Size 9: Strange

2.9K 903 113
                                    

Double up! Vote dulu sebelum baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Double up! Vote dulu sebelum baca.

Vote-nya harus online, jangan offline ya, anak-anakku^^

Call me: Paboss

Wajib follow, gak ada penolakan!

Akun Wp ini
IG: Aldirytm
TikTok: Alskarta
Pinterest: Paboss/Aldirytm

~oOo~

Liona menurunkan kedua kakinya dan berdiri. "Tamara yang kusayang, siapa tau pas kita keluar nanti gue bisa dapet ide. Gue butuh asupan cogan, mata gue butuh vitamin A, ntar liatin cogan pasti langsung cling," ujarnya dengan wajah euforia ketika melihat betapa indahnya ciptaan Tuhan. Berbicara dengannya saja menimbulkan serangga bersayap sisik di dalam perut.

Tamara juga ikut turun. "Ya udah, terserah lo. Enaknya ke mana?" tanya dia dengan merapikan rambut yang berantakan sehabis rebahan.

Liona menaruh tangan di depan perut, ketika jemari kanannya menempel di mulut, ia terpikirkan sesuatu dan menjawab, "Em... kolam renang?"

Tamara memajukan wajah, sedikit kaget. "Anjir, serius lo mau ke kolam renang panas-panas begini?" tanyanya sambil menunjuk ke atas seakan telunjuknya menembus atap hingga ke matahari.

Liona melipatkan tangan ke depan dada. "Ya maunya gimana? Jadi kalo ada cogan, bukan cuma wajahnya yang gue liat, tapi em... lo mesti tau pikiran gue," ucapnya dengan menaik dan menurunkan kedua alis, serta ujung bibir yang tertarik ke atas.

Tamara menempelkan kedua telepak tangan di pipi, ada rasa gairah yang tiba-tiba muncul. "Aigoo, traveling. Aaa... menonjol-menonjol. Please, ayo, gas!" Ia bergegas mengenakan kembali flat shoes-nya.

"Bukan itu yang gue pikir, ish! Keknya pikiran lo yang itu perlu dibasuh, deh." Liona menunduk, menggosok alis dengan jari telunjuk dan jempol, terheran dengan pemikiran temannya ini.

Ia menunjuk Liona dengan flat shoes yang belum dipasang. "Halah, lo mesti juga nggak nolak kalo liat anuan, 'kan?"

Liona memalingkan pandangan serta menyelipkan rambut ke belakang telinga. "E-enggaklah, gue demennya area perut doang, roti sobek. Nggak sampe ke sono. Mesum lo."

"Iyain. Ya udah, berarti lo ikut gue pulang, gue mau ambil baju." Ia berdiri, mengarahkan jempol ke belakang.

"Pake baju gue aja udah." Gadis tadi berjalan menuju lemari yang ukurannya cukup besar. Memiliki empat pintu yang di dalamnya terdapat beraneka pakaian serta dokumen penting: kartu keluarga, ijazah SD sampai SMA, dan surat-surat lain.

Tamara mendekatinya dan menolak, "Halah, nggak usah ntar ribet. Baju lo keknya ya kekecilan di badan gue."

Ia membuka lemari yang sebelumnya terkunci. "Udah ye, jangan banyak bertingkah!" perintahnya sembari menggaruk batang hidung dengan telunjuk, bingung memilih baju yang mana.

The DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang