi sedikit ketiga buku harian yang dia tulis saat masih remaja tersebut. Tapi ketika dia sudah selesai dengan dua buku pertama dan berniat membaca buku ketiga—buku yang mayoritas isinya adalah tentang pertemuannya dengan orang itu sampai dengan bagaimana mereka berakhir—ketakutannya kembali muncul dan bayang-bayang mengerikan itu kembali terputar di balik batok kepalanya.

Courage begets strength, Joyceline. In other hand, fear begets weakness.

Itu dua kalimat sakral yang diucapkan oleh Dokter Sarah—psikiater yang membantu Joyce mengatasi rasa trauma—pada Joyce di sesi konsultasi mereka yang kesekian kalinya. Keberanian menghasilkan kekuatan, sementara ketakutan hanya akan menciptakan kelemahan.

Joyce tidak suka menjadi lemah. Dan dia yakin kalau hal yang tidak mampu membunuhnya di masa lalu akan membuatnya menjadi kuat di masa depan.

Joyce menghembuskan napas panjang dan menatap kembali kotak di atas pangkuannya. Apa yang ada di dalam kotak ini mungkin akan menjadi cara yang cukup efektif untuk mencerabut habis bayangan Jayden-sialan-Lee dari dalam kepalanya.

Sejak kejadian memalukan di kantor tadi pagi—hal yang membuat Joyce berharap bumi menguburnya hidup-hidup agar tidak perlu berhadapan dengan Jayden lagi—pikiran-pikiran keparat tentang laki-laki itu terus mengganggu bagian hipokampus otaknya—menggelitiknya dengan perasaan asing yang menjalar hingga ke setiap inci pembuluh darahnya. Mulai dari perawakan tubuhnya yang tinggi, ramping, dan kekar. Mata legamnya yang seindah mutiara hitam dari dasar laut. Garis rahang aristokratnya yang tajam. Bibirnya yang menggoda setiap kali terpilin membentuk seringai maupun senyuman. Penampilan necis yang menunjukkan status sosialnya yang tidak main-main. Sampai aura gelap dan berbahaya yang seolah memancarkan daya tarik seks yang—

Joyce menggelengkan kepalanya cepat-cepat, berharap dengan cara seperti itu dia bisa membuat pikiran-pikiran gila tentang Jayden terlempar dari dalam kepalanya. Dia meraih gelas berisi anggur merah yang terletak di atas meja dan menandaskan isinya. Wajahnya terlihat sedikit memerah—entah itu karena pengaruh alkohol atau karena pikiran terakhirnya tentang Jayden. Oh, bloody hell. Bagaimana dia bisa punya pikiran semacam itu terhadap bosnya sendiri?

BITTERSWEET LOVEOnde histórias criam vida. Descubra agora