mid-finale chapter : valediction

412 86 25
                                    



"Farewell has a sweet sound of reluctance, meanwhile goodbye is short and final, a word with teeth sharp to bite through the string that ties past to the future."


valediction /val.e.dic.tion/ — an action of bidding farewell



TIGA HARI setelah kecelakaan, Joyce sudah bisa berjalan-jalan dengan normal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TIGA HARI setelah kecelakaan, Joyce sudah bisa berjalan-jalan dengan normal. Namun meskipun begitu, dia masih belum diperbolehkan pulang dan harus menjalani rawat inap tiga sampai empat hari lagi agar dokter bisa lebih mudah memantau kestabilan kondisinya—entah itu secara fisik maupun emosi.

Selama tiga hari Joyce dirawat di rumah sakit pasca kecelakaan terjadi, Jayden tidak pernah absen berkunjung dan berusaha mengajak perempuan itu berbicara—membicarakan apapun namun sebisa mungkin tidak mengungkit topik mengenai kegugurannya. Joyce memang tidak menunjukkan sikap yang kelewat dingin pada Jayden, namun biarpun begitu Jayden tetap bisa merasakan perubahannya. Joyce hanya berbicara seadanya, dan membalas seperlunya. Dan meskipun Joyce tidak berusaha mendorongnya menjauh, tetap saja Jayden bisa merasakan jurang baru yang mulai tercipta di antara mereka.

Siang hari ini, Jayden kembali datang sambil membawa lunch box berisi menu makanan yang memenuhi syarat keseimbangan gizi untuk mempercepat proses penyembuhan luka fisik Joyce. Dia mendapati Joyce sedang duduk bersila di atas tempat tidurnya sambil menggambar sesuatu di dalam buku sketsanya ketika dia tiba.

"Hai," Jayden menyapa Joyce sambil mengulas senyum dan meletakkan lunch box yang dia bawa ke atas meja. Dia kemudian sedikit membungkuk untuk mengecup puncak kepala Joyce dengan penuh sayang lalu bertanya, "How's your feeling today?"

"Well, yeah, sedikit lebih baik." Joyce berusaha menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman yang terkesan hambar dan kaku. Dia menutup buku sketsa di pangkuannya yang dua hari lalu diberikan oleh Jonathan dan meletakkannya ke samping. Napasnya terhela panjang. Bohong kalau dia mengatakan keadaannya sudah lebih baik. Tidak ada satu hal pun yang membaik di dalam dirinya. Terlebih setiap kali dia mengingat fakta kalau dia sudah kehilangan bayi kembarnya sekaligus bahkan sebelum mereka benar-benar diberi nyawa. Mungkin ini cara Tuhan menghukumnya karena sempat berniat untuk menggugurkan mereka waktu itu.

"Kamu belum makan siang, kan?" Jayden bertanya sambil bersiap membuka lunch box yang dia bawa untuk Joyce. "Makan dulu, ya? Biar kamu cepat pulih dan cepat dikasih izin buat pulang sama dokter."

"Nanti saja, Jayden. Aku baru saja makan disuapi sama Mama. Masih belum lapar." Joyce membalas pelan. "Nanti aku makan sendiri kalau lapar."

"Ah, oke." Mendengarnya, Jayden batal membuka lunch box yang dia bawa dan kembali meletakkannya ke atas nakas. Dia berdehem samar untuk meredakan kecanggungan yang mendadak menjadi penyela di antara mereka. Dia dan Joyce belum pernah berada dalam situasi seperti ini sebelumnya. Jadi dia tidak begitu paham harus melakukan apa. "Pokoknya jangan lupa dimakan nanti, oke? Ini lunch box dari kedai favorit kamu yang biasa kamu pesan kalau nggak ada waktu buat makan siang di luar kantor."

BITTERSWEET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang