Size 33: With a Fictional Character

1K 262 12
                                    

Baca part 32 dulu baru ini

Jangan lupa kasi vote ya ayang yaa

Jangan lupa kasi vote ya ayang yaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Heh manusia halu,

Follow akun rp:
@neon.alskr
@liona.vbst

Akun author:
@alskarta
@aldirytm
@paskha.id

Happy reading paskha!!! Selamat menghalu lagi

~oOo~

“Bunda ..., Niko mau ikut Bunda lagi aja, yah?” Adiknya Akhanta datang memeluk kaki bundanya. Ia mendongak dengan memasang kedua mata seperti emoji yang ada buih-buihnya.

Wanita yang bernama Ranashaya Samantha merunduk sambil mengusap air matanya. “Lho, kenapa? Kok, Niko nangis? Kenapa? Ada apa, Sayang?”

“Bang Anta bentak Niko, Bunda,” adu Niko yang menyembunyikan wajah takut dengan tatapan abangnya. Mama Rana menoleh ke belakang melihat anaknya berdiri di dekat pintu kamar.

“Anjing, cepu.” Akhanta menjengkel dengan suara kecil.

“Bener ini, Anta? Kamu udah apain Niko?” Mama Rana mulai mengomel, mendengarnya sudah membuat Akhanta malas.

“Ck, ngomong biasalah, Ma,” jawabnya, kemudian bertanya dengan adiknya, “lagian Abang tadi nggak mukul Niko, 'kan?”

“Niko mau ikut Bunda aja, Niko bawa mainan, kok,” bujuk Niko seraya menunjukkan mainan pistol.

Akhanta bersedekap dan menyenderkan lengan atas di pintu. “Dahlah, Ma, bawa aja itu si bocil, bentar lagi aku mau pergi, mau beres-beres juga buat pulang ke rumah selatan.”

“Ya udah-ya udah, Niko ikut Bunda, ya? Tapi jangan nakal,” tutur Bunda/Mama Rana memperingati.

Beberapa menit kemudian, mereka berdua meninggalkan rumah. Akhanta yang berada di depan pintu utama merasa tenang rasanya. “Nah, gini kan enak nggak ada parasit.”

“Trus sekarang gue ngapain?” Ia jadi bingung sendiri. “Gue nyusul Ravolt kalik, ya?”

Selang berpikir, ada seseorang yang menekan bel di sana, Akhanta mengamati dari celah pagar. Karena kurang penglihatan, ia menghampiri gerbang.

“Loh, ee ... Liona? Ngapain?” Ia merapikan rambut, tak ingin terlihat jelek. “Sendiri?”

Liona yang merasa canggung berani berkata, “E-iya, ini aku ee ... boleh minta tolong?”

“Minta tolong apa?” Gaya bicaranya berubah, tidak seperti ngomong dengan teman-temannya. Kalau kata anak-anak zaman sekarang, namanya adalah lelaki buaya.

Liona menggaruk leher samping. “Ee ... aku mau ngomong sesuatu.”

“Boleh-boleh, masuk aja.” Akhanta mempersilakan, seperti memberi jalan untuk seorang ratu.

The DimensionsWhere stories live. Discover now