chapter nine : blue hour

855 112 44
                                    



"Nothing in your past can change how I feel about you. And God know I'm no saint too."

— Jayden Lee



WAKTU sudah menunjukkan hampir pukul 2 pagi ketika mobil yang Joyce kendarai tiba di rumah sakit yang dimaksud oleh Kartika dalam pesan SMS-nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

WAKTU sudah menunjukkan hampir pukul 2 pagi ketika mobil yang Joyce kendarai tiba di rumah sakit yang dimaksud oleh Kartika dalam pesan SMS-nya. Perempuan itu langsung berlari memasuki gedung rumah sakit menuju meja resepsionis, menanyakan perihal tempat di mana ayahnya mendapatkan penanganan pada suster yang sedang berjaga.

"Airlangga Sudirja. Dia ayah saya, dan saya baru dapat kabar kalau dia masuk rumah sakit ini karena terjatuh di kamar mandi dan terbentur. Di mana dia sekarang, Sus?"

"Pasien atas nama Bapak Airlangga Sudirja sudah keluar dari ruang operasi kurang lebih sekitar 45 menit yang lalu dan sekarang sudah dipindahkan ke Paviliun Kinasih kamar nomor 37." Kata suster jaga tersebut memberitahu Joyce begitu melihat data diri milik pasien yang disebutkan di dalam layar komputer. "Paviliunnya ada di sayap barat rumah sakit ini."

Mengangguk dan mengucapkan terima kasih, Joyce kembali memacu langkahnya menuju Paviliun Kinasih tempat ayahnya dirawat inap pasca operasi. Meskipun teknisnya jam besuk rumah sakit sudah berakhir beberapa jam yang lalu, suster jaga tersebut tetap mengizinkan Joyce untuk pergi menemui ayahnya yang baru saja selesai dioperasi karena kasus ini termasuk situasi darurat. Menurut standar yang berlaku di rumah sakit tersebut, tidak ada batas jam kunjungan untuk situasi darurat seperti ini.

"Kartika." Memanggil sembari menghampiri jururawat orang tuanya yang kebetulan sedang berada di luar kamar nomor 37, Joyce bertanya, "Bagaimana keadaan Papa pasca operasi? Mama? Mereka baik-baik saja, kan?"

Kartika mengangguk. Wajahnya tampak begitu lesu. "Kata dokter cuma pembekakan pembuluh darah di otak, tapi beruntungnya nggak begitu parah. Terus Ibu sempat shock juga tadi, tapi sekarang sudah baik-baik saja, Non. Saya sempat minta Kang Asep buat jemput Ibu dan bawa pulang, tapi Ibu nggak mau, katanya mau di sini menunggu Bapak siuman. Sekarang Ibu sudah tidur di sofa waktu barusan saya cek."

"Kang Asep masih di sini, Tik?"

"Masih di tempat parkir, Non. Nunggu di dalam mobil buat jaga-jaga kalau Ibu mau pulang. Mungkin lagi tidur di mobil juga Kang Asep-nya."

"Sebentar. Saya mau coba bujuk Mama buat pulang biar bisa istirahat dan nggak terlalu stres. Nanti kamu pulang sama Mama ya, Tik. Papa biar saya yang jagain di sini. Besok pagi baru kalian bisa ke sini lagi buat jenguk."

Setelah mendapatkan persetujuan dari Kartika, Joyce masuk ke kamar tempat ayahnya dirawat inap. Pria paruh baya tersebut tampak belum sadarkan diri dengan perban yang membebat kepalanya dan kanula yang mengalirkan oksigen dari hidungnya. Di atas sofa yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat tidur, tampak ibunya tidur dalam posisi yang sangat tidak nyaman untuk wanita seusianya.

BITTERSWEET LOVEWhere stories live. Discover now