Size 38: Two Spaces, One Device

611 149 5
                                    

Jangan lupa vote dulu sebelum baca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote dulu sebelum baca

~oOo~

Sekitar pukul jam enam sore, orang tua Neon serta Wayangtara telah tiba di rumah. Kemacetan sempat menunda perjalanan mereka, yang seharusnya sampai pada pukul lima. Namun, itu tidak menjadi masalah karena mereka sampai dalam keadaan selamat.

Wayangtara mengetuk pintu, yang sebelah tangan kirinya membawa koper. Renata; mama Neon, melihat ruangan dari balik jendela, tampak gelap seperti mati lampu. Papa Neon; Sakratama, mengecek meteran listrik, masih dalam keadaan menyala. Ini aneh.

"Bentar, Mama telepon Neo." Renata mencari nama anaknya di deretan panggilan lalu menekannya, tetapi tidak ada respons.

"Bang, halo? Yang di rumah?" Wayangtara mengetuk pintu sembari membuka handle. "Loh, Ma. Nggak dikunci." Ia mendorong benda kayu dan membawa masuk barang-barang yang mereka bawa.

Sakra terheran, yang lainnya memandang sekitar. "Ini pada ke mana, rumahnya kosong, gelap, nggak dikunci," omelnya.

"SURPRISE!!!" teriak Mita, Neon, dan Reinkar berbarengan dengan lampu yang menyala. Awalnya tadi tidak terlihat apa-apa, sekarang rumahnya dipenuhi hiasan-hiasan cantik yang menggantung. Mereka juga membawa terompet kecil yang seperti menyambut tahun baru.

Renata menyentuh dada, saking kagetnya ia hampir terpeleset. Sakra yang tadi sempat mengomel pun ikut terperanjat, begitu pula dengan Wayangtara yang tak sengaja mengeluarkan perkataan kurang sopan.

"Aaa ..., Poppaaa ...." Anak kecil berlarian menuju orang yang sudah lama tidak berjumpa, dengan tangan yang melebar besar siap merangkul. Sakra berjongkok, siap menerima pelukan itu. "Mita kangen Poppa sama Momma," ungkap Mita dengan memeluk erat tubuh papanya. Melampiaskan kerinduan yang membuncah dalam hati.

Sakra membalas pelukan lalu menggendongnya. "Waduuu ... anak Poppa udah berat aja nih." Ia menjawil hidungnya yang mungil.

Renata membenarkan beberapa rambut Mita yang menutupi muka. "Tambah cantik juga anak Momma." Ia mengecup kening dan rambutnya yang terasa aroma sampo stroberi.

Mita merasa terpuji. "Iya dong, anaknya siapa dulu ...."

"Anak gembel," sembur Reinkar ngawur.

"Heh, hus!" tegur mamanya langsung.

Reinkar cengar-cengir, lalu membantu Wayangtara memindahkan barang-barang ke dapur, sedangkan Neon menghampiri dan memeluk tubuh wanita yang lebih pendek darinya. "Mama ...." Ada rasa kehangatan yang mengungkung. "Kakek gimana, Ma, keadaannya?" Ia menantikan kabar darinya, berharap mereka membawa kabar baik.

"Kakek kamu sudah sadar, sudah bisa balik dari rumah sakit juga, sekarang ya ... tetap dirawat di rumah," balas Renata yang masih dalam pelukan Neon. Ia amat rindu dengan anak sulungnya ini yang begitu cepat tumbuh.

The DimensionsWhere stories live. Discover now