Size 12: Water Boys

2.1K 661 106
                                    

Follow IG@aldirytm@paskha

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Follow IG
@aldirytm
@paskha.id

Rp:
@neon.alskr
@liona.vbst
@reinkarsa (new)

Jangan lupa aktifin dulu internetnya buat vote, ya... terima kasih orang baik, sehat selalu^^♥️

Double up lho, berarti baca yang chp 11 dulu baru ini, biar nggak bingung.

~oOo~

Kalau kata Google, di tanah Indonesia ini terdapat empat puluh lebih rumah sakit jiwa yang tersebar di berbagai provinsi. Di kota yang Liona tinggali hanya memiliki satu saja. Jika RSJ itu masih ada ruangan untuk ditempati, mungkin dirinya akan menyumbangkan Tamara ke tempat tersebut.

Satu hal yang keluar di pikiran Tamara ini benar-benar gila. Mau tidak mau Liona menuruti permintaannya. Kenapa begitu? Ada dua hal, yang pertama, berdebat dengan Tamara seperti adu mekanik. Kedua, dirinya akan pergi sebentar lagi.

"Kamar mandi cewek di mana, yah?" Tamara tiba-tiba masuk, mendekat ke pria yang bercelana hitam tadi. Kedua lengan di belakang pinggang dengan tangan kanannya yang menggenggam sesuatu.

Refleks pria itu terperanjak hingga sabun batang yang digunakan untuk mencuci tangan terjatuh. "Ini toilet cowok."

"Berarti cewek enggak boleh di sini, yah?" Tamara berpura-pura bodoh. Ia menatap pria itu dengan intens, sesekali melirik ke bagian bawah-tepatnya di area perut dan celana.

Dirinya membisu, mengernyit, serta menyandarkan telapak tangan ke cermin. Tamara melihat itu, ketiak yang mulus tanpa rambut, bahkan jika dibandingkan dengan mukanya saja kalah saing.

Melihat dia tidak merespons perkataannya, Tamara berucap, "Iya maap." Ia salah tingkah dengan menyembunyikan mulut, rasanya seperti ada kupu-kupu gegap gempita yang terbang bebas di perutnya, dan seperti menghempaskan tubuh ke awan tanpa adanya gravitasi.

"Masih di sini?" Lelaki itu melipatkan tangan di depan dada bidang. Ralat, di bawah dua puting. Urat keras di bagian lengan atasnya terlihat, semakin menampilkan tubuh yang jantan.

Sumpah, demi apa pun Tamara tidak bisa menahan, ingin sekali memeluk pria itu dengan erat layaknya surat dan prangko.

Tamara memandang ke lantai, melihat sabun yang jatuh tadi membuat suatu ide muncul di benaknya.

"Lo ngapain?" Seseorang tiba-tiba datang dan bertanya pada Liona yang berada di luar kamar mandi. Semestinya dia kaget, yang tadinya ingin fokus mendengar percakapan di dalam, menjadi teralihkan oleh seorang pria berkulit basah.

Eh, ya Gusti ganteng bangettttt, batin Liona menjerit bercampur terpesona. Kedua bola mata melebar sebagaimana melihat indahnya roman pria di depannya itu.

Bibir tipis, hidung sedikit mancung, pipi halus dengan satu lesung pipi, serta pandangan dipancarkan lewat matanya yang begitu tenang. Proporsi wajah jelasnya adalah poin penting yang mendukung kecocokan itu, bulu mata melengkung ke atas, dan alis rapi yang hampir berpaut menandakan ekspresi tanda tanya.

The DimensionsМесто, где живут истории. Откройте их для себя