Size 17: The Mysterious Man

1.5K 459 90
                                    

Nggak ada penolakan harus follow IG paboss

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nggak ada penolakan harus follow IG paboss

@aldirytm
@paskha.id (bakal post video menarik)

Rp:
@neon.alskr
@liona.vbst
@reinkarsa

Jangan lupa vote ya, anak-anakku

Udah gede kan, jadi tau caranya menghargai

Happy reading, sodd

Baca chapter 16: Revenge dulu baru yang ini

Baca sampai akhir karena ada sesuatu

~oOo~

Tamara menusuk satu buah bakso dan memasukkan ke mulut. "Mau nggak lo? Enak lho ini pentol ginuk-ginuk."

"Anjir, nggaklah, pedes," tolak Liona, pandangannya berpendar mencari penjual minuman segar.

"Ya sejak kapan rasa jeruk. Eh, tapi ini pentol lha kok pedes banget ya, anying," protes Tamara, alisnya menyatu yang membuat dahi berkerut dan mengeluarkan keringat, padahal baru beberapa.

"Ya udah gue mau beli minuman dulu," kata Liona berbarengan dengan sorot mata yang mengarah ke penjual minuman dingin. "Lo tunggu di sana." Ia menunjuk ke arah bangku.

"Oke, Bestai."

~oOo~

"Hei, Mas Angga," sapa Liona selepas sampai di gerai. Kebetulan ia kenal dengan penjual minuman itu, kakak kelasnya dulu waktu SMA.

Pria itu menengadah, meletakan ponselnya karena etika saat berjumpa dengan pelanggan. "Eh, Liona. Mau pesen apa, nih?"

"Biasa... es lemon tea. Dua ya, Mas," pesannya.

"Waduh, lemon tea-nya habis," balasnya.

Raut wajahnya berubah jadi lesu. "Yah... habis, yah?"

"Ho'oh, baruuuu aja dibeli sama cowok yang hoodie-nya basah itu." Angga menunjuk seseorang dengan dagu. Di sana ia sedang bermain ponsel, duduk di bangku dengan mata kaki kanan berada di atas lutut kiri. Dirinya mengenakan masker putih, jadi wajahnya tidak terlihat penuh.

Liona menoleh, menyipit ke arah tersebut, lalu hendak melangkah ke sana, tetapi dihentikan oleh ucapan Angga. "Eh, Na, ini jadi beli? Yang varian lain masih ada, harganya lebih murah," tawarnya.

Liona menimbang. "Anu aja, Mas, em... es teh biasa aja dua," pesannya yang seharga tiga ribu per cup, lalu segera dibuatkan.

Angga mengangguk, lalu mengambil dua buah cup. "Siap. Dah lama nggak ke sini. Kabarnya gimana? Keluarga sehat-sehat, 'kan?" ucapnya basa-basi.

Liona menggeser kursi untuk diduduki. "Ya... lumayan, Mas. Cuman... mamah sampe sekarang belum pulang," balasnya.

"Lho? Belum pulang, tah? Bukannya bulan Juli, ya?" tanya Angga yang sekarang sedang mengisi air teh hangat seperempat cup.

The DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang