Size 4: Hot Video

5.1K 1.4K 249
                                    

Follow Instagram:
→@aldirytm
@paskha.id

Follow TikTok:
→alskarta

Thx(✯ᴗ✯)

Thx(✯ᴗ✯)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~oOo~

Sang surya berjalan tanpa kaki yang kini berada di atas kepala, cuaca yang panas dengan langit nilakandi ini membuat Tamara mengeluh, bahkan sumpah serapah keluar dari mulutnya.

Untung saja ada makanan favoritnya-seblak, yang kebetulan juga pemilik warung itu adalah saudaranya. Ia hendak membeli dua makanan khas Bandung itu untuk bestie-nya yang sedang bersedih.

Selepas berada di tempat tersebut, Tamara duduk di kursi sembari memilih rasa makanan di menu. "Mbak, seblak sosis satu sama yang rasa... rasa bakso. Seperti biasa, yang rasa bakso pake kuah, kerupuknya banyakin, nggak pake mi sama telor, makaroninya dikit aja, trus pake cabe-cabean yang paling puedes ya, Mbak," pesannya.

Penjualnya yang biasa dipanggil Mbak Sari menunjukkan jempol. "Oke, Ta."

Tamara menyibakkan rambut dan mengambil ponsel di tasnya. "Vidcall Liona, ah... biasanya kalo dia nangis mesti mukanya kek badak," ledeknya.

Ia menekan tombol yang bersimbol kamera di profil Whatsapp Liona. Pemberitahuan di layar itu terlihat sedang berdering.

Video Call diterima, tetapi Tamara langsung terbelalak melihat layar gawainya. "Oh my God, what is that?"

Terlihat jelas di ponsel-Liona tengah meniduri badan kakaknya.

"Eh, Liona lo ngapain? Itu... Mas Arkha?" Ia lihat lebih teliti lagi.

Wajah Arkhaya tampak lemas, berkeringat, rambut teracak, mulut terbuka sedikit, serta kedua mata yang mengantuk, mungkin sekitar lima watt.

Berbeda dengan wajah Liona yang terlihat sangat panik, terbelalak, alis terangkat, terlebih lagi posisinya yang menimbulkan kesalahpahaman.

"ANJIR LO DIPERKOSA?" teriak Tamara sembari mengambil screenshot.

Beberapa orang di warung itu menoleh serentak ke arahnya.

"Eh ...." Ia menunduk malu.

Liona langsung meraih ponselnya dan menekan tombol merah.

Ada sebongkah euforia dalam dada sebelah kiri Tamara. "Aigoo, jantung gue ... oh my God, gilaa badannya Mas Arkha hot banget, KYAAA!!!"

"Tam, jangan teriak-teriak!" perintah petugas parkir yang berada di dekatnya. Dia juga tetangganya Tamara yang selalu bikin onar. Sering dipanggil daki-pelesetan dari nama Dicky dan berkulit hitam. Alasan ia menjadi tukang parkir: takdir! Dirinya turun kelas.

"Eh, sorry."

Gadis itu menekan bagian dada tengah serta mengatur napas. "Please, gue butuh pasokan oksigen. Aigoo... ototnya itu lhoo... ngajak nikah, roti sobeknya astaga meleyot gue, apalagi wajahnya yang... ARGHHH!!!"

"Tam!" seru Dicky lagi.

"Iya-iya, maap, Daki."

Tamara menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga, temperatur yang tambah panas membuat dirinya mengipasi leher dengan daftar menu yang dilaminating.

"Gila-gila... Liona pasti beruntung banget punya hot brother kayak Mas Arkha."

Ia masih membayangkan mereka tadi. Bagaimana posisinya, bentuknya, wajahnya, semua ingat di otaknya dan bakal teringat sampai kapan pun.

Tamara merasakan ada sesuatu di dalam perutnya. "Sumpah, demi... perut gue kek, kek, kek ada kupu-kupu, anjrot."

"Tam!" panggil abang parkir itu lagi.

"Apa sih, heh? Ngango ngango nge ngomong lu."

Ia menunjuk dengan dagu berbarengan dengan berkata, "Tuh, seblakmu."

"Eh, ho'oh." Tamara memasukkan ponsel ke tasnya dan berjalan untuk mengambil pesanannya.

Tamara membuka dompet yang berisi uang sejumlah 120 ribu serta kartu-kartu data dirinya. "Berapa, Mbak?" tanyanya.

"Dua puluh aja, Ta." Lalu ia memberikan uang pas serta mengambil plastik tersebut.

"Gomawo," salamnya sembari membungkuk.

"Orang aneh," cibir Dicky sembari berjalan ke arahnya untuk mengatur motor gadis itu.

"Berapaan?" tanya Tamara selepas kepala motor itu mengarah ke barat.

Jawabnya, "Kalo lo tiga ribu."

Tamara yang tengah mencari uang receh langsung berhenti. "Lah, buset! Parkir di mal aja seribu rupiah," gerundelnya.

"Ya itu kan in door maemunah, kalo ini out door, gue jedoor pala lu ye," geramnya sambil menunjukkan kepalan tangan. Tenang, ia tidak sedang serius, baginya kurang kerjaan juga berantem dengan orang seperti Tamara.

"Ish, ini daki mesti tebel banget ya, makanya keras kepala, tiga ribu itu setara dengan harga es teh, aigoo...," sungutnya.

Dicky mengusap jok motor. "Ini kayaknya motornya bisa dibanting."

"Heh, iya udah ini, ah, dua ribu aja udah no debat, no kecot." Tamara menyodorkan uang yang bergambar pahlawan M. H. Thamrin.

Dicky menerima uang itu dengan terpaksa. "Beli seblak dua puluh ribu aja sanggup, masa bayar parkir empat ribu nggak mampu," sindirnya.

"Asyik, bergelut sama Daki. Ekhem, gini ya...," Tamara memasukkan dompet ke tas, "gue bayar itu sesuai porsi, dua puluh ribu dapet dua seblak, tiga ribu dapet apa, anjir? Yang ada bokong gue panas gosong, lu nggak punya kardus atau apa kek gitu buat nutupin jok ya, anjir?" dongkolnya.

Jawabnya singkat, "Nggak."

"Ah, udahlah, Daki. Cape. Bestie gue lagi diperkosa. Gue kudu cepet-cepet ke rumahnya. Kan, gue juga pengin."

Ia mengacak rambutnya sendiri. "Allahu Akbar! Tertekan gue punya tetangga kek lu."

Tamara menampar angin. "Arasseo, canda kali, ah. Gue nggak semurah itu." Kemudian ia naik ke motornya serta mengenakan sarung tangan.

Tamara menoleh ke Dicky dan berkata, "Iya udah lu ngapain masih diem di situ, pugoh."

Ia memajukan dagu. "Lah, gue emang masih tetep di sini, anjir, kerja parkir. Elunya aja yang pergi sono," usirnya.

"I-iya juga." Tamara menaikkan standart serta memutar kunci motor. Selepas itu ia harus bergegas ke rumah Liona.

Lagi-lagi ia teringat kejadian tadi. "Gatau lagi, aigoo... rahim gue anget, ARGHHH!!!" serunya di tengah-tengah keramaian jalan raya.

~oOo~

Mini Game
HALUNIVERSE
part 3

AYO TEBAK, YANG SALAH PINDAH KELAMIN

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

AYO TEBAK, YANG SALAH PINDAH KELAMIN

~oOo~

The DimensionsWhere stories live. Discover now