Size 14: Loyalty

1.9K 562 121
                                    

Follow IG:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Follow IG:

@aldirytm
@paskha.id

Rp:
@neon.alskr
@liona.vbst
@reinkarsa

Kalo mau vote, internetnya dihidupkan dulu ya sodd, terima kasiii

Baca sampai akhir, karena ada sesuatu wkwkwk

~oOo~

"Aigoo, Liona lu lama bener. Berak lo, ya?" Tamara menggedor pintu, ia mengetahui Liona di dalam situ karena hanya ruangan tersebut yang tertutup.

"Lah, katanya lo nunggu di luar. Ngapain ke sini?" ujar suara dari dalam yang menggema.

Tamara menyandar di pintu sambil mendengkus. "Sumpah ya njir, di luar banyak bapak-bapak baru aja dateng, jadi nggak mood. Kalo cogan yang masih muda mah gapapa sikat aja, sekalian minta nomor hp sama mutualan."

"Kebiasaan," komentar Liona.

"Kayaknya kita salah hari deh dateng ke sini. Kebanyakan yang dateng malah bapak-bapak buncit. Mana datengnya kek cuma numpang makan, paling kalo mau renang, renangnya di pinggir doang."

"Maybe."

"Eh, tapi Liona lo tau nggak-"

"Enggak," pangkasnya.

"Ye... gue belum selesai ngomong, jadi yang cowok kolor item tadi itu dingin ternyata," curhat Tamara, terdengar dari nada pengucapannya yang keluh kesah.

"Nah, kan karma. Siapa suruh ngatain gue kalo dapet cowok dingin," responsnya sambil mengusap rambutnya yang sudah dikeramas dengan handuk, tercium aroma yang memikat, seperti berada di tengah-tengah kebun bunga.

"Jahat banget, ih. Padahal gue dengan segenap hati setulus jiwa dan raga ngasih nomor hp gue ke dia, tapi malah dibuang ke wastafel," ucapnya yang jadi salah satu penyesalan dalam hidup.

"BIDJSHAHHHAH, nasib." Liona terkekeh, mungkin bisa kedengaran di luar.

"Tapi itu kek... kek suatu tantangan nggak si bestiee? Sia-sia banget kalo gue nggak dapet dia. Mana dia body goals sama good loooking lagi, omoo... ganteng banget huhu...." Tamara masing terbayang-bayang dengan pesona romannya tadi. Kalau tidak lebay, bukan Tamara namanya.

Liona bercekak pinggang selepas mendengar perkataan temannya itu. "Kakak gue mau lo permainin?"

"Ya nggak gitu juga, sih, tapi gue cuma kagum doang sama tu Kolor Item, apalagi anunya." Tamara menjepit buku jari dengan mulut.

"Mulai...." Liona menghadap pintu. Walaupun tertutup, ia bisa membayangkan bagaimana reaksi wajahnya.

Gadis itu mengentakkan kaki. "Hissh! Eh, Na. Gue serius nih, tadi lo emang lari-lari karena gabut apa gimana? Lo dikejar bapak-bapak? Om-om?"

The DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang